Share

AKAL BULUS ALDI

Author: Rara Qumaira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 4

AKAL BULUS ALDI

"Pesan dari siapa?" tanya Aldi.

"Ha … ow dari teman. Mau ngajak ketemuan, mumpung dia disini," sahut Sekar.

Aldi mengangguk paham. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Sekar. Aldi segera turun dari mobil. Dia mengitari setengah badan mobil dan membukakan pintu untuk Sekar.

"Silahkan, Tuan Putri!" ujarnya.

"Terimakasih, Pangeranku!" ujar Sekar sembari tersenyum.

"Mau mampir?" tambahnya

"Gak deh. Lain kali saja. Males!" sahut Aldi.

"Kok males? Kenapa?" tanya Sekar penasaran.

"Ada satpamnya," jawab Aldi sembari berbisik di telinga Sekar. Mendengar hal itu, Sekar tak dapat menahan tawanya.

"Ha ... aku bilangin Bunda, lho!"

"Jangan dong! Ntar, aku malah gak boleh ngajak kamu jalan lagi!"

"Habisnya ... kamu ngatain Bunda satpam," rajuk Sekar.

"Mau gimana lagi. Kalau di rumah kamu, aku gak boleh ngapa-ngapain. Cium kamu aja dilarang. Untungnya sayang," sahut Aldi.

Sekar masih melanjutkan tertawa. Memang, saat Aldi main ke rumahnya, Bunda Sekar selalu mengawasi.

"Ya sudah. Kalau begitu, aku masuk dulu, ya!" pamit Sekar.

"Bentar!"

"Ada apa?" tanya Sekar.

Aldi menyandarkan tubuh Sekar ke badan mobil.

"Kamu belum memberikan ciuman perpisahan."

"Jangan, nanti dimarahi Bunda."

Aldi celingukan.

"Gak ada," sahutnya.

"Ekhm ...," suara deheman Irma mengagetkan Aldi saat dia akan melakukan aksinya. Sekar tersenyum tertahan.

"Selamat sore, Tante!" sapa Aldi.

"Selamat sore!" sahut Irma.

"Saya permisi dulu, Tante!"

"Hm ...."

Aldi segera masuk ke dalam mobil dan meluncur meninggalkan rumah Sekar.

"Ayo, masuk!" ajak Bundanya.

"Iya, Bun!" sahut Sekar sembari menggandeng Bundanya.

"Sampai kapan kamu seperti ini?" tanya Bundanya.

"Bun, kita kan, sudah pernah bahas masalah ini."

"Tapi Bunda masih gak rela lihat kamu dipegang-pegang pria itu. Apapun alasannya, kalian belum menikah."

"Bunda gak usah khawatir, aku bisa jaga diri, kok."

"Tapi tetap saja, Bunda khawatir terjadi sesuatu sama kamu."

"Bun, aku sudah pernah mengalami yang lebih buruk dari itu. Bunda gak perlu khawatir," sahut Sekar.

"Terserah kamu!" sahut Irma.

"Bunda jangan marah, dong! Sekar hanya ingin membalas mereka. Mereka bukan hanya membuat hidup kita sulit dan menderita, tapi mereka juga penyebab hancurnya hidupku. Aku tidak akan berhenti sampai mereka benar-benar menderita," sahut Sekar.

"Terserah! Satu pesan Bunda, hati-hati! Udah, sana mandi dulu!"

"Siap, Bundaku sayang!"

*********************

Aldi masuk ke dalam rumah sambil bersiul senang. Dia segera naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamar.

Dia mengernyitkan dahi. Tak biasanya, kamarnya gelap. Aldi segera menyalakan lampu.

Ceklek.

Untuk sesaat, dia tertegun. Kamarnya sangat berantakan seperti kapal pecah. Bantal dan selimut berserakan. Tampak Nasha tertelungkup di atas kasur.

"Sayang … kamu kenapa? Ada apa ini?" tanya Aldi heran.

Nasha segera bangkit dari tempat tidurnya.

"Kamu jahat … kamu jahat! Kamu sudah hianatin aku! Kamu jahat!" teriak Nasha sembari memukul dada Aldi.

"Sayang … kamu kenapa? Jangan seperti ini! Tolong jelaskan sama aku!" ujar Aldi sembari berusaha menghentikan aksi Nasha.

"Kamu jahat, Mas! Kenapa kamu hianati aku?" tanya Nasha tergugu.

