Share

MENGGADAIKAN RUMAH

Author: Rara Qumaira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 5

MENGGADAIKAN RUMAH

"Hm … bagaimana ya ngomongnya?" ujar Aldi gelisah.

"Sayang, katakan saja. Kalau ada yang bisa aku bantu, pasti aku lakukan. Perusahaan itu kan, milik keluargaku. Aku tidak mau kalau sampai terjadi apa-apa," ujar Nasha berusaha meyakinkan.

"Apa solusinya?" tanya Nasha lagi.

"Menggadaikan rumah ini."

"Apa?" ujar Nasha terkejut.

"Iya, sayang! Kita gadaikan rumah ini. Nanti, uangnya bisa untuk menyuplai perusahaan. Untuk cicilannya gak usah kamu pikirkan, aku pasti akan membayarnya," ujar Aldi berusaha meyakinkan istrinya.

"Duh, bagaimana, ya? Masalahnya, rumah ini kan atas nama Mama," ujar Nasha sanksi.

"Justru itu lebih mudah, Sayang! Kan, kamu anak Mama satu-satunya. Pasti dikabulkan," bujuk Aldi.

"Hm … ntar deh, aku coba bujuk Mama. Semoga Mama gak keberatan," sahut Nasha.

"Terimakasih, Sayang! Kamu memang yang terbaik!" ujar Aldi sembari mengeratkan pelukannya.

**************************

"Selamat pagi, Ma!" sapa Nasha kepada Mamanya.

"Pagi! Aldi sudah berangkat?" tanya Mamanya.

"Sudah, Ma. Perusahaan sedang ada masalah. Jadi, akhir-akhir ini, Mas Aldi sering berangkat pagi pulang malam," curhat Nasha.

"Kamu yang sabar! Dulu Papa kamu juga gitu! Yang penting kan, kebutuhan kita tercukupi," sahut Mamanya.

"Ma, aku boleh minta sesuatu, gak?" tanya Nasha manja.

"Mau minta apa?" tanya Mamanya heran.

"Hm … gini, Ma. Perusahaan kita kan, sedang mengalami kesulitan. Kata Mas Aldi, perusahaan sedang butuh kucuran dana segar. Kemarin mas Aldi sempat tanya, bagaimana kalau …."

"Kalau apa?" tanya Mamanya penasaran.

"Bagaimana kalau … rumah ini digadaikan?" ujar Nasha.

"Apa? Gak,kamu sudah gila, ya? Kalau rumah ini digadaikan, trus disita bank, kita mau tinggal dimana? Cuma ini warisan yang diberikan Papa kamu,"protes Mamanya.

"Mama gak usah khawatir, Mas Aldi pasti bertanggungjawab. Selama ini kan, dia tidak pernah mengecewakan kita," rayu Nasha.

"Iya, tapi tetap saja Mama khawatir," sahut Mamanya.

"Trus, Mama maunya bagaimana? Mama mau perusahaan kita kolaps?" tanya Nasha.

"Ya gak lah! Perusahaan itu satu-satunya sumber keuangan kita. Memangnya, butuh berapa sih, si Aldi?"

"Lima miliar, Ma!"

"Apa? Banyak sekali!"

"Namanya juga perusahaan besar, Ma! Jadi, butuhnya juga banyak."

Mama Nasha tampak menimbang-nimbang.

"Ayolah, Ma! Kalau bukan Mama, siapa lagi yang bisa bantu? Toh, ini demi perusahaan kita," bujuk Nasha lagi.

"Baiklah, Mama kasih izin, tapi ingat, cicilannya jangan sampai telat!"

"Siap, Ma. Terimakasih, Mamaku sayang!" ujar Nasha sembari memeluk Mamanya erat.

"Aku akan hubungi Mas Aldi dulu, Ma!" ujar Nasha lagi, lalu berlari ke kamarnya.

********************

"Selamat pagi, Pak Aldi!" sapa Sekar saat memasuki ruangan atasannya.

"Selamat pagi, Sayang! Sini!" ujar Aldi sembari merentangkan tangannya.

Sekar meletakkan berkas yang dibawanya di atas meja, lalu dia duduk di pangkuan kekasihnya.

"Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Aldi.

"Luar biasa, dong! Apalagi, habis dapat transferan besar semalam! Terimakasih ya, Sayang!" ujar Sekar sembari mengalungkan lengannya ke leher Aldi.

"Masak terimakasih aja sih?" protes Aldi.

"Trus, maunya apa dong?" goda Sekar.

Tanpa banyak kata, Aldi melahap bibir tipis Sekar.

"Kamu memang luar biasa! Aku sudah tidak sabar ingin menikahi kamu!" ujar Aldi tanpa melepaskan pelukannya.

"Kalau begitu, segera halalin dong!" sahut Sekar.

"Pengennya sih, gitu! Oya, Sayang! Kemarin ada yang mengambil foto kita pas di restoran, lalu dikirim ke Nasha."

"Trus, perang dunia dong?" tebak Sekar.

"Awalnya, tapi setelah itu aku bisa mengendalikan. Cuma, setelah ini, kayaknya kita harus lebih hati-hati deh!"

"Bener juga! Ya udah, sementara gak usah antar jemput aku juga! Takutnya, memang ada yang sengaja mata-matain kita!" sahut Sekar.

"Yach … gak bisa sering-sering berduaan sama kamu dong!" ujar Aldi.

"Mau gimana lagi? Memangnya kamu mau ketahuan?"

"Gaklah! Ya sudah, trus, kamu ke kantornya bagaimana?"

"Aku bisa naik taksi, Sayang!" sahut Sekar.

"Jangan! Aku gak suka kamu berduaan dengan laki-laki lain, meskipun itu hanya sopir taksi!"

"Trus, bagaimana?" tanya Sekar.

Aldi tampak berpikir sejenak, kemudian dia mengulas sebuah senyuman.

"Kamu tenang saja! Hari ini, aku akan mengirim mobil ke rumah kamu!" ujar Aldi.

"Serius? Aku dibelikan mobil?"

"Iya, Sayang! Fresh, baru keluar dari dealer!"

"Terimakasih, Sayang!" ujar Sekar sembari memeluk erat kekasihnya.

Kring ….

Ponsel Aldi berbunyi.

Tanpa melepaskan pelukannya kepada Sekar, Aldi mengangkat teleponnya. Dia memberi kode kepada Sekar agar tidak mengeluarkan suara.

"Halo, Sayang! Ada apa? Tumben, pagi-pagi sudah nelfon!" sahut Aldi.

"———."

"Benarkah? Syukurlah! Terimakasih, Sayang!" sahut Aldi.

"———."

"Iya, Sayang! Aku ngerti kok!"

"———."

"Tentu saja, Sayang! Bye!"

"———."

"I love you, too! Muach …."

Klik. Aldi menutup sambungan teleponnya.

Sekar terkikik geli.

"Ngapain ketawa kayak gitu?"

Bukannya berhenti, Sekar malah tertawa lebih keras.

"Maaf, aku gak bisa menahan diri!" ujar Sekar sembari menahan tawanya.

"Apanya sih, yang lucu?" tanya Aldi heran.

"Kamu gak lihat posisi kita?" tanya Sekar.

Aldi mengernyit heran. Pasalnya, posisi mereka seperti biasa. Sekar duduk di pangkuan Aldi dengan mengalungkan tangannya di lehernya.

"Seperti biasa. Ada yang aneh?"

"Sebenarnya sih, gak. Cuma, disini kita seperti ini, ditelfon kamu mesra banget kayak suami setia," ejek Sekar.

"Kamu ngejek, ya? Aku kayak gini, kan, juga karena kamu. Memangnya kamu gak cemburu?" tanya Aldi.

"Gak, ngapain cemburu, karena aku tahu, hatimu hanya buat aku," sahut Sekar.

"Pinter! Oya, kamu sudah siap belum, jadi istriku?" tana Aldi.

"Tentu saja! Itu yang kutunggu!"

"Kalau begitu, kamu bujuk Bunda agar merestui hubungan kita. Aku akan menikahi kamu secara siri dulu! Aku akan menyiapkan mas kawin sesuai permintaan kamu!"

"Serius?"

"Tentu saja! Bagaimana kalau bulan depan?" tawar Aldi.

"Jangan buru-buru, dong! Aku mau lihat mas kawinnya dulu, sesuai gak dengan permintaanku!"

"Oke, akan aku siapkan dulu! Begitu cocok, aku gak mau menunggu lama! Gak usah pakai acara lamaran segala! Kita langsung nikah!" ujar Aldi.

"Ha … ngebet amat!" ejek Aldi.

"Emang udah gak tahan!"

"Ini beneran, Mas? Kamu nglamar aku?"

"Iya, Sayang! Kamu meragukan aku?"

"Gak sih, cuma kan, kamu tahu permintaanku."

"Justru itu, ini aku sedang mempersiapkannya. Tunggu saja!"

"Ya sudah, aku tunggu realisasinya! Udah, ya, aku balik ke ruanganku dulu!" pamit Sekar.

"Jangan! Di sini saja!" cegah Aldi.

"Gak mau! Takut kamu khilaf!" ujar Sekar sembari turun dari pangkuan Aldi, kemudian ngeloyor pergi.

Aldi terkekeh geli melihat tingkah gadisnya.

**********************

"Sekar, Mas Aldi ada?" tanya Nasha. Sore ini, Nasha sengaja mampir ke kantor.

"Ada, Bu! Silahkan masuk!" sahut Sekar.

"Hm!" sahut Nasha, lalu segera masuk ke ruangan Aldi.

"Sayang, tumben kesini?" tanya Aldi terkejut.

"Iya, tadi abis ngurus pinjaman bank sama Mama sesuai perintah kamu, trus pulangnya aku minta diantar kesini."

"Gimana hasilnya?" tanya Aldi penasaran.

"Beres. Minggu depan uangnya cair. Ingat, jangan sampai telat bayar cicilannya!"

"Siap, Sayang! Terimakasih, ya, atas bantuannya!"

"Sama-sama. Iya, hari ini lembur gak?" tanya Nasha.

"Hm … kebetulan gak! Ada apa?"

"Aku pengen makan malam di luar! Sudah lama kan, kita gak makan malam romantis!" ujar Nasha.

Aldi sempat ragu sejenak. Namun, akhirnya dia mengiyakan keinginan istrinya.

Sore ini, dengan berat hati Aldi melepas Sekar pulang dengan taksi online. Dia tidak mungkin mengantar Sekar pulang. Sesampainya di rumah, Sekar disambut oleh sebuah mobil h*nda c*vic warna merah terparkir cantik di depan rumahnya.

"Sekar, tadi ada orang dealer ngirim mobil, katanya pesanan kamu, benar?" tanya Bundanya.

"Iya, Bun!" sahut Sekar sembari mengamati mobil barunya.

"Kok gak bilang-bilang mau beli mobil? Lagian kan, itu mahal."

"Gak papa, Bun! Ini dibelikan mas Aldi kok!" ujar Sekar.

"Yang benar?"

"Iya, Bun! Oya, Bun! Ayo masuk! Ada yang mau Sekar omongin!" ajak Sekar sembari menggandeng lengan Ibunya masuk ke dalam rumah. Sekar mengajak Bundanya duduk di ruang tengah.

"Ada apa, nih?" tanya Bundanya.

"Gini, Bun! Sebenarnya, tadi … Mas Aldi nglamar Sekar."

"Nglamar? Maksudnya?"

"Dia mau ngajak Sekar nikah, Bun!"

"Apa? Dia kan, sudah punya istri. Maksudnya, kamu mau dijadikan istri kedua?" tanya Ibunya.

Sekar mengangguk.

Bundanya menghela napas panjang.

"Apa harus seperti ini? Jujur, Bunda gak rela kamu menikah dengan dia," ujar Bundanya.

"Ini kan demi rencana Sekar, Bun!" rayu Sekar.

"Tapi kan, tidak dengan menghancurkan diri kamu sendiri!" sahut Bundanya.

"Bukankah aku memang sudah hancur, Bun? Jadi, biarkan saja sekalian! Asalkan mereka juga hancur!" sahut Sekar, lalu melangkah meninggalkan Bundanya.

Bundanya trenyuh mendengar ucapan Sekar. Ingatannya melayang pada peristiwa sepuluh tahun yang lalu.

Related chapters

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   SEPULUH TAHUN YANG LALU

    Bab 6SEPULUH TAHUN YANG LALUSaat itu, Sekar kelas dua belas. Seperti biasa, Bundanya sedang mengerjakan pesanan catering. Saat itu, Arum sedang bersekolah. "Lagi bikin apa, Ir?" tanya Pak Suwito yang tiba-tiba muncul di depan pintu dapur. Memang, belakang rumah Arum terhubung langsung dengan gang kecil dan hanya dibatasi oleh tembok setinggi pinggang dan pagar kecil. "Pak Suwito? Bikin kaget saja!" ujar Bunda Arum.Pak Suwito terkekeh geli sembari melangkahkan kakinya memasuki dapur. "Eh, Pak Suwito mau ngapain? Sana keluar!" usir Irma, Bunda Arum. "Saya mau nemenin kamu masak, dari pada sendirian.""Saya sudah biasa sendiri. Sana keluar! Gak enak kalau dilihat orang!" usir Bunda Arum lagi. "Ya dibikin enak saja tho!" sahut Pak Suwito santai. Irma hanya geleng-geleng kepala."Pak, tolonglah! Saya gak mau menimbulkan fitnah! Anak saya sedang sekolah! Di rumah gak ada orang!" ujar Ira lagi."Biar gak ada fitnah, bagaimana kalau kamu aku halalin saja?" ujar Pak Suwito sembari meme

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PANGGIL AKU SEKAR!

    Bab 7PANGGIL AKU SEKAR!"Suwito … apa yang kamu lakukan di kamar Arum?" tanya Irma heran. Merasa curiga, Irma segera merangsek masuk ke dalam kamar. Pak Suwito menggunakan kesempatan itu untuk segera kabur dan meninggalkan rumah itu. Hati Irma hancur. Dilihatnya, putrinya tergeletak tak berdaya dalam keadaan terikat dan tanpa mengenakan pakaian. Bercak darah nampak berceceran di sprei. "Tidak! Arum!" teriaknya memanggil nama anaknya. "Arum sayang! Buka mata kamu, Nak!" ujarnya sembari menangis tergugu. Teriakan Irma mengundang tetangganya untuk masuk."Ada apa, Bu Irma?" tanya Bu Lia. Karena tak mendapat jawaban dan hanya mendengar tangisan Bu Irma, Bu Lia berinisiatif masuk ke dalam rumah."Astaghfirullah," ujarnya. Dia segera masuk dan menutupi tubuh Arum dengan selimut. Setelah memastikan denyut jantungnya, Bu Lia segera melepas ikatan di tubuh Arum."Bu Irma, siapa yang melakukannya?" Bu Irma tak mampu menjawab. Dia hanya hanya menangis tergugu memeluk putrinya."Bu Irma," p

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   RUMAH UNTUK SEKAR

    Bab 8RUMAH UNTUK SEKAR"Iya, kenapa? Kok, kelihatannya kaget banget gitu?" tanya Aldi heran."Gak gitu, cuma ... aku pikir dia ada saudara gitu!" sahut Sekar."Gak ada. Makanya aku masih berat lepasin dia. Secara, warisannya kan nanti jatuhnya ke dia. Aku mau porotin dulu," sahut Aldi Santai."Kamu yakin bisa dapetin semuanya?" "Yakin dong! Nasha itu bucin banget sama aku!""Dia itu kan anak tunggal. Pasti, orang tuanya sangat memanjakan dia," lanjut Sekar lagi."Kalau Mamanya sih, iya! Apapun yang diinginkan Nasha, pasti dituruti! Kalau Papanya, walaupun bukan ayah kandung, dia kelihatannya juga sayang banget sih!""Nasha bukan anak kandung Papanya?""Iya, jadi waktu itu Mamanya janda saat menikah dengan Papanya yang sekarang ini," sahut Aldi."Trus, Mamanya gak punya anak lagi setelah menikah dengan Papa tirinya?""Gak punya. Dulu katanya pernah hamil sih, trus keguguran. Jadi, sampai sekarang, mereka gak punya anak. Kenapa? Kok, kelihatannya penasaran banget.""Enak ya, jadi Nash

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN HISYAM

    Bab 9KEDATANGAN HISYAM"Aku mau buat kejutan di hari pernikahan kami," sahut Sekar sembari mengulas sebuah senyuman."Apa kali ini aku juga harus turun tangan?" "Tentu saja! Kamu kan sahabat terbaikku! Kalau bukan kamu, siapa lagi yang akan bantu aku!" sahut Sekar."Sahabat!" ujar Vano lirih.Vano menghembuskan nafas panjang. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Vano."Sini, aku bisikin!" ujar Sekar.Vano mendekatkan telinganya."Sekar, geli ah! Jadi bisikan gak?" protes Vano."Ha … iya … iya! Sini!" ujar Sekar."Gimana?" ujar Sekar usai membisikkan sesuatu ke telinga Vano."Oke, bisa diatur," sahut Vano. "Terimakasih!" sahut Sekar kegirangan. Tanpa sadar, dia memeluk Vano dengan erat. "Sekar! Aku gak bisa bernapas! Lepasin!" ujar Vano tersengal."Aduh, Van! Maaf, ya! He ….""Seneng sih, seneng! Tapi, jangan gitu juga!" ujar Vano sewot."Maaf, deh! Jangan ngambek dong! Aku belikan es krim, mau?" rayu Sekar."Es krim? Kamu kira aku anak TK apa? Nyuap pake es krim," ujar Vano semaki

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   MASA LALU HISYAM

    Bab 10MASA LALU HISYAM"Aldi! Apa yang kamu lakukan?" bentak Hisyam.Aldi dan wanita dipangkuannya pun tampak terkejut saat pintu tiba-tiba terbuka dan mendapat teriakan dari sang big bos. "Pa—pa!" ujar Aldi gugup. Dia segera berdiri. Sekar pun segera berdiri dan merapikan pakaiannya. Dia tak kalah terkejut. Setelah sekian lama, ini pertama kalinya mereka berada pada jarak sedekat ini. Sekar tak berani menatap wajah ayahnya. Dia memilih menunduk menyembunyikan wajahnya."Menjijikkan! Bisa-bisanya kamu berbuat mesum di kantorku!" ujar Hisyam kecewa."Maaf, Pa!" ujar Aldi menundukkan kepala."Keluar kamu!" perintah Hisyam tanpa memandang Sekar.Dengan tergesa, Sekar segera berlari meninggalkan ruangan tersebut.Hisyam memegang dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri."Agus!" ujar Hisyam.Sigap, Agus menyerahkan sebutir obat. Setelah meminumnya, Hisyam sudah sedikit lebih tenang dan rasa nyeri itu berangsur menghilang."Ternyata begini, kelakuan kamu di kantor?" ujar Hisyam kecewa."Maaf,

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PERTEMUAN HISYAM DENGAN IRMA

    Bab 11PERTEMUAN HISYAM DENGAN IRMA"Irma!" ujarnya lirih."Apa, Pak?" tanya Agus. Sekils, dia mendengar bosnya bergumam, namun kurang jelas."Dia pemiliknya?" tanya Hisyam."Iya, Pak!" Agus segera melangkah mendekati Irma dan mengatakan maksudnya. Irma memicing heran, namun dia tak menolak. Dia segera melangkah ke arah meja Hisyam yang posisinya membelakanginya."Selamat siang, Pak!" sapa Irma ramah.Hisyam menoleh."Ternyata aku tidak salah lihat! Kamu benar-benar Irma!" ujarnya.Irma pun tampak terkejut. "Mas Hisyam!" ujarnya lirih.Untuk sesaat, mereka membeku dan saling menatap. Tak lama kemudian, Irma meninggalkan meja tersebut. Hisyam masih tertegun di tempatnya."Pak! Bapak kenapa?" tanya Agus.Hisyam terdiam."Tolong bantu saya!" ujarnya kemudian."Iya, Pak! Apa yang bisa saya bantu?""Saya mau bicara dengannya.”"Tadi kan, sudah, Pak!" ujar Agus.Hisyam menghela nafas panjang. "Katakan saja, saya ingin bicara," ujar Hisyam lagi. Agus tampak berfikir. Tampaknya, ada ses

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PENOLAKAN SEKAR

    Bab 12PENOLAKAN SEKAR"Kalau kamu ingin rasa sakit itu hilang, maka lepaskan dendammu!"Sekar terkesiap. Dia tidak siap dengan jawaban Bundanya."Maksud Bunda?""Dendam akan terus membawa rasa sakit dalam hatimu. Untuk sesaat, mungkin kamu akan merasa puas. Namun, rasa sakit itu akan terus membayangi," ujar Irma menasehati putrinya. Sekar terdiam. Dia mencoba mencerna ucapan Bundanya. "Kamu gak percaya?" tanya Bundanya."Bukan gak percaya, Bun, hanya saja, jika aku melepaskannya, mereka tidak akan pernah merasakan sakit seperti yang pernah kualami.""Jika kamu tetap bertahan dengan rencanamu, maka bersiaplah! Rasa sakit itu akan terus menggerogotimu!" ujar Irma.Sekar tak menyahut."Bukankah Allah Maha Adil? Walau tidak melalui tangan kamu, mereka pasti akan merasakan pembalasan. Percayalah, hukum tabur tuai itu ada," lanjut Irma."Bun!" ujar Sekar gamang.Irma tersenyum."Istirahatlah! Kamu pasti lelah!" ujar Irma. *****"Bik, Ibu mana?" tanya Hisyam kepada Kokom, asisten rumah t

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PERMINTAAN RUJUK

    BAB 13PERMINTAAN RUJUK"Halo, Beb!" ujar Winda melalui sambungan seluler."———.""Kita mau ke puncak, nih? Kamu ikut, ya?""———."Ayolah! Kan, sudah lama kita gak bersenang-senang! Kamu gak kangen sama aku?" "———.""Iya, deh! Aku tunggu pokoknya!" "———.""Oke. See you!"Klik. Winda menutup sambungan teleponnya."Gimana?" tanya Sinta."Bisa, tapi sejam lagi dia baru bisa sampe sini. Masih ngerjakan tugas kuliah katanya.""Widih … rajin amat!" puji Dea."Iya, dong! Dia kerja kayak gini kan, buat biayain kuliahnya!""Gimana rasanya main sama anak kuliahan?" tanya Sarah penasaran."Mantap deh pokoknya! Bikin ketagihan!" ujar Winda. Mereka tertawa terbahak bersamaan.Kring …Ponsel Winda berbunyi. Tampak, nama suaminya tertera disana."Halo, Pa! Ada apa?" tanya Winda."———.""Maaf, Pa, tadi perginya gak pamit! Kayaknya,malam ini aku juga gak pulang! Ini teman-teman ngajak nginap di vila!""———.""Gak bisa dong, Pa! Kan, gak enak kalau menolak! Lagian hanya semalam, kok!""———.""Iya, sa

Latest chapter

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   HARI PERNIKAHAN

    “Terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan aku hari ini,” ujar Vano dengan mimik wajah serius. Sekar menatap menatap wajah sahabatnya tersebut dengan mimik wajah yang semakin kebingungan. “Apaan sih? Aku gak ngerti deh!” ujar Sekar lagi. Vano terkekeh geli menatap wajah wanita di hadapannya yang menurutnya terlihat lucu dan menggemaskan.“Lho, Van, dari tadi?” tanya Irma yang tiba-tiba muncul.“Bunda!” seru Vano, lalu bangkit dari posisinya dan mencium punggung tangan wanita paruh baya tersebut.“Barusan, Bun. Aku kangen sama masakan bunda, makanya main kesini,” sahut Vano seraya terkekeh.“Ayo langsung ke ruang makan. kebetulan bunda hari ini masak kesukaan kamu,” sahut Irma. “Asyik ... kayaknya bunda sudah ada feeling aku mau main nih!” ujar Vano. Dengan santai, dia menggandeng lengan wanita paruh baya tesebut menuju ruang makan meninggalkan Sekar yang masih bengong di tempatnya. Selang tak berapa lama kemudian, Sekar pun sudah menyusul mereka.***“Van!” panggil Sekar. Saat ini

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   TERJEBAK

    BAB 39TERJEBAKVano melepaskan jasnya dan melonggarkan dasinya untuk mengurai rasa panas yang menguasai tubuhnya. Sayangnya, usaha yang dia lakukan sia-sia, tubuhnya semakin tak dapat dikendalikan. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Airin masuk ke dalam ruangan dengan membawa secangkir minuman. Pakaian yang melekat erat ditubuhnya, ditambah lagi dua kancing yang terbuka di bagian atas membuat Vano menatapnya tanpa berkedip. Vano meneguk ludahnya kasar.“Kamu kenapa, van? Sakit?” tanya Airin. Vano tak menjawab. Pandangannya masih terfokus pada gundukan kenyal yang terlihat menantang di hadapannya. Airin tersenyum tipis penuh kemenangan, lalu dengan santainya duduk di pangkuan pria tersebut.“Wow ... aku bahkan bisa merasakannya. Mau aku bantu melepaskannya?” ujar Airin dengan gaya manjanya seraya mengusap dada Vano dengan lembut. Tubuh Vano semakin memanas. Spontan, dia meraih tengkuk wanita tersebut, lalu menyambar bibirnya dengan lumatan yang panas. Airin semakin diatas angin. Ta

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEJUJURAN VANO

    BAB 38KEJUJURAN VANO“Berdasarkan bukti-bukti dan kesaksian para saksi, maka saudara Aldi Wiratama dinyatakan bersalah dengan hukuman tujuh tahun penjara.” Ketuk palu hakim, mengakhiri jalannya sidang hari ini. Aldi menghembuskan nafas lega. Meskipun dia harus mendekam dalam penjara, setidaknya hukumannya jauh lebih ringan dari tuntutan yang seharusnya yaitu dua belas tahun penjara. Nasha pun tak kuasa menahan air matanya. Kini, dia harus berjuang seorang diri membesarkan anaknya nantinya.Usai sidang selesai, Nasha menghampiri sang suami sebelum kembali di bawa lapas."Mas!" ujar Nasha lirih."Jaga anak kita baik-baik. Maaf aku tidak menemani kamu membesarkan anak kita nantinya!" ujar Aldi."Mas!" Spontan, Nasha mendekap tubuh sang suami dengan erat. Dia menangis tergugu dalam pelukan sang suami.“Aku akan membebaskan kamu, Sha. Aku tidak akan mengikatmu dalam ikatan pernikahan yang tidak sehat ini. Nasha Syakilla binti Suwito, aku ja---“ Belum selesai Aldi menyelesaikan kalimatnya

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PERMINTAAN ALDI

    BAB 37PERMINTAAN ALDI “Saudara Aldi, anda yang ingin bertemu dengan Anda!” ujar seorang petugas sipir, lalu membuka pintu penjara. Dengan penuh semangat, Aldi bangkit dari posisinya, lalu melangkahkan kakinya. Dia mendengus dengan kesal saat tahu siapa yang datang menjenguknya.“Sayang ... bagaimana keadaan kamu?” tanya Nasha seraya memeluk tubuh sang suami. “Sha ... apaan sih?” protes Aldi seraya mendorong tubuh sang istri perlahan agar menjauh.“Mas ... kamu kenapa sih?” tanya Nasha bingung.“Gak enak dilihat petugas,” sahut Aldi cuek, lalu melangkahkan kakinya dan duduk di kursi yang telah disediakan. Nasha pun mengernyitkan dahinya heran. Namun, tak urung, dia mengikuti langkah sang suami dan duduk di hadapannya. “Kamu kenapa, Mas?” tanya Nasha.“Apanya yang kenapa?” tanya Aldi.“Sejak kemarin, kamu berubah jadi cuek,” sahut Nasha.“Biasa saja.”“Gak, aku yakin pasti ada sesuatu. Katakan, ada apa sebenarnya?” desak Nasha.“Sudah ku bilang tidak ada. Untuk apa kamu kesini?” tan

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   SIDANG PERDANA

    BAB 36SIDANG PERDANA‘Aku tidak rela wanita itu menguasai perusahaan. Enak saja, aku yang mendampingi Mas Hisyam hingga seperti sekarang, malah dia yang dapat warisan. Rugi dong perjuanganku selama ini!’ ujarnya dalam hati.“Maaf, Bu, untuk keperluan administrasi, saya tetap meminta pembayaran di depan!” ujar Pak Adnan.“Tentu saja, Pak! Berapa saya harus membayarnya?” tanya winda dengan gaya elegannya. Pak Adnan menyerahkan sebuah kertas yang berisi rincian dana yang harus dibayarkan. Wind amenelan ludah kasar melihat angka tersebut. Sebenarnya itu memang harga yang pantas untuk pengacara sekelas Adnan Wijaya. Masalahnya, saat ini dia sedang pailit. Uang segitu tentu saja sangat berharga untuknya.“Em ... saya akan membayarnya separuh. Untuk sisanya ... bagaimana kalau saya bayar dengan cara lain!” ujar Winda.“Maksudnya?” tanya Pak Adnan bingung. Dengan penuh percaya diri, Winda melangkah mendekati pria paruh baya tersebut seraya melepaskan beberapa kancingnya sehingga menampakkan p

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN AIRIN

    BAB 35KEDATANGAN AIRINKring .... Tiba-tiba, ponsel Vano berbunyi.“Halo, Pa! Ada apa?” tanya Vano.“_____.”“Sudah, Pa. Dia ada disini sekarang,” sahut Vano smabil melirik kesal pada Airin.“____.”“Gak bisa gitu dong, Pa! Dia itu tidak kompeten!” “____.”“Tapi, Pa ....”“____.”“Iya, iya!” sahut Vano sambil bersungut-sungut. Airin mendengarkan pembicaraan mereka sambil senyum-senyum. Meski tidak tahu pasti, namun dia bisa menebak arah pembicaraan mereka.Klik. Vano memutusukan panggilan teleponnya. Dia menghela nafas panjang beberapa kali untuk menenangkan diri.“Bagaimana, Pak Vano?” ujar Airin sambil tersenyum manis. Vano merasa semakin muak.“Baiklah, kamu diterima, tapi ____.”“Yey ... terima kasih, Van!” ujar Airin gembira sambil bertepuk tangan.“Aku belum selesai bicara!” bentak Vano. Airin segera menghentikan aksinya sebelum Vano benar-benar marah padanya. “Oke, lanjutkan!” ujar Airin.“Kamu diterima, tapi, jika dalam masa percobaan selama satu bulan kinerja kamu mengece

