Share

Part 63. Hari Ayah

last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 23:38:24

Ratna berdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam, kemudian melepaskannya perlahan.

Tok … Tok … Tok …

"Na … Devina," panggilnya lagi seraya mengetuk pintu kamar. Hatinya sungguh tak tenang melihat Devina seperti itu. Apalagi tadi sampai menitikkan air mata. Begitu terluka kah Devina?

"Buka pintunya, Nak? Devina kenapa? Cerita sama mama!" pinta Ratna lirih.

Kreet!!!

Pintu terbuka pelan.

Gadis kecil kesayangan Ratna berdiri di ambang pintu dengan mata yang sembab.

Tanpa bertanya, Ratna langsung memeluk putri semata wayangnya dengan sangat erat.

Dadanya yang sejak tadi sesak menahan tangis, lolos juga tanpa permisi.

"Maafin mama, Na. Bukan bermaksud bikin kamu sedih."

"Nana yang minta maaf, Ma. Gara-gara Nana, mama jadi nangis. Mama nggak mau mama sedih."

Mereka berpelukan hingga beberapa menit, larut dalam tangis yang tertahan.

"Sekarang Nana, cerita sama mama. Kenapa Nana sedih?"

Setelah berpelukan, Ratna mengajak Devina duduk di meja makan dan sebelumnya dia memberikan air putih hangat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bambang Jumanto
kelamaan updatenya, ceritanya juga dikit bgt tiap bab. hapus aja deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 64. Bukan Dara

    Doddy mengikuti saran dari Bram untuk merental mobil guna melancarkan aksinya. Doddy juga ingin membukti seakurat apa ucapan Bram yang terkenal dengan playing victim dalam pertemanan itu. Saat Doddy menyetujui usulannya, Bram seolah percaya diri akan mampu membuktikan semuanya pada Doddy.Lima menit memarkir di depan kantor, tampak mobil yang dikemudi Arjuna keluar dari area perkantoran. Bram menunggu sebentar, memberi jarak agar tidak terlalu dekat. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat puluh lima menit, mobil Arjuna menepi ke sebuah rumah mewah yang terdiri dari dua lantai.Melihat mobil yang dikemudi Arjuna memasuki sebuah komplek perumahan mewah. Meski agak curiga, Bram masih berharap kalau Arjuna tidak membelokkan mobilnya ke dalam komplek dan harapan Bram berakhir sia-sia. Tak dipungkiri, Bram sedikit kesal hingga dia tak sadar menekan rem agak kencang, hingga membuat Doddy sedikit terhuyung ke depan. Untung saja kepalanya tidak mengenai dashboard."Ini bukti apaan sih,

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 65. Hutang Budi

    Arjuna menarik napas dalam-dalam kemudian dia lepaskan perlahan."Arjuna! Kamu itu sadar nggak barusan bicara apa?" Suara Santi semakin meninggi sesekali tampak dia menoleh ke belakang yang jelas tidak ada siapa-siapa."Kenapa kamu diam, Ar? Kenapa bukan Dara? Kamu benar-benar ingin mempermalukan mami?" Bertubi-tubi pertanyaan yang terlontar dari mulut Santi, membuat Arjuna agak kebingungan menjelaskan semuanya.Papi Arjuna dan Papa Dara sahabatan dari bangku kuliah hingga mereka meniti karir. Untungnya, Papa Dara adalah anak pewaris tunggal yang mana lepas kuliah langsung duduk di kursi perusahaan yang diperuntukkan padanya. Berbeda dengan Papi Arjuna yang berasal dari keluarga sederhana, kuliah pun bermodalkan beasiswa karena kepintaran Sugiono tak diragukan lagi."Apa sudah ada perempuan lain yang mengisi hatimu, Mas?" Ruang tamu yang sunyi beberapa saat digetarkan dengan suara seorang perempuan tinggi semampai, berbadan ideal, putih, dan punya dua lesung pipi yang dalam.Arjuna ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 66. Dibuat Merasa Bersalah

    "Jangan bicara seperti itu. Cinta itu dipupuk. Cinta juga tidak menjamin seseorang berjodoh atau tidaknya. Kamu tidak perlu khawatir. Serahkan semuanya pada tante.""Tapi, Tan –.""Tenang, Arjuna sudah tante suruh temui kamu. Tante ke kamar dulu, ya, Sayang.""Jangan dihapus air matanya!""Tante tahu, Arjuna itu pantang melihat perempuan menangis di depan matanya.""Kamu harus membuat Arjuna merasa bersalah dengan ucapannya."Santi berbisik sebelum akhirnya beranjak dan berlalu. Masih sempat mengulas senyuman sebelum beranjak.Di dalam kamar Arjuna tampak berulang kali menarik napas dalam dan melepaskannya perlahan. Kondisi yang terjadi sekarang dirasa tak tepat datangnya.*Tahun demi tahun beranjak dengan tanpa terasa. Usia Arjuna sudah cukup matang begitupun dengan Dara yang sudah menyelesaikan pendidikan S-1 nya di salah satu universitas swasta di Malaysia. Arjuna 32 tahun, Dara 22 tahun. Memang terkesan masih muda jika berganti status di umur segitu, tapi balik lagi setiap orang

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 67. Berusaha Damai dengan Keadaan

    Setelah mengambil ponsel dari tangan Devina, Ratna langsung mematikan sambungan telepon meski di seberang sana masih terdengar samar Bram berucap halo berulang kali. Namun, Ratna sengaja tidak menggubris sama sekali. Seolah-olah tak mendengar apalagi Devina tak mengalihkan pandangannya sama sekali.Setelah mematikan sambungan teleponnya, Ratna malah mendekatkan ponselnya ke telinganya sendiri, "Halo, Mas. Halo .... "Ma, kok diambil handphonenya? Kan Nana belum selesai ngomong sama papanya," protes Devina, tampak wajahnya heran bercampur sedikit kecewa. "Oh ini, Na. Pulsa mama habis," Ratna beralasan seraya berusaha tak salah tingkah. "Yah, Mama. Dikira tadi nelpon pake w******p. Telpon pake w******p aja, Ma. Kan ada jaringan internet.""Iya, tapi kapan-kapan kita coba telpon papa lagi. Sekarang udah malam, lebih baik Nana tidur biar nggak kesiangan bangun besok!" "Baiklah." Meski di dalam hatinya ada rasa tak terima dan tak puas, Devina tak bisa berbuat banyak, dia segera merapika

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 68. Mencurigakan

    Arjuna menyudahi menyantap sarapannya dengan meminum air putih hangat setengah gelas."Kita bicarakan nanti pas aku sudah pulang kerja, Mi. Aku harap mami mengerti dan paham," ucapnya sebelum akhirnya beranjak. Sama sekali Arjuna tak melempar pandangan pada Santi ataupun Dara."Arjuna! Arjuna! Kamu dengar mami manggil nggak?" teriak Santi, akan tetapi Arjuna sama sekali tidak menoleh ke belakang apalagi memberhentikan langkahnya. Mata Santi menatap tajam meski punggung anaknya saja yang terlihat. Dia tampak begitu emosi dengan sikap Arjuna yang masih tidak sejalan dengan dirinya. Saking susahnya menahan emosi, wajah Santi yang mengkilat karena perawatan tampak memerah bagai kena cahaya matahari yang terik."Kalau Mami dibiarkan seperti ini terus bisa-bisa kedepannya makin memperburuk keadaaan," bisik Arjuna dalam hati sembari terus melangkah ke arah pintu utama. "Tan, kayaknya aku balik saja ke Jogja. Percuma aja aku di sini, Tan. Mas Arjuna tampak keberatan dengan adanya aku. Apala

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 69. Pilih yang Mana?

    Eka langsung sekejap beranjak dan bertekuk lutut di hadapan Ratna."Aku yang make. Ibuku sakit keras di kampung. Jadi aku terpaksa pakai uang toko kamu, Rat. Maaf … Maaf … kalau aku lancang. Aku rela kalau kamu pecat, Rat."Bukannya memarahi Eka, Ratna malah membantu janda beranak dua itu untuk bangkit."Bagiku, uang bukanlah suatu yang terpenting dibanding kepercayaan. Aku rasa akan berbeda cerita jika kamu mengatakan hal sebenarnya, tanpa melibatkan nama orang tuamu bahkan parahnya kamu menyematkan sakit keras pada perempuan yang berjuang melahirkan kamu dulu, Ka."Tubuh Eka bergetar hebat. Dia berdiri dalam kondisi tertunduk. Sama sekali tak berani mengangkat kepalanya untuk menatap Ratna."Berat hati, aku harus memecat kamu dan aku sendiri yang akan turun tangan mengurus toko ini."Seketika dunia Eka runtuh seketika. Selain hidupnya akan menjadi rakyat jelata lagi, hal yang cukup membuat dirinya terkejut dan tidak habis pikir kenapa Ratna bisa tahu kebenaran yang sesungguhnya."Ja

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 70 l. Tersingkirkan Tanpa Menyingkirkan

    "Oke … Oke …," sahut Arjuna seraya bangkit dari duduknya. Seketika itu juga senyum Santi mengembang pertanda kemenangan di depan matanya. "Dara bisa kerja di sini, tidak sekarang, tapii mulai Senin depan."Senyum yang sempat merekah mendadak menciut seketika mendengar ucapan Arjuna selanjutnya."Lho, nggak bisa dong. Mami maunya besok sudah masuk kerja langsung," protes Santi tak sabar.Dara yang tadinya diam seribu bahasa, itupun hanya …"Tan …," panggil Dara seraya menatap penuh arti pada Santi."Okelah, Senin depan ya. Mami terima. Asal kamu jangan sampai ingkar janji kayak sebelumnya.""Kita pulang yuk, Tan. Mas Arjuna pasti masih banyak pekerjaannya.""Kok pulang sih. Ke mall dulu dong, Sayang. Kan mau cari baju buat kamu kerja Senin depan."Sebelum meninggalkan ruangan Arjuna. Dara tak lupa mengucapkan terima kasih pada Arjuna."Makasih banyak, Mas. Aku dan tante pulang dulu," pamitnya.Tanpa menjawab, Arjuna hanya membalas dengan sekali anggukan.***Bram yang berdiri di depan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 71. Menari di Pelupuk Mata

    [Itu maminya Bapak Arjuna dan perempuan yang tak kalah cantik itu adalah calon dari lelaki yang selama ini sudah bertopeng sama kamu dan Devina.][Makanya kamu jangan gampang terkesima dengan lelaki yang nggak sepenuhnya kamu kenal.]Begitulah bunyi pesan yang masuk disertai dengan foto yang dikirim Bram.Ratna bergeming, seolah memori pikirannya terputar ulang bagaimana awal bertemu Arjuna yang pernah menolong dirinya saat persidangan. Masih teringat di benaknya bagaimana Arjuna selalu ada di kala Ratna dan Devina butuh bantuan, tanpa diminta terlebih dahulu. Dan, yang membuat semuanya berkesan karena Arjuna mampu membuat Devina merasa nyaman dan bahagia.Berulang kali Ratna menarik napas dalam dan melepasnya perlahan."Selow, Rat. Ini bukan kegalauan yang berarti. Bukankah kamu masih trauma mengenal sosok lelaki. Dan, kamu memang tidak memupuk rasa padanya.""Tapi … hati ini terasa ngilu setelah melihat foto perempuan itu.""Apa sih, Rat. Jangan lebay, rasa kamu itu mungkin hanya se

