****
Malam pertama Julia dan Rick tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena Rick tidak menyentuh Julia seperti saat mereka belum menikah dulu, yang mana lelaki itu selalu bernafsu kepadanya. Bahkan meminta jatah hampir setiap hari, ketika Ivana tidak bisa memberikan apa yang Rick mau, sedangkan Julia bisa memberikannya.Semalam, Rick menolak ajakan Julia untuk bercinta dengan alibi takut terjadi sesuatu pada bayi yang ada didalam kandungan wanita itu. Mereka juga menunda bulan madu, itu semua karena Edgar yang meminta Rick untuk segera bergabung ke perusahaannya dan mulai bekerja. Karena itu Julia dan Rick hanya diperbolehkan libur selama 3 hari saja dari hari pernikahan mereka."Sayang, apa kita benar-benar harus pindah ke rumah papa Edgar?" tanya Julia sambil melihat suaminya memasukkan barang-barang ke dalam koper."Hem, iya.""Mengapa kita harus tinggal di sana? Bukankah kita bisa tinggal di apartemenmu?" ucap Julia sebagai bentuk p****Kedua maid berusia 20 tahunan itu tampak terkejut melihat bagaimana cara tuan mereka, pemilik rumah ini memperlakukan istri kecilnya. Di hadapan gadis bernama Ivana, seorang Edgar seperti singa yang berubah menjadi kucing dan tunduk kepada induknya.Edgar melirik kedua maid itu, kemudian ia mengisyaratkan kepada mereka berdua untuk pergi meninggalkan dapur. Setelah kedua maid itu pergi, barulah Edgar berbicara dengan Ivana."Kenapa kau masuk ke dapur hem? Bukankah aku sudah mengatakan agar kau melakukan apa yang kau mau!" ucap Edgar seraya menarik pinggang Ivana dan tak seberapa lama kemudian tubuh mereka pun menempel."Ini yang aku inginkan, memasak!" jawab Ivana dengan senyuman manis di bibirnya."Benarkah? Kau tidak lelah memasak?" tanyanya khawatir."Aku suka memasak Paman. Dan bukankah kita harus memerankan suami istri yang mesra juga bahagia? Apalagi dihadapan orang-orang," bisik Ivana pelan, sebab ia takut kalau ada yang mendengar ucapannya.Rahang Edgar mengeras dan tanga
Timing yang pas sekali, dimana Rick dan Julia datang disaat Edgar dan Ivana sedang melakukan adegan berbau 18+ di dapur. Ivana memasang senyum termanisnya, sembari merapikan rambutnya yang tadi sempat dibelai juga oleh Edgar.Ivana harus menunjukkan kepada dua orang yang sudah menyakiti hatinya, bahwa ia bahagia alias sudah move on. Bahagia dengan orang yang jauh lebih baik tentunya, yaitu Edgar mantan calon ayah mertua yang sekarang sudah menjadi suaminya.'Lihatlah bagaimana wajahmu saat ini Rick. Akhirnya kau menyadari kenyataan bahwa aku sudah menjadi ibu tirimu' kata Ivana bersorak senang dalam hati, manakala ia melihat raut wajah Rick saat ini. Pucat, matanya berkilat marah, tangannya terkepal dibawah dan yang tampak jelas adalah bagaimana caranya menatap Ivana sekarang.Rick syok melihat papanya berciuman dengan mantan kekasihnya, ia tidak percaya bahwa hubungan keduanya itu nyata. Mereka tidak berpura-pura, sebab Rick tau benar papanya tidak pernah melakukan kontak fisik denga
****Edgar menggebrak meja dengan emosi, setelah mendengar ucapan lancang dari bibir putranya yang sudah menghina Ivana. Ucapan yang jelas-jelas dusta, sebab Ivana melakukan hubungan pertama kali dengannya dan bukan dengan Rick. Tapi tetap saja Edgar tidak bisa membiarkan ucapan lancang putranya yang merendahkan Ivana.Ivana juga terkejut dan tidak menyangka kalau Rick akan berkata demikian. Ia menatap nyalang pada anak sambungnya itu. Beraninya Rick mengatakan ia adalah bekas."TUTUP MULUTMU RICK MATEO DENVIER!""LANCANG SEKALI KAU BICARA SEPERTI ITU PADA MAMAMU!" Edgar berteriak marah, biasanya ia selalu marah dengan nada rendah dan tenang. Namun, kali ini lelaki dewasa itu tidak bisa menahan diri untuk marah."Kenapa Pa? Apa aku salah? Bukankah Papa mendapatkan bekasku? Bekas putramu sendiri? Kau tidak jijik?" sarkas Rick dengan emosi yang sama menatap sang papa."Sayang, kenapa kau bicara begitu?" tegur Julia yang berusaha me
Memiliki sifat yang sama-sama tak mau kalah, membuat Julia dan Rick terlibat cekcok dengan inti permasalahan tentang keperawanan. Julia sudah membohongi Rick perihal keperawanannya dan ternyata Julia sudah pernah melakukannya dengan pria lain."Begitu mudahnya kau percaya pada jalang itu? Aku tidak seperti itu Rick, kau yang pertama. Tapi aku akui, aku memang memiliki beberapa mantan kekasih, namun tidak melakukan hubungan seks dengan mereka. Hanya sebatas ciuman dan pelukan saja, tidak lebih dari itu. Kau harus percaya kepadaku, Rick!" Julia menjelaskan semuanya dengan panjang lebar, ia mencoba membuat Rick luluh dengan kata-kata manisnya"Rick, dia tidak punya bukti kalau aku pernah melakukannya dengan lelaki lain dan sudah jelas dia memfitnahku. Aku juga yakin, dia menikahi Papa hanya untuk balas dendam kepada kita!""Jangan bahas tentang Ivana dan Papa, aku pusing! Lebih baik kau suruh pelayan untuk membersihkan barang-barang pecah ini." Rick mendengus dan masih berada dalam mode e