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEMBALI MASUK PENJARA

    BAB 34KEMBALI MASUK PENJARA“Bapak Aldi telah melakukan kesalahan. Jadi, pihak penggugat mengajukan permohonan pembatalan pembebasan bersyarat atas nama Bapak Aldi.” Petugas kepolisian tersebut memberikan penjelasan.“Memangnya apa yang dilakukan suami saya?” tanya Nasha emosi.“Sha, kendalikan emosimu. Sebaiknya, kamu panggil Aldi kesini.”“Tapi, Ma, kalau Mas Aldi kesini, nanti mereka akan menangkapnya,” sahut Nasha keberatan.“kalau kamu tidak menyuruh Aldi kesini, yang ada dia akan menjadi buronan. Hukumannya bisa semakin berat,” sahut Winda.Dengan langkah berat, Nasha memanggil Aldi yang sedang berbaring di kamarnya.“Mas, bangun! Ada yang nyari kamu di depan!” ujar Nasha.“Siapa, Sha?” sahutnya dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.“Polisi.”“Apa? Mau apa mereka kesini?”“Mereka bilang mau menangkap kamu. Katanya, kamu melakukan kesalahan sehingga pihak Sekar meminta pembatalan penangguhan penahanan. Memangnya, apa yang sudah kamu lakukan sama Sekar?” tanya Nasha t

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEMARAHAN ALDI

    BAB 33KEMARAHAN ALDI"Secara hukum, saya pemilik sah perusahaan ini dan saya sudah mengambil alih kepemimpinan perusahaan ini. Kamu tidak punya hak apapun," sahut Sekar."Jadi itu alasan kamu memblokir semua kartuku? Itu ulah kamu, bukan?" "Tentu saja. Itu kartu milik perusahaan. Aku tidak mungkin membiarkan kamu memegangnya," sahut Sekar santai."Tapi tetap saja, kamu tidak tahu apa-apa mengenai perusahaan ini," ujar Aldi."Apa Anda lupa berapa lama saya menjadi sekretaris Anda?" sahut Sekar.Aldi tak dapat menjawab. Dia mulai gusar.“Apa kamu akan menguasai perusahaan ini sendiri? Jangan lupa, disini ada hak Nasha dan mamanya.”“Tidak ada berkas yang membuktikan bahwa mereka memiliki hak atas perusahaan ini.”“Mereka sedang memperjuangkan haknya. Tunggu saja!” ujar Aldi.“Tentu. Aku juga ingin tahu sejauh mana usaha mereka,” sahut Sekar santai.“Terserah kamu, tapi …." Aldi menggantung ucapannya."Apa?" tanya Sekar."Kembalikan semua yang sudah kuberikan sama kamu!" Sekar terkeke

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN ALDI

    BAB 32KEDATANGAN ALDI“Pasti berhubungan dengan wanita itu, kan?”“Sudahlah, Pa. Jangan mengait-ngaitkan Sekar. lagian, ini gak papa, kok. Hanya bengkak sedikit, sebentar juga sembuh.”"Dasar bucin! Sekarang Papa mau tanya. Kenapa dia hari ini gak masuk?”“Dia ada pertemuan dengan pengacara ayahnya, Pa.”“Baru juga bekerja, sudah beberapa kali izin. Kamu tidak bisa seperti itu, Van. Bagaimana tanggapan karyawan lain? Mereka pasti berfikir kamu pilih kasih," ujar Papa Vano."Biarin sajalah, Pa, mereka mau bilang apa. Aku yang lebih tahu mengenai Sekar. Jika tidak ada hal yang benar-benar penting, dia tidak mungkin izin.""Ini yang Papa tidak suka dari kamu. Lembek kalau sudah masalah wanita itu," ujar Sang Papa tak suka.“Pa, jangan begitu dong! Ini aku sudah memenuhi permintaan Papa untuk membantu mengurus perusahaan.”“Papa tahu. Tapi kalau sekretaris kamu sering izin begini, pekerjaannya akan terbengkalai. Yang repot kamu juga!”“Papa gak usah khawatir, aku bisa mengatasi kok!” “T

DMCA.com Protection Status