"Sayang … aku gak pernah hianati kamu. Siapa yang bilang? Cepat katakan!"

Nasha beranjak, lalu mengambil ponselnya. Diperlihatkannya isi ponselnya kepada suaminya.

Aldi sangat terkejut. Disana, terpampang jelas foto-fotonya saat berciuman dengan Sekar di restoran tadi. Aldi mulai panik. Keringat membasahi pelipisnya.

"Sayang … ini tidak seperti yang kamu fikirkan," ujar Aldi membela diri.

"Apa yang tidak seperti aku pikirkan? Foto-foto itu sudah jelas," teriak Nasha sembari memukuli dada suaminya.

Aldi segera memegang tangan Nasha dan memaksanya membawa ke dalam pelukan. Meski awalnya berontak, namun akhirnya Nasha bisa tenang. Dia menangis tergugu di pelukan suaminya.

Perlahan, Aldi memapah istrinya untuk duduk di sisi tempat tidur.

"Maafkan aku, Sayang! Tapi, itu tidak seperti yang kamu pikirkan!"

"Siapa wanita itu?" tanya Nasha sembari terisak.

"Dia … teman kuliahku dulu. Tadi itu … aku janjian sama Dito, tapi Ditonya tiba-tiba gak bisa datang. Pas aku mau pulang, gak sengaja ketemu dia, trus kita ngobrol."

"Ngobrol apa pacaran?" ujar Nasha sewot.

"Ngobrol, Sayangku. Awalnya ngobrol biasa saja, tapi sepertinya dia terpesona dengan kesuksesanku sekarang, lalu dia mencoba merayu aku. Tiba-tiba saja dia menciumku, aku sudah berusaha mengelak. Beneran deh!"

"Tapi kamu suka, kan?"

"Gak dong, Sayang! Kalau aku suka, udah aku ladenin! Tapi tadi itu, aku berusaha menolak. Mungkin yang ngirim foto itu lihatnya pas dia nyium aku, tapi gak lihat pas aku nolaknya. Memang, siapa sih, yang ngirim foto-foto gak jelas seperti itu?" tanya Aldi.

"Gak tahu. Cuma nomor aja. Aku hubungi gak bisa," sahut Nasha dengan sisa tangisnya.

Aldi memeluk istrinya.

"Mulai sekarang, jangan percaya dengan hal-hal seperti itu lagi, ya? Aku cuma cinta sama kamu. Mau digoda seperti apapun, aku gak akan goyah," ujar Aldi.

Nasha tersenyum dikulum.

"Beneran?" tanya Nasha.

"Iya, Sayang!" ujar Aldi.

"Jangan diulangi lagi!" ujar Nasha masih cemberut.

"Gak akan!" sahut Aldi berusaha meyakinkan.

"Diluar sana, pasti banyak wanita yang menginginkan kamu. Kamu kan tampan, kaya lagi."

"Biarian aja. Yang penting,dihatiku hanya ada kamu," rayu Aldi.

Aldi menundukkan wajahnya, lalu ia mencium kening dan pipi istrinya. Saat dia akan melanjutkan aksinya, Nasha menghentikan gerakannya.

"Gak mau, mandi dulu sana! Itu bekasnya orang!" ujar Nasha cemberut.

"Oke deh, sayang!" sahut Aldi, lalu tiba-tiba dia membopong tubuh istrinya.

"Mas, aku mau dibawa kemana?" protes Nasha.

"Kita mandi bareng, aku kangen," bisik Aldi tepat di telinganya.

"Terimakasih, Sayang! Kamu memang yang terbaik!" ujar Aldi, lalu mencium kening istrinya usai mereka melakukan aktivitas panas di atas ranjang.

"Aku sudah memberikan segalanya untuk kamu, jadi, jangan hinaati aku ya!" ujar Nasha.

"Tentu, sayang! Aku tidak mungkin menduakan kamu!"

Aldi tersenyum lega. Kali ini, dia masih selamat. Nasha mempercayai segala ucapannya.

"Sayang!" panggil Nasha.

"Hm!"

"Kondisi perusahaan bagaimana?" tanya Nasha.

Aldi menghembuskan napas panjang.

"Belum ada perubahan, Sayang!" sahut Aldi lesu.

"Yach … padahal, aku udah pengen shoping! Udah lama aku gak shoping-shoping!" sahut Nasha cemberut.

"Kamu shoping pakai uang yang ada saja, Sayang!" sahut Aldi.