Dua orang pelayan yang tak lain adalah Margaret dan Agatha, menghampiri Ivana yang sudah tidak sadarkan diri dengan bersimbah darah karena perbuatan Julia. Namun, Julia sama sekali tidak merasa bersalah setelah apa yang ia lakukan. Wajahnya datar dan santai, seolah apa yang dilakukannya barusan tidaklah fatal.Sedangkan Margaret dan Agatha, menghampiri Ivana yang sudah terbaring tidak berdaya itu. Lantas, mereka mencoba untuk membangunkannya."Nyonya! Nyonya Ivana!" Margaret, si kepala pelayan menyentuh bagian belakang kepala Ivana dengan hati-hati. Ia merasakan basah ditangannya dan sontak saja ia terkejut melihat ada darah disana."Nyonya Margaret, ada darah!" tunjuk Agatha pada darah yang menggenang di lantai, dengan raut wajah panik."Kalian tidak usah panik begitu. Dia pasti tidak akan mati, jadi santai saja!" kata Julia dengan santainya, wanita menyebalkan itu masih bisa tersenyum.Baik Margaret maupun Agatha, sama sekali tidak merespon ucapan Julia. Hanya saja mereka memperliha
Edgar masih setia menunggu Ivana didepan ruang perawatan, yang mana di dalam sana ada tim medis yang sedang mengobati luka. Ivana. Pria itu berdoa semoga Ivana baik-baik saja dan tidak mengalami luka serius. Sebab bila sampai terjadi sesuatu pada Ivana, maka Edgar tidak akan melepaskan Julia meski wanita itu sedang mengandung cucu pertamanya. Siapapun dan di dalam keadaan apapun itu, jika ia bersalah maka ia harus mendapatkan hukuman, tak terkecuali.Selagi menunggu Ivana, Edgar mencoba untuk menghubungi putranya. Edgar akan meminta Rick untuk mendidik dan mengurus istrinya, sebelum ia yang akan bertindak."Sial! Kenapa tidak diangkat? Ini hari pertama dia menikah, tapi kenapa dia malah bertengkar dan pergi dari rumah? Aku sungguh tidak mengerti jalan pikirannya," gerutu Edgar sembari melihat layar ponselnya. Ia kesal karena Rick tak kunjung mengangkat telpon darinya.Tiba-tiba Edgar teringat dengan kejadian tadi pagi di meja makan, dimana Rick bersikap seperti orang yang cemburu denga
"Kau belum bisa pulang, aku masih khawatir dengan keadaanmu."Untuk kesekian kalinya Edgar tetap bersikukuh, melarang istrinya untuk kembali pulang ke rumah sebelum dokter memeriksanya lagi dan ia sudah meminta kepada dokter untuk memeriksa Ivana secara menyeluruh."Ayolah Paman, bukankah tadi dokter sudah mengatakan bahwa keadaanku baik-baik saja dan aku sudah boleh pulang," ucap Ivana yang tidak tahan berlama-lama berada di rumah sakit. Ia ingin segera pulang saja, sebab Ivana tidak suka rumah sakit, terutama bau obat-obatan di sana."Tapi aku ingin kau diperiksa secara menyeluruh. Aku hanya takut-"Ivana dengan cepat menyela ucapan Edgar, sebelum lelaki dewasa itu mengulang ucapannya lagi, "Aku baik-baik saja. Okay? Lihatlah aku, aku masih bisa membuka mata, masih bisa berbicara padamu, tidak ada masalah.""Tadi kau bilang kalau kepalamu sedikit sakit, maka dari itu dokter harus memeriksamu lagi secara menyeluruh!" ucap pria itu begitu posesif, akan tetapi sepertinya Ivana tidak me
****"Aku hanya ingin melihat Mama ku saja, Pa. Kenapa kau begitu posesif padanya Pa?" tanya Rick yang langsung mundur satu langkah begitu Edgar menghadang jalannya. Ia mendapatkan tatapan tajam juga dari sang papa.Lelaki itu terlihat sangat menjaga Ivana dan Rick yakin sikapnya bukan akting. Papanya benar-benar mencintai Ivana, yang ia sendiri tak tahu kapan papanya mencintai gadis itu. Atau sejak kapan perasaan itu dimulai dan bagaimana?"Tentu saja. Papa harus posesif padanya, karena Papa mendapatkan gadis cantik, masih muda, cerdas dan bisa menjaga kehormatannya sebelum menikah. Gadis seperti mamamu sangat sulit ditemukan pada abad seperti ini, Rick. Apalagi diluar sana pasti banyak lelaki yang menyukai Ivana," ucap Edgar sambil tersenyum dan merengkuh tubuh mungil Ivana, menunjukkan kedekatan mereka pada Rick.Deg!Jantung Ivana lagi-lagi berdegup kencang setelah mendengar kata-kata Edgar, pria dewasa ini begitu memahami Ivana dan menghargainya.'Seandainya papa bisa melindungik
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa