Share

20. Kiss

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 23:56:40

Mercedes Benz G65 itu melesat cepat membelah jalanan Ibu Kota. Mata si pengemudi memang tertuju pada jalanan yang ada di hadapan, tapi pikirannya sedang melayang ke mana-mana.

Masih terekam jelas di ingatan Dikta kata-kata yang terlontar dari mulut sang kakak. Bukan satu dua kali Adi menyebut dirinya sebagai anak pembawa sial, bahkan anak haram. Kata-kata itu sudah dia dapatkan semenjak tinggal di rumah ayahnya. Namun, rasa sakitnya masih tetap sama. Rasanya sungguh menyesakkan hingga membuat jantungnya terasa seperti terbelah.

Dikta menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Air mata ... terlihat menggenang di kedua pelupuk matanya.

Dikta pernah berjanji kalau dia tidak akan menangis lagi. Dia sudah berjanji pada Aluna kalau dia akan menjadi Dikta yang lebih hebat dan lebih kuat dari sebelumnya.

Akan tetapi dia kembali jatuh sekali lagi. Jatuh karena kata-kata Adi yang begitu menyakiti hati. Biasanya Aluna selalu ada di sampingnya ketika dia me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   21. Marah

    Tubuh Risa menegang, aroma wine yang menguar dari mulut Dikta tercium dengan jelas di indra penciumannya. Aromanya sangat memabukkan sekaligus membuat jantungnya berdebar.Entah kenapa Dikta malah terlihat sangat tampan di matanya sekarang dengan rambut yang sedikit basah dan acak-acakan.Apa dia baru saja memuji kalau Dikta tampan?Risa tersentak setelah menyadari apa yang baru saja dia pikirkan. Dia pun cepat-cepat mendorong Dikta agar menyingkir dari atas tubuhnya. Namun, Dikta tidak mau bergerak. Pria itu malah menenggelamkan wajah di lehernya."Huft!" Risa menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Rasanya dia ingin sekali menampar Dikta karena sudah mencium bibirnya sembarangan. Akan tetapi di lain sisi dia juga menyadari kalau Dikta pasti tidak sadar ketika melakukannya."Dokter minggir!" Risa mencoba mendorong Dikta agar menyingkir dari atas tubuhnya karena sumpah demi apa pun tubuh Dikta sangat berat. Lagi pula posisi ini membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Embus

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   22. I'm Sorry

    Napas Zean terengah, dia menarik udara sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke dalam paru-parunya. Pria dengan tinggi 183cm itu langsung meluncur ke rumah Dikta setelah bangun tidur. Dia bahkan masih memakai piyama yang dipakainya semalam.Bukan tanpa alasan mengapa Zean datang ke rumah Dikta pagi-pagi sebab sahabat baiknya itu bisa melakukan hal di luar nalar ketika mabuk.Zean masih ingat dengan jelas dia dan Dikta pernah mabuk bersama ketika masih koas. Stres akibat tugas yang menumpuk membuat mereka memutuskan untuk mencari hiburan dengan pergi ke kelab malam. Dia dan Dikta hanya minum sambil berbagi keluh kesah betapa sulitnya menjalani koas karena Dikta kurang suka turun ke lantai dansa. Padahal banyak perempuan berpakaian kurang bahan yang menggoda mereka.Sialnya Dikta malah salah masuk ke toilet perempuan saat ingin buang air kecil. Sahabatnya itu bahkan nyaris diamuk pengunjung yang ada di sana. Untung saja dia berhasil menyelamatkan Dikta.Zean pikir masalahnya sudah berh

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   23. Gadis Misterius

    Audy hitam itu melaju kencang membelah jalanan ibu kota. Risa mencoba fokus mengendarai mobilnya meskipun pikirannya sedang melayang ke mana-mana. Tanpa sadar Risa menggigit bibir bagian bawahnya ketika ciumannya dan Dikta semalam kembali melintas di ingatannya.Risa akui Dikta seorang pencium yang handal. Dia bahkan sempat terbuai dengan ciuman pria itu. Apa lagi bibir Dikta terasa begitu lembut."Ish! Aku mikirin apa, sih?" Risa tanpa sadar menggelengkan kepala cepat untuk mengusir pikirannya barusan.Lima belas menit kemudian, dia akhirnya tiba di kantor Rangga.Risa menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan sebelum turun dari mobilnya. Risa sebenarnya malas sekali bertemu dengan Rangga. Emosinya selalu naik setiap kali dia berada di dekat mantan suaminya itu. Namun, dia berusaha keras untuk meredam emosinya.Risa menuju lift khusus pegawai seperti biasa. Beberapa pasang mata menatapnya dengan pandangan tidak suka, terutama karyawan perempuan. Mereka pasti iri karena Rangg

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   24. Minta Maaf

    Lonsdaleite, sebuah kafe bernuansa klasik yang berada di pinggir kota. Kafe tersebut berada di dalam sebuah gang yang lumayan sempit dan sulit dilalui kendaraan beroda empat. Bagi pengunjung yang ingin datang ke Lonsdaleite harus berjalan kaki sekitar lima menit agar bisa tiba di sana.Dikta menghirup aroma melati dari secangkir teh hangat yang ada di genggamannya setelah itu menyesapnya dengan perlahan. Dikta biasanya selalu memesan Iced Americno jika datang ke Lonsdaleite Cafe. Namun entah kenapa dia kali ini memesan secangkir teh hangat, mungkin karena cuacanya sekarang agak sedikit mendung."Sudah lama sekali, ya?"Dikta menatap gadis berambut cokelat yang duduk di hadapannya dengan alis terangkat sebelah. Gadis itu bernama Amora—adik kandung Aluna. Mereka tidak sengaja bertemu ketika dia mengunjungi makam kekasihnya itu."Ya, kurang lebih empat tahun mungkin," jawab Dikta.Amora adalah adik tingkat Dikta saat kuliah. Gadis itu selama empat tahun ini tinggal di luar pulau untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   25. Spageti dan Bunga Matahari

    Risa senyum-senyum tidak jelas melihat seikat bunga matahari yang Dikta berikan pada dirinya. Berulang-ulang kali dia baca kalimat yang tertulis di kertas berwarna kuning tersebut."I'm sorry. Pradikta Januar." Risa terkekeh pelan. Ada perasaan bahagia yang sulit untuk dia jelaskan. Meski sederhana, Risa seolah-olah merasa kalau Dikta benar-benar tulus meminta maaf pada dirinya."Aku kenapa, sih?" Risa tanpa sadar memukul kepalanya sendiri setelah menyadari kalau tingkahnya aneh sekali. Padahal dia bukan pertama kali ini mendapat bunga dari seorang lelaki. Sebelum menikah, Rangga dulu sering sekali memberinya bunga. Akan tetapi entah mengapa sekarang rasanya sangat berbeda.Risa meletakkan bunga tersebut di atas meja, setelah itu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum otaknya memikirkan hal yang tidak-tidak tentang Dikta.Selesai mandi Risa langsung turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam. Sepasang iris hitamnya seketika membulat ketika melihat Dikta yang sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   26. Cemburu

    "Kenapa sih, dokter lihatin aku kayak gitu?"Dikta malah membuang wajahnya ke arah lain. Dikta tidak tahu mengapa dia merasa tidak suka melihat Risa mendapat telepon dari Rangga meskipun mereka pernah memiliki hubungan. Rasanya dia ingin sekali merebut ponsel Risa, dan menyuruh Rangga agar berhenti mengganggu wanita itu.Tapi tunggu ...?Mengapa dia merasa kesal dan mempunyai keinginan konyol seperti itu? Apa dia cemburu?"Sial!" Dikta mendesis pelan lalu mengambil sebotol air mineral yang ada di dalam lemari es dan meneguknya hingga tandas.Sepertinya ada yang salah dari otaknya karena dia terus dibayang-bayangi wajah mantan kekasihnya yang sudah meninggal saat melihat Risa.Ponsel Risa akhirnya berhenti bergetar, tapi tidak lama benda itu kembali bergetar. Nama Rangga terpampang jelas di layar. Pria itu akan terus menelepon Risa sampai wanita itu mau mengangkat teleponnya."Angkat!""Hah?!" Risa sontak menatap Dikta yang sedang bersandar pada lemari pendingin. Dokter muda berwajah ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   27. Packing

    Risa melirik jam yang menempel di dinding kamar setelah itu berdecak kesal. Ternyata sekarang sudah pukul sepuluh kurang lima belas menit malam. Seharusnya, Risa sekarang sudah bergelung di bawah selimutnya yang nyaman.Akan tetapi apa yang dia lakukan sekarang? Dia malah sibuk memilah-milah baju yang akan dibawa ke Labuan Bajo."Dasar bos jahanam! Ish!" Risa tidak berhenti memaki mantan suaminya sambil memasukkan bajunya ke dalam koper dengan asal, bahkan terkesan berantakan. Sumpah demi apa pun Risa sebenarnya malas sekali menemani Rangga pergi ke Labuan Bajo. Akan tetapi profesinya sebagai sekretaris mengharuskan dirinya agar selalu berada di samping lelaki itu.Risa selesai mengemas pakaiannya tepat pukul sepuluh malam. Dia segera berganti pakaian setelah itu membersihkan wajahnya sebelum tidur. Sementara itu di kamar lain Dikta terlihat gelisah di atas tempat tidurnya. Padahal Dikta biasanya sudah terlelap, akan tetapi pria itu masih terjaga sampai sekarang.Semua ini karena Ri

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   28. Banyak Alasan

    "Brialla!" Dikta kembali berteriak sambil mengetuk pintu yang ada di hadapannya ketika tidak mendengar sahutan Risa dari dalam kamar."Brialla!""Orangnya sudah tidur!" sahut Risa terdengar kesal membuat kedua sudut bibir Dikta naik ke atas."Kalau kamu sudah tidur, terus itu suara siapa, Brialla?""Khodam aku!"Dikta tidak mampu lagi menahan tawanya. Dia tersenyum geli setelah mendengar jawaban Risa. Di awal pertemuan mereka Dikta pikir Risa orangnya pemalu dan susah berbaur dengan orang lain. Akan tetapi semakin mengenal Risa membuat Dikta sadar kalau Risa ternyata pribadi yang cukup menyenangkan dan suka bercanda. Hanya saja Risa terkadang suka keras kepala."Ada hal penting yang ingin aku tanyakan ke kamu? Bisa kita bicara sebentar?" Suara Dikta sudah tidak sekeras tadi, bahkan sekarang terdengar begitu lembut di telinga Risa."Nggak mau. Aku ngantuk!""Sebentar saja. Tolong bukain pintunya, ya? Please ....""Ish!" Risa menyibak selimut yang menutupi tubuhnya lantas melirik pintu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02

Bab terbaru

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   38. Bukan Adegan Romantis

    Risa belum pernah bernapas selega ini setelah mengalami kejadian buruk yang nyaris merenggut nyawanya beberapa bulan lalu. Setelah berusaha keras membujuk Pratama, akhirnya dia berhasil meyakinkan pemuda yang pernah menjadi kaki tangan Rangga itu untuk mengakui semua kejahatannya dan menyerahkan diri ke polisi.Keadilan yang selama ini dia dan Dikta harapkan perlahan-lahan mulai menemui titik terang. Risa yakin sekali Rangga dan adik tirinya yang jahat itu akan mendapat balasan yang setimpal atas perbuatan mereka, dan nama Dikta akan kembali baik seperti semula."Terima kasih banyak, Pratama. Aku tidak akan pernah melupakan semua kebaikan dan pengorbananmu." Risa tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada Pratama.Pratama hanya bisa menundukkan kepala dalam diam. Dia seperti memakan buah simalakama jika menuruti permintaan Risa atau pun Rangga. Semua tidak ada yang menguntungkan.Akan tetapi satu hal yang jelas, Pratama merasa sangat menyesal sudah menuruti perintah Rangga unt

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   37. Permintaan Risa

    Keenam orang itu berkumpul di ruang tamu sebuah rumah sederhana yang berukuran tidak terlalu besar. Suasana di dalam pun terasa sangat menegangkan.Pratama duduk di sebuah kursi panjang dengan tangan dan kaki yang terikat. Di samping kanan dan kirinya ada Dikta dan Zean yang terlihat siaga, berjaga-jaga agar dia tidak kabur lagi dari mereka.Sedangkan Risa berusaha menenangkan satu-satunya wanita paruh baya yang ada di sana."Ini ada apa sebenarnya? Kenapa anak saya ditangkap?" Mutia—ibu Pratama menatap Risa dengan penuh tanda tanya. Dia merasa sangat terkejut melihat Risa, Dikta, dan Zean tiba-tiba datang ke rumahnya lalu menangkap Pratama."Ibu, yang tenang, ya. Anak Ibu sudah melakukan kesalahan, dan tujuan kami datang ke sini untuk meminta pertanggung jawaban," jelas Risa pelan-pelan."Anak saya salah apa? Kenapa tangan dan kakinya sampai diikat?"Risa tersenyum sendu, dia bisa melihat dengan jelas jika Mutia sangat menyayangi Pratama dan percaya jika Pratama adalah anak yang sang

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   36. Found Him

    Dua bilah bibir itu tanpa sadar terus tersenyum, kedua tangan mereka pun masih saling bertaut. Risa tidak bisa berhenti tersenyum mengingat ekspresi konyol Rangga, begitu pula dengan Dikta.Dia tidak pernah menyangka bisa mengatakan hal sekonyol itu pada Rangga padahal dia biasanya irit bicara. Dikta hanya ingin memberi Rangga sedikit pelajaran agar berhenti mengganggu Risa.Tidak lama kemudian Dikta dan Risa sudah tiba di restoran. Mereka memang ingin sarapan bersama sebelum pergi mencari Pratama."Apa tanganmu masih sakit?" Risa tersentak, jantungnya seketika berdetak dua kali lebih cepat ketika sadar kalau Dikta sejak tadi menggenggam tangannya. Dokter muda itu bahkan mengusap pergelangan tangannya yang memerah dengan sangat lembut seolah-olah tidak ingin dia terluka."Em, agak sakit sedikit, sih. Tapi gak papa." Risa melepas tangannya dari genggaman Dikta dengan hati-hati. Dia takut mati muda jika Dikta terus menggenggam tangannya karena jantungnya sejak tadi berdetak tidak karua

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   35. Janji Lain

    Risa hari ini bangun pagi sekali, bahkan sebelum matahari terbit. Dia terbangun tepat jam empat lebih lima belas menit, setelah itu tidak bisa tidur lagi.Akhirnya Risa memutuskan untuk memeriksa keembali jadwal Rangga hari ini. Setelah sarapan, mantan suami sekaligus bos-nya yang menyebalkan itu ingin pergi ke Pulau Komodo dan menghabiskan waktu sampai sore.Malam harinya Rangga harus menghadiri pesta kecil-kecilan untuk merayakan kerja sama dengan perusahaan milik kliennya.Sebelum pergi ke Labuan Bajo, Rangga sering sekali mengingatkan dirinya agar ikut ke mana pun pria itu pergi. Akan tetapi dia sudah mempunyai janji lain hari ini, dia ingin mencari keberadaan Pratama bersama Dikta.Ah, memikirkan Dikta membuat jantung Risa tiba-tiba berdebar, wajah pun terasa panas. Meski mereka baru beberapa bulan ini saling mengenal, Risa bisa merasakan kalau Dikta sebenarnya pria yang sangat baik meskipun ucapannya terkadang menyebalkan.Tanpa banyak kata Dikta menenangkan dirinya yang terpuku

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   34. Tentang Rasa

    "Kenapa Dokter makasa, sih? Aku bisa balik ke kamarku sendiri kok.""Jangan banyak protes. Aku akan tetap mengantarmu sampai ke kamar.""Gess...." Risa memutar bola mata malas. Mau tidak mau akhirnya dia membiarkan Dikta mengantarnya kembali ke kamar.Suasana begitu hening. Tidak ada yang membuka suara di antara mereka. Dikta memilih berjalan di belakang Risa alih-alih di samping wanita itu. Dia hanya ingin memastikan jika Risa tiba di kamarnya dengan selamat. Apa lagi hari sudah malam.Risa membetulkan jas milik Dikta yang dipakainya untuk menghalau hawa dingin yang menyergap tubuhnya. Aroma laut berpadu dengan kayu manis yang menguar dari jas Dikta tercium jelas di indra penciumannya.Aromanya sangat menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar. Entah mengapa Risa merasa nyaman berada di dekat Dikta. Rasanya dia sudah lama sekali tidak merasakan kenyamanan ini dan jujur saja dia merasa senang ditemani Dikta meskipun dia tadi sempat menolak.Tubuh Risa menegang, dia sontak berhe

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   33. Terima Kasih, Dokter

    Risa mengerjapkan kedua matanya berkali-kali untuk memastikan jika pria tampan yang berdiri tepat di hadapannya adalah Dikta."Kenapa Dokter bisa ada di sini?"Kening Dikta berkerut dalam, sepertinya Risa lupa kalau dia yang membawa wanita ke kamarnya."Ini kamarku, Brialla. Tentu saja aku ada di sini.""Kamar Dokter?" Kini giliran Risa yang bingung, pantas saja kamar ini terlihat sangat berbeda dengan kamar yang Rangga pesan untuknya. Ternyata kamar ini milik Dikta."Iya, ini kamarku." Dikta menegaskan."Terus, kenapa aku bisa ada di sini?"Alis Dikta terangkat sebelah. Kenapa Risa bertanya seperti itu pada dirinya? Apa Risa lupa kalau beberapa jam yang lalu dia menangis tersedu-sedu hingga membuatnya terpaksa membawa wanita itu ke kamarnya?"Apa kamu sempat minum tadi?""Minum?" Kedua alis Risa menyatu. "Aku tidak minum apa pun. Kenapa Dokter bertanya seperti itu? Apa Dokter pikir aku mabuk?"Dikta menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sepasang iris hitam miliknya menatap Risa

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   32. Untung Ada Dokter

    Risa ingin mencari Pratama sebelum pria itu pergi terlalu jauh. Namun, Dikta malah mencekal pergelangan tangannya."Ada apa, Brialla? Kenapa kamu terlihat panik sekali? Apa terjadi sesuatu?" Dikta menatap Risa khawatir. Dia tidak tahu mengapa Risa terlihat sepanik ini."Dokter ...." Risa menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat. Air mata terlihat menggenang di kedua pelupuk matanya. Suaranya pun terdengar bergetar."Kamu kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Dikta lagi sambil meraih kedua bahu Risa agar menghadapnya. Kekhawatiran terpancar jelas dari sepasang iris hitam miliknya ketika menatap Risa.Risa tidak mampu lagi menahan air matanya. Dia biarkan saja kristal bening itu jatuh membasahi pipinya untuk meluapkan kekecewaan dan rasa sakit yang saat ini sedang dia rasakan.Dikta semakin panik melihat Risa yang tiba-tiba menangis. Rasanya dia ingin sekali menarik tubuh Risa ke dalam dekapan dan mengatakan kalau semuanya pasti akan baik-baik saja agar perasaan wanita itu mejadi lebih t

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   31. Pembunuh

    Risa bergegas menghampiri pria asing itu lantas berdiri tepat di hadapannya. Sepasang matanya yang bulat sibuk memperhatikan pria itu dari atas sampai bawah.Potongan rambut, wajah, dan bentuk tubuh pria itu terlihat tidak asing di matanya. Risa merasa pernah melihat pria ini sebelumnya. Dan matanya yang sipit mengingatkan Risa dengan—Deg,Tubuh Risa tiba-tiba menegang, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak selama beberapa saat, wajahnya pun terlihat sedikit pucat. Tanpa sadar kedua tangannya mencengkeram pinggiran rok yang dipakainya dengan erat karena kejadian buruk yang dialaminya beberapa bulan yang lalu kembali melintas di ingatan.Risa masih ingat dengan jelas wajah pengemudi sedan hitam yang menabrak mobilnya hingga masuk ke dalam jurang dan meledak.Pengemudi itu ada di hadapannya sekarang.Dia ... Pratama. Kaki tangan sekaligus orang kepercayaan Rangga."Maaf."Risa tergagap ketika mendengar suara Pratama. Dia berusaha keras agar tetap terlihat tenang meskipun dia sekaran

  • Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu   30. Pria Asing

    Tidak ada yang membuka suara selama di perjalanan. Risa terlalu merasa canggung untuk mengajak Dikta bicara. Sejak tadi yang dia lakukan hanya diam sambil memandangi jalanan lewat kaca mobil yang ada di sampingnya.Risa baru pertama kali ini menaiki mobil Dikta. Mercedes Benz AMG G65 ini merupakan mobil mewah berjenis suv yang memiliki harga sekitar 4,2 miliar. Melihat rumah, kendaraan, dan barang-barang mewah yang dipakai Dikta membuat Risa sadar kalau Dikta bukanlah orang sembarang.Akan tetapi mengapa Dikta tidak bisa melawan Rangga? Apa mungkin ada seseorang yang diam-diam membantu mantan suaminya itu?Risa tanpa sadar mengembuskan napas panjang. Sepertinya dia akan mengalami sedikit kesulitan untuk melawan Rangga jika ada orang penting yang berdiri di belakang pria itu. Akan tetapi dia sudah berjanji akan memulihkan nama baik Dikta karena dokter muda itu sudah mau memperbaiki wajahnya."Sudah berjalanan sejauh mana rencanamu?""Dokter tanya apa?" Risa tersentak ketika mendengar s

DMCA.com Protection Status