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27

Bab terbaru

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 199. Potrait Kebahagiaan

    Di pusara yang berhiaskan rumput jepang Lidya menangis sejadi-jadinya. Hari ini tepat satu bukan kepergian Santoso dan hari pertama Lidya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kondisi yang sangat parah membuat dirinya sering drop."Pi, aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu itu aku mendengar kata Kak Sonia, pasti semua ini nggak akan kayak gini.""Pi, kenapa harus pergi dengan cara gini? Kenapa papi perginya nggak bawa aku sekalian aja?"Air mata Lidya mengalir deras tanpa jeda. Mata dan hidungnya merah. Suaranya pun terdengar parau. Dari jarak satu meter Sonia hanya diam membisu seraya menatap sendu adik bungsunya yang meratapi kepergian lelaki tercintanya."Sudah, Lid. Papi sudah tenang di sana. Nggak sakit lagi." Sonia akhirnya menghampiri tubuh ringkih adiknya yang memeluk pusara Santoso.Lidya yang tak sesehat dulu jelas membuat Sonia khawatir. Apalagi bagian kepalanya yang bocor akibat jatuh dari tangga sebulan yang lalu itu."Lepasin aku, Kak. Aku mau disini nemenin papi."

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 198. Mengutuk Diri

    Rumah kediaman Santoso yang biasanya lengang, kini ramai didatangi oleh para pelayat. Pagi hari, jenazah Santoso dibawa pulang, karena atas keinginan Shanti otopsi diberhentikan, mengingat Shanti tak ingin jenazah suaminya itu melewati lima waktu sholat. Shanti tak ingin jenazah suaminya itu masih merasakan siksa dunia.Sanak saudara, klien, dan rekan kerja Santoso dulu turut hadir memberi doa sebelum Santoso dikebumikan. Dalam keramaian para pelayat yang datang, belum tampak batang hidung Ratna dan Devina. Mereka baru pagi ini terbang ke Jogja setelah semalam diberitahu oleh Arjuna.Pukul sebelas siang, Ratna dan Devina sampai juga di rumah duka. Shanti memeluk tubuh Ratna dengan erat."Maaf jika aku membawa sial, Mi. Kalau aku tidak ada mungkin papi masih ada," sesal Ratna seraya berbisik pada Shanti."Ini takdir Yang Maha Kuasa. Kamu bukan pembawa sial. Melalui kamu, Allah menyadarkan mami dari maruknya harta dan tahta."Tapi, Mi ….""Sudah, Ratna. Kamu tidak perlu terus-terusan me

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 197. Duka Beruntun

    Santoso mengalihkan pandangannya ke arah Lidya yang tertunduk takut."Benar apa yang dikatakan mami kamu, Lidya?" tanya Santoso dengan lantang.Hening tanpa jawaban. Tak dijawab langsung membuat emosi Santoso membuncah."Lidya, jawab papi!" teriak Santoso. Emosi yang tak terkontrol membuat Santoso drop seketika. Tangan kanannya memegang dada."Aaauuu …," pekiknya bersamaan dengan jatuhnya tubuh berbobot cukup besar itu ke lantai. Arjuna yang tidak begitu memperhatikan Santoso kalah cepat menyambut tubuh papinya itu."Mas!" pekik Shanti."Papi …," teriak Lidya histeris.Arjuna memapah tubuh Santoso dan merebahkannya di sofa.Napas Santoso tersengal-sengal menahan sesak."Ngapain kamu bengong, Lidya. Cepat telepon dokter!" desak Shanti yang panik."Sini aku telpon, mana nomor hape dokternya," ucap Arjuna."Aku nggak hapal, Mas." Lidya berlari menuju lantai dua untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar.Namun, saat dirinya berhasil mengambil ponsel dan menuruni anak tangga kurang hati-

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 196. Cuti Menjadi Dua Hari

    "Mami dan Mas Arjuna pasti nggak tahu 'kan kalau papi sakit parah.""Jantung 'kan?""Bukan," bantah Lidya."Lalu apa, Lid. Kamu daritadi setengah-setengah aja ngomongnya. Bikin makin panik," sungut Shanti yang sudah mulai kesal."Papi, sakit kanker paru-paru kata dokter, Mi."Shanti dan Arjuna saling menoleh heran."Kamu jangan asal ngomong ya? Mana mungkin papi kena kanker," protes Shanti. Menurut Shanti, suaminya itu tampak seperti biasanya. Tak ada tanda jika suaminya memginap penyakit yang berbahaya itu."Sudah, sekarang kamu balik ke Jogja, biar aku temui papi besok. Dan, cukup bersikap lancang sama Ratna. Dia itu hanya korban dan kamu tidak punya hak mencampuri semua ini."Lidya bangkit dari duduknya, lalu berdiri berhadapan dengan Arjuna."Tanpa Mas suruh pun aku akan pulang. Tak sudi tinggal disini dengan orang seperti mas dan mami. Egois!"Lidya menyentak dengan kasar saat membuka pintu dan menghempaskannya dengan keras saat menutupnya kembali."Biarkan saja, Ar. Lidya meman

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 195 Keduanya Terperangah!

    Lidya tersentak kaget ketika melihat sosok yang sempat dia cari sebelumnya tiba-tiba datang tanpa kode."Ngapain kamu kesini? Nggak ada sopan santunnya sama sekali!" serang Arjuna yang terlihat begitu marah pada adik bungsunya itu.Mendengar suara Arjuna berada di luar rumah, Ratna pun bergegas ke sumber suara."Mas, kamu kok bisa tahu Lidya disini?" tanya Ratna penasaran."Nggak usah sok nanya, dasar perempuan bermuka dua," geram Lidya melihat Ratna tiba-tiba nimbrung. Dipikiran Lidya, Ratna lah yang menghubungi Arjuna. Dan, sekarang malah seorang bertanya."Jaga mulut kamu, Lid. Sembarangan aja kalau bicara!" sergah Arjuna. "Aku minta maaf atas sikap Lidya sama kamu, Rat. Nanti malam aku ke sini lagi.""Kamu ikut aku sekarang!" Arjuna menarik kasar tangan Lidya untuk masuk ke dalam mobil.Selama ini Arjuna tidak pernah berkata kasar ataupun bersikap kasar pada saudara perempuannya itu. Namun, tingkah Lidya yang kelewatan batas, tak ada toleransi lagi.Ratna melepas kepergian Arjuna

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 194. Pemisah dan Pembunuh

    Lidya sedang berdiri di sebuah rumah yang baru saja dikunjungi Arjuna dan Shanti."Permisi!" seru Lidya di depan pagar.Mendengar suara tersebut, Ratna pun bergegas ke pintu utama. Dirinya sempat mengernyitkan dahi saat berhenti di ambang pintu utama."Itu siapa? Kok asing wajahnya," gumam Ratna."Permisi, Mbak," sapa Lidya lagi seraya mengulas senyum palsu.Ratna pun melanjutkan langkah menuju pagar."Ya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Ratna, sama tidak membukakan gembok pagar rumahnya untuk jaga-jaga.Wajah Lidya yang tadinya menampakkan kehangatan palsu, sekarang berubah drastis tepat saat Ratna berdiri di depannya yang hanya terbatas dengan pagar."Saya Lidya, adiknya Mas Arjuna. Saya ingin mengobrol dengan Anda!" ucapnya dengan lantang. Sorot matanya pun ikut menatap Ratna dengan tajam."Oh, boleh. Silakan masuk!" titah Ratna yang setelahnya membuka gembok.Lidya mengikut langkah Ratna saat masuk ke dalam rumah. Tak ada rasa takut apalagi kesal karena melihat wajah Lidya yan

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 193. Pergi Sebentar

    Gerbang didorong oleh Pak Kobir saat bunyi klakson memberi kode.Pak Kobir tidak langsung memberitahu Arjuna, dirinya beranggapan tak sopan jika sang Tuan belum duduk di dalam rumah. Arjuna dan Pak Sobri melakukan seperti kemarin saat mobil sudah berhenti di depan rumah, hal akan menjadi rutinitas sampai waktu tak ditentukan."Mami langsung istirahat saja ya. Aku ada urusan sebentar," pamit Arjuna setelah membopong tubuh Shanti ke peraduan."Mau kemana, Ar? Bukannya cuti," tanya Shanti heran."Ada perlu sebentar, Mi.""Iya, sebentarnya kemana? Nggak tenang mami nih, Ar. Kata kamu ada polisi yang ngejagain. Tapi kok mami nggak lihat dari kemarin kalau ada yang jaga berpakaian lengkap seperti biasanya.""Yang jaga kita nggak pake seragam, Mi. Sengaja biar nggak ketahuan sama orang-orangnya Mulyadi.""Tapi nggak ada juga yang berdiri di dekat rumah kita.""Mereka berdiri di suatu tempat dengan standby CCTV. Begitu juga tadi di rumah Ratna. Kalau terang-terangan dijaga, mana ada yang bera

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 192. Sekalian Tidak Usah Menikah!

    Benar saja, esok hari Lidya langsung terbang ke Jakarta, tentu saja berbohong pada Santoso. Alih-alih beralasan ada interview di luar kota. Meskipun Sonia sudah melarang tapi tetap saja Lidya berangkat dengan berbohong pada Santoso."Aku pergi interview dulu ya, Pi. Doakan berhasil," pamit Lidya seraya mencium punggung tangan Santoso."Pasti. Semoga kamu bisa lebih sukses dari Arjuna.""Tentu, Pi. Aku akan bikin papi bangga, nggak kayak Mas Arjuna."Sebelum pamit, Lidya memberi selembar kertas pada asisten rumah tangganya. Disana tertulis apa saja yang akan dilakukan asisten rumah tangganya serta jam minum obat. Tak lupa, Lidya meminta asisten mengabari dirinya jika ada kondisi darurat. Atau jika tidak ada respon, asisten rumah tangga diminta untuk menghubungi Sonia."Pak, ada Mas Arjuna?" tanya Lidya pada security yang bertugas. Lidya sampai di Jakarta pukul dua belas siang."Bapaknya baru saja pergi, Mbak Lid.""Sama mami juga?" Lidya ingin memastikan."Iya, sama nyonya juga.""Kira

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 191. Disambut Saat Pulang

    Ponsel yang standby di tangannya, tak butuh lama bagi Arjuna membaca pesan yang dikirim oleh kakak kandungnya itu, meskipun dia hanya membaca lewat sekilas pemberitahuan di layar ponselnya."Mereka pikir aku akan gentar dengan ancaman ini. Cukup selama ini aku yang menjadi tameng menyelamatkan hidup keluarga. Namun, nggak berlaku lagi sekarang."Tanpa membuka pesan yang dikirim Sonia, Arjuna malah menghapus pesan yang Sonia serta memblokir nomor ponsel kakaknya itu dari whatsapp. Arjuna lebih memilih fokus pada kondisi Shanti daripada meladeni saudara kandungnya itu. Sebegitu kecewakah Arjuna sampai-sampai tak memberi celah?"Gimana, Kak? Sudah dibaca? Udah tiga jam lho ini." Lidya masih saja penasaran. Mereka tengah menikmati cemilan malam di balkon lantai dua."Belum. Sibuk atau bisa jadi sengaja nggak direspon.""Nggak direspon, berarti dia baca dong?""Tanda birunya nggak ada.""Apa Mas Arjuna menonaktifkan pertanda pesan yang masuk itu sudah dibaca?""Ya … nggak tau lah soal itu.

DMCA.com Protection Status