"Kurang! Uang segitu dapat apaan? Biasanya kan, tiga kali lipat dari itu!" sahut Nasha cemberut. Memang, akhir-akhir ini, Aldi memangkas habis uang belanja Nasha dan diberikan kepada Sekar.

"Kamu sabar dulu, ya, Sayang! Kalau keuangan perusahaan sudah stabil, aku akan kembalikan uang belanja kamu seperti semula," ujar Aldi.

"Beneran ya?"

"Iya, sayang! Kamu tenang saja! Aku kerja kan, memang buat kamu!"

"Memangnya, gak ada yang bisa dilakukan agar perusahaan stabil lagi?" tanya Nasha. Selama ini, Aldi beralasan pengurangan uang belanja itu karena kondisi perusahaan yang sedang tidak baik-baik saja.

"Ada sih, tapi …." sahut Aldi menggantung.

"Tapi kenapa, sayang?"

"Tapi … perusahaan butuh suntikan dana."

"Berapa?" tanya Nasha.

"Sekitar lima miliar."

"Apa? Banyak sekali?" ujar Nasha terkejut.

"Iya, Sayang. Makanya aku juga bingung."

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Nasha.

"Sebenarnya … ada satu jalan keluar."

"Apa itu?" tanya Nasha penasaran.

Related chapters

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   MENGGADAIKAN RUMAH

    Bab 5MENGGADAIKAN RUMAH"Hm … bagaimana ya ngomongnya?" ujar Aldi gelisah."Sayang, katakan saja. Kalau ada yang bisa aku bantu, pasti aku lakukan. Perusahaan itu kan, milik keluargaku. Aku tidak mau kalau sampai terjadi apa-apa," ujar Nasha berusaha meyakinkan."Apa solusinya?" tanya Nasha lagi."Menggadaikan rumah ini.""Apa?" ujar Nasha terkejut."Iya, sayang! Kita gadaikan rumah ini. Nanti, uangnya bisa untuk menyuplai perusahaan. Untuk cicilannya gak usah kamu pikirkan, aku pasti akan membayarnya," ujar Aldi berusaha meyakinkan istrinya."Duh, bagaimana, ya? Masalahnya, rumah ini kan atas nama Mama," ujar Nasha sanksi."Justru itu lebih mudah, Sayang! Kan, kamu anak Mama satu-satunya. Pasti dikabulkan," bujuk Aldi."Hm … ntar deh, aku coba bujuk Mama. Semoga Mama gak keberatan," sahut Nasha."Terimakasih, Sayang! Kamu memang yang terbaik!" ujar Aldi sembari mengeratkan pelukannya.**************************"Selamat pagi, Ma!" sapa Nasha kepada Mamanya."Pagi! Aldi sudah berangk

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   SEPULUH TAHUN YANG LALU

    Bab 6SEPULUH TAHUN YANG LALUSaat itu, Sekar kelas dua belas. Seperti biasa, Bundanya sedang mengerjakan pesanan catering. Saat itu, Arum sedang bersekolah. "Lagi bikin apa, Ir?" tanya Pak Suwito yang tiba-tiba muncul di depan pintu dapur. Memang, belakang rumah Arum terhubung langsung dengan gang kecil dan hanya dibatasi oleh tembok setinggi pinggang dan pagar kecil. "Pak Suwito? Bikin kaget saja!" ujar Bunda Arum.Pak Suwito terkekeh geli sembari melangkahkan kakinya memasuki dapur. "Eh, Pak Suwito mau ngapain? Sana keluar!" usir Irma, Bunda Arum. "Saya mau nemenin kamu masak, dari pada sendirian.""Saya sudah biasa sendiri. Sana keluar! Gak enak kalau dilihat orang!" usir Bunda Arum lagi. "Ya dibikin enak saja tho!" sahut Pak Suwito santai. Irma hanya geleng-geleng kepala."Pak, tolonglah! Saya gak mau menimbulkan fitnah! Anak saya sedang sekolah! Di rumah gak ada orang!" ujar Ira lagi."Biar gak ada fitnah, bagaimana kalau kamu aku halalin saja?" ujar Pak Suwito sembari meme

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PANGGIL AKU SEKAR!

    Bab 7PANGGIL AKU SEKAR!"Suwito … apa yang kamu lakukan di kamar Arum?" tanya Irma heran. Merasa curiga, Irma segera merangsek masuk ke dalam kamar. