Share

16. Kabar Mengejutkan

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-04 19:08:31

Tempat itu begitu sunyi, sepanjang mata memandang hanya ada nisan yang berjajar rapi. Risa berjongkok tepat di depan sebuah makam lalu meletakkan seikat bunga amarilys di sana. Perasaan bersalah tergambar jelas di wajah cantik Risa. Dia merasa bersalah karena sudah lama sekali tidak mengunjungi makam ayahnya.

"Maaf Risa baru datang," gumamnya sambil mencabut rumput liar yang tumbuh di atas makam ayahnya. Sebenarnya ada begitu banyak hal yang ingin Risa ceritakan pada sang ayah, tapi dia lebih memilih untuk memendam semua masalahnya sendirian.

"Ayah jangan khawatir, Risa masih menjadi anak Ayah yang hebat dan kuat seperti dulu." Risa menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit di dadanya. Air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipinya, tapi dia cepat-cepat menghapusnya.

"Do'akan semoga rencana Risa berhasil. Risa sayang, Ayah." Risa mengecup nisan ayahnya sebelum pergi meninggalkan makam. Setelah itu dia mengendarai mobilnya ke rumahnya yang dulu. Risa ingin b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yanti Gunawan
d tunggu up nya kak, jgn lama" ya kak ga sabar nih nunggu sambungan cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   17. Tertekan

    Nadia kembali memoles lipstik berwarna merah di bibirnya, setelah itu memperbaiki eyeliner-nya yang terlihat sedikit kurang rapi. Tidak terasa sudah tiga puluh menit lebih Nadia mematut diri di depan cermin dan dia baru menyadari kalau hidungnya tidak begitu bangir. Sepertinya dia perlu melakukan operasi plastik agar hidungnya terlihat lebih benang. Jika perlu dia akan tanam benang agar dagunya terlihat lebih lancip.Nadia berdecak kesal sambil membanting lipstiknya di atas meja ketika teringat dengan Brialla. Amarah tergambar jelas di wajahnya yang dipoles make up tebal. Nadia sangat membenci Brialla karena wanita itu sudah berani menggoda Rangga. Brialla bahkan membuat pipinya ditampar keras oleh Rangga padahal dia hanya ingin mempertahankan rumah tangganya.Sementara itu Rangga yang sudah menunggu di mobil berulang kali melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Sudah sepuluh menit dia menunggu, tapi Nadia belum juga keluar padahal mereka harus menghadiri makan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   18. Sebuah Permintaan

    Dikta mengerjapkan kedua matanya perlahan ketika cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh tepat mengenai wajah tampannya. Ternyata sekarang sudah hampir jam enam, pantas saja matahari sudah bersinar lumayan terang. Dikta pun segera bangun lalu mendudukkan diri di atas tempat tidur. Kamar yang didominasi cat berwarna putih ini terasa sangat asing baginya. Padahal dia sudah menghabiskan separuh hidupnya di dalam kamar ini. Dia terpaksa pergi dari rumah ini semenjak pertiakaian yang terjadi di antara dirinya dan sang kakak dan melupapan semua kenangan buruk yang pernah dia alami di sini.Dikta menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya setelah itu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selang beberapa menit kemudian dia keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya kemudian memilih baju yang ada di lemari.Dikta tanpa sadar tersenyum ketika melihat bajunya yang tersusun rapi di lemari. Ternyata mama tirinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   19. Anak Haram

    Dikta kembali terdiam. Lagi-lagi dia merasa tidak pantas sebab dia anak yang terlahir dari pernikahan yang tidak sah. Lagi pula ayahnya masih mempunyai anak yang lain. Dikta yakin sekali Adi pasti akan semakin membencinya jika menerima tawaran tersebut."Kenapa Ayah tidak memberikan posisi ini ke Kak Adi?"Januar urung menyesap teh-nya, lalu menatap Dikta dengan alis terangkat sebelah. Seolah-olah bertanya mengapa Dikta melontarkan pertanyaan tersebut pada dirinya.Dikta membetulkan posisi duduknya agar merasa lebih nyaman sebelum bicara, "Kak Adi juga dokter. Semua orang juga tahu betapa hebatnya Kak Adi ketika menyelematkan pasiennya di meja operasi. Dikta rasa ... Kak Adi pantas menduduki posisi tersebut.""Jadi menurutmu begitu?"Dikta mengangguk polos. Entah kenapa ekspresi pria berusia 28 tahun itu terlihat sangat menggemaskan sekarang membuat Januar tidak tahan untuk terkekeh pelan.Januar sangat menyayangi Dikta, bahkan mungkin melebihi rasa sayangnya pada Adi. Bukan tanpa ala

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   20. Kiss

    Mercedes Benz G65 itu melesat cepat membelah jalanan Ibu Kota. Mata si pengemudi memang tertuju pada jalanan yang ada di hadapan, tapi pikirannya sedang melayang ke mana-mana.Masih terekam jelas di ingatan Dikta kata-kata yang terlontar dari mulut sang kakak. Bukan satu dua kali Adi menyebut dirinya sebagai anak pembawa sial, bahkan anak haram. Kata-kata itu sudah dia dapatkan semenjak tinggal di rumah ayahnya. Namun, rasa sakitnya masih tetap sama. Rasanya sungguh menyesakkan hingga membuat jantungnya terasa seperti terbelah.Dikta menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Air mata ... terlihat menggenang di kedua pelupuk matanya.Dikta pernah berjanji kalau dia tidak akan menangis lagi. Dia sudah berjanji pada Aluna kalau dia akan menjadi Dikta yang lebih hebat dan lebih kuat dari sebelumnya.Akan tetapi dia kembali jatuh sekali lagi. Jatuh karena kata-kata Adi yang begitu menyakiti hati. Biasanya Aluna selalu ada di sampingnya ketika dia me

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   21. Marah

    Tubuh Risa menegang, aroma wine yang menguar dari mulut Dikta tercium dengan jelas di indra penciumannya. Aromanya sangat memabukkan sekaligus membuat jantungnya berdebar.Entah kenapa Dikta malah terlihat sangat tampan di matanya sekarang dengan rambut yang sedikit basah dan acak-acakan.Apa dia baru saja memuji kalau Dikta tampan?Risa tersentak setelah menyadari apa yang baru saja dia pikirkan. Dia pun cepat-cepat mendorong Dikta agar menyingkir dari atas tubuhnya. Namun, Dikta tidak mau bergerak. Pria itu malah menenggelamkan wajah di lehernya."Huft!" Risa menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Rasanya dia ingin sekali menampar Dikta karena sudah mencium bibirnya sembarangan. Akan tetapi di lain sisi dia juga menyadari kalau Dikta pasti tidak sadar ketika melakukannya."Dokter minggir!" Risa mencoba mendorong Dikta agar menyingkir dari atas tubuhnya karena sumpah demi apa pun tubuh Dikta sangat berat. Lagi pula posisi ini membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Embus

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   22. I'm Sorry

    Napas Zean terengah, dia menarik udara sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke dalam paru-parunya. Pria dengan tinggi 183cm itu langsung meluncur ke rumah Dikta setelah bangun tidur. Dia bahkan masih memakai piyama yang dipakainya semalam.Bukan tanpa alasan mengapa Zean datang ke rumah Dikta pagi-pagi sebab sahabat baiknya itu bisa melakukan hal di luar nalar ketika mabuk.Zean masih ingat dengan jelas dia dan Dikta pernah mabuk bersama ketika masih koas. Stres akibat tugas yang menumpuk membuat mereka memutuskan untuk mencari hiburan dengan pergi ke kelab malam. Dia dan Dikta hanya minum sambil berbagi keluh kesah betapa sulitnya menjalani koas karena Dikta kurang suka turun ke lantai dansa. Padahal banyak perempuan berpakaian kurang bahan yang menggoda mereka.Sialnya Dikta malah salah masuk ke toilet perempuan saat ingin buang air kecil. Sahabatnya itu bahkan nyaris diamuk pengunjung yang ada di sana. Untung saja dia berhasil menyelamatkan Dikta.Zean pikir masalahnya sudah berh

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   23. Gadis Misterius

    Audy hitam itu melaju kencang membelah jalanan ibu kota. Risa mencoba fokus mengendarai mobilnya meskipun pikirannya sedang melayang ke mana-mana. Tanpa sadar Risa menggigit bibir bagian bawahnya ketika ciumannya dan Dikta semalam kembali melintas di ingatannya.Risa akui Dikta seorang pencium yang handal. Dia bahkan sempat terbuai dengan ciuman pria itu. Apa lagi bibir Dikta terasa begitu lembut."Ish! Aku mikirin apa, sih?" Risa tanpa sadar menggelengkan kepala cepat untuk mengusir pikirannya barusan.Lima belas menit kemudian, dia akhirnya tiba di kantor Rangga.Risa menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan sebelum turun dari mobilnya. Risa sebenarnya malas sekali bertemu dengan Rangga. Emosinya selalu naik setiap kali dia berada di dekat mantan suaminya itu. Namun, dia berusaha keras untuk meredam emosinya.Risa menuju lift khusus pegawai seperti biasa. Beberapa pasang mata menatapnya dengan pandangan tidak suka, terutama karyawan perempuan. Mereka pasti iri karena Rangg

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   24. Minta Maaf

    Lonsdaleite, sebuah kafe bernuansa klasik yang berada di pinggir kota. Kafe tersebut berada di dalam sebuah gang yang lumayan sempit dan sulit dilalui kendaraan beroda empat. Bagi pengunjung yang ingin datang ke Lonsdaleite harus berjalan kaki sekitar lima menit agar bisa tiba di sana.Dikta menghirup aroma melati dari secangkir teh hangat yang ada di genggamannya setelah itu menyesapnya dengan perlahan. Dikta biasanya selalu memesan Iced Americno jika datang ke Lonsdaleite Cafe. Namun entah kenapa dia kali ini memesan secangkir teh hangat, mungkin karena cuacanya sekarang agak sedikit mendung."Sudah lama sekali, ya?"Dikta menatap gadis berambut cokelat yang duduk di hadapannya dengan alis terangkat sebelah. Gadis itu bernama Amora—adik kandung Aluna. Mereka tidak sengaja bertemu ketika dia mengunjungi makam kekasihnya itu."Ya, kurang lebih empat tahun mungkin," jawab Dikta.Amora adalah adik tingkat Dikta saat kuliah. Gadis itu selama empat tahun ini tinggal di luar pulau untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25

Bab terbaru

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   38. Bukan Adegan Romantis

    Risa belum pernah bernapas selega ini setelah mengalami kejadian buruk yang nyaris merenggut nyawanya beberapa bulan lalu. Setelah berusaha keras membujuk Pratama, akhirnya dia berhasil meyakinkan pemuda yang pernah menjadi kaki tangan Rangga itu untuk mengakui semua kejahatannya dan menyerahkan diri ke polisi.Keadilan yang selama ini dia dan Dikta harapkan perlahan-lahan mulai menemui titik terang. Risa yakin sekali Rangga dan adik tirinya yang jahat itu akan mendapat balasan yang setimpal atas perbuatan mereka, dan nama Dikta akan kembali baik seperti semula."Terima kasih banyak, Pratama. Aku tidak akan pernah melupakan semua kebaikan dan pengorbananmu." Risa tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada Pratama.Pratama hanya bisa menundukkan kepala dalam diam. Dia seperti memakan buah simalakama jika menuruti permintaan Risa atau pun Rangga. Semua tidak ada yang menguntungkan.Akan tetapi satu hal yang jelas, Pratama merasa sangat menyesal sudah menuruti perintah Rangga unt

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   37. Permintaan Risa

    Keenam orang itu berkumpul di ruang tamu sebuah rumah sederhana yang berukuran tidak terlalu besar. Suasana di dalam pun terasa sangat menegangkan.Pratama duduk di sebuah kursi panjang dengan tangan dan kaki yang terikat. Di samping kanan dan kirinya ada Dikta dan Zean yang terlihat siaga, berjaga-jaga agar dia tidak kabur lagi dari mereka.Sedangkan Risa berusaha menenangkan satu-satunya wanita paruh baya yang ada di sana."Ini ada apa sebenarnya? Kenapa anak saya ditangkap?" Mutia—ibu Pratama menatap Risa dengan penuh tanda tanya. Dia merasa sangat terkejut melihat Risa, Dikta, dan Zean tiba-tiba datang ke rumahnya lalu menangkap Pratama."Ibu, yang tenang, ya. Anak Ibu sudah melakukan kesalahan, dan tujuan kami datang ke sini untuk meminta pertanggung jawaban," jelas Risa pelan-pelan."Anak saya salah apa? Kenapa tangan dan kakinya sampai diikat?"Risa tersenyum sendu, dia bisa melihat dengan jelas jika Mutia sangat menyayangi Pratama dan percaya jika Pratama adalah anak yang sang

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   36. Found Him

    Dua bilah bibir itu tanpa sadar terus tersenyum, kedua tangan mereka pun masih saling bertaut. Risa tidak bisa berhenti tersenyum mengingat ekspresi konyol Rangga, begitu pula dengan Dikta.Dia tidak pernah menyangka bisa mengatakan hal sekonyol itu pada Rangga padahal dia biasanya irit bicara. Dikta hanya ingin memberi Rangga sedikit pelajaran agar berhenti mengganggu Risa.Tidak lama kemudian Dikta dan Risa sudah tiba di restoran. Mereka memang ingin sarapan bersama sebelum pergi mencari Pratama."Apa tanganmu masih sakit?" Risa tersentak, jantungnya seketika berdetak dua kali lebih cepat ketika sadar kalau Dikta sejak tadi menggenggam tangannya. Dokter muda itu bahkan mengusap pergelangan tangannya yang memerah dengan sangat lembut seolah-olah tidak ingin dia terluka."Em, agak sakit sedikit, sih. Tapi gak papa." Risa melepas tangannya dari genggaman Dikta dengan hati-hati. Dia takut mati muda jika Dikta terus menggenggam tangannya karena jantungnya sejak tadi berdetak tidak karua

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   35. Janji Lain

    Risa hari ini bangun pagi sekali, bahkan sebelum matahari terbit. Dia terbangun tepat jam empat lebih lima belas menit, setelah itu tidak bisa tidur lagi.Akhirnya Risa memutuskan untuk memeriksa keembali jadwal Rangga hari ini. Setelah sarapan, mantan suami sekaligus bos-nya yang menyebalkan itu ingin pergi ke Pulau Komodo dan menghabiskan waktu sampai sore.Malam harinya Rangga harus menghadiri pesta kecil-kecilan untuk merayakan kerja sama dengan perusahaan milik kliennya.Sebelum pergi ke Labuan Bajo, Rangga sering sekali mengingatkan dirinya agar ikut ke mana pun pria itu pergi. Akan tetapi dia sudah mempunyai janji lain hari ini, dia ingin mencari keberadaan Pratama bersama Dikta.Ah, memikirkan Dikta membuat jantung Risa tiba-tiba berdebar, wajah pun terasa panas. Meski mereka baru beberapa bulan ini saling mengenal, Risa bisa merasakan kalau Dikta sebenarnya pria yang sangat baik meskipun ucapannya terkadang menyebalkan.Tanpa banyak kata Dikta menenangkan dirinya yang terpuku

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   34. Tentang Rasa

    "Kenapa Dokter makasa, sih? Aku bisa balik ke kamarku sendiri kok.""Jangan banyak protes. Aku akan tetap mengantarmu sampai ke kamar.""Gess...." Risa memutar bola mata malas. Mau tidak mau akhirnya dia membiarkan Dikta mengantarnya kembali ke kamar.Suasana begitu hening. Tidak ada yang membuka suara di antara mereka. Dikta memilih berjalan di belakang Risa alih-alih di samping wanita itu. Dia hanya ingin memastikan jika Risa tiba di kamarnya dengan selamat. Apa lagi hari sudah malam.Risa membetulkan jas milik Dikta yang dipakainya untuk menghalau hawa dingin yang menyergap tubuhnya. Aroma laut berpadu dengan kayu manis yang menguar dari jas Dikta tercium jelas di indra penciumannya.Aromanya sangat menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar. Entah mengapa Risa merasa nyaman berada di dekat Dikta. Rasanya dia sudah lama sekali tidak merasakan kenyamanan ini dan jujur saja dia merasa senang ditemani Dikta meskipun dia tadi sempat menolak.Tubuh Risa menegang, dia sontak berhe

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   33. Terima Kasih, Dokter

    Risa mengerjapkan kedua matanya berkali-kali untuk memastikan jika pria tampan yang berdiri tepat di hadapannya adalah Dikta."Kenapa Dokter bisa ada di sini?"Kening Dikta berkerut dalam, sepertinya Risa lupa kalau dia yang membawa wanita ke kamarnya."Ini kamarku, Brialla. Tentu saja aku ada di sini.""Kamar Dokter?" Kini giliran Risa yang bingung, pantas saja kamar ini terlihat sangat berbeda dengan kamar yang Rangga pesan untuknya. Ternyata kamar ini milik Dikta."Iya, ini kamarku." Dikta menegaskan."Terus, kenapa aku bisa ada di sini?"Alis Dikta terangkat sebelah. Kenapa Risa bertanya seperti itu pada dirinya? Apa Risa lupa kalau beberapa jam yang lalu dia menangis tersedu-sedu hingga membuatnya terpaksa membawa wanita itu ke kamarnya?"Apa kamu sempat minum tadi?""Minum?" Kedua alis Risa menyatu. "Aku tidak minum apa pun. Kenapa Dokter bertanya seperti itu? Apa Dokter pikir aku mabuk?"Dikta menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sepasang iris hitam miliknya menatap Risa

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   32. Untung Ada Dokter

    Risa ingin mencari Pratama sebelum pria itu pergi terlalu jauh. Namun, Dikta malah mencekal pergelangan tangannya."Ada apa, Brialla? Kenapa kamu terlihat panik sekali? Apa terjadi sesuatu?" Dikta menatap Risa khawatir. Dia tidak tahu mengapa Risa terlihat sepanik ini."Dokter ...." Risa menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat. Air mata terlihat menggenang di kedua pelupuk matanya. Suaranya pun terdengar bergetar."Kamu kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Dikta lagi sambil meraih kedua bahu Risa agar menghadapnya. Kekhawatiran terpancar jelas dari sepasang iris hitam miliknya ketika menatap Risa.Risa tidak mampu lagi menahan air matanya. Dia biarkan saja kristal bening itu jatuh membasahi pipinya untuk meluapkan kekecewaan dan rasa sakit yang saat ini sedang dia rasakan.Dikta semakin panik melihat Risa yang tiba-tiba menangis. Rasanya dia ingin sekali menarik tubuh Risa ke dalam dekapan dan mengatakan kalau semuanya pasti akan baik-baik saja agar perasaan wanita itu mejadi lebih t

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   31. Pembunuh

    Risa bergegas menghampiri pria asing itu lantas berdiri tepat di hadapannya. Sepasang matanya yang bulat sibuk memperhatikan pria itu dari atas sampai bawah.Potongan rambut, wajah, dan bentuk tubuh pria itu terlihat tidak asing di matanya. Risa merasa pernah melihat pria ini sebelumnya. Dan matanya yang sipit mengingatkan Risa dengan—Deg,Tubuh Risa tiba-tiba menegang, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak selama beberapa saat, wajahnya pun terlihat sedikit pucat. Tanpa sadar kedua tangannya mencengkeram pinggiran rok yang dipakainya dengan erat karena kejadian buruk yang dialaminya beberapa bulan yang lalu kembali melintas di ingatan.Risa masih ingat dengan jelas wajah pengemudi sedan hitam yang menabrak mobilnya hingga masuk ke dalam jurang dan meledak.Pengemudi itu ada di hadapannya sekarang.Dia ... Pratama. Kaki tangan sekaligus orang kepercayaan Rangga."Maaf."Risa tergagap ketika mendengar suara Pratama. Dia berusaha keras agar tetap terlihat tenang meskipun dia sekaran

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   30. Pria Asing

    Tidak ada yang membuka suara selama di perjalanan. Risa terlalu merasa canggung untuk mengajak Dikta bicara. Sejak tadi yang dia lakukan hanya diam sambil memandangi jalanan lewat kaca mobil yang ada di sampingnya.Risa baru pertama kali ini menaiki mobil Dikta. Mercedes Benz AMG G65 ini merupakan mobil mewah berjenis suv yang memiliki harga sekitar 4,2 miliar. Melihat rumah, kendaraan, dan barang-barang mewah yang dipakai Dikta membuat Risa sadar kalau Dikta bukanlah orang sembarang.Akan tetapi mengapa Dikta tidak bisa melawan Rangga? Apa mungkin ada seseorang yang diam-diam membantu mantan suaminya itu?Risa tanpa sadar mengembuskan napas panjang. Sepertinya dia akan mengalami sedikit kesulitan untuk melawan Rangga jika ada orang penting yang berdiri di belakang pria itu. Akan tetapi dia sudah berjanji akan memulihkan nama baik Dikta karena dokter muda itu sudah mau memperbaiki wajahnya."Sudah berjalanan sejauh mana rencanamu?""Dokter tanya apa?" Risa tersentak ketika mendengar s

DMCA.com Protection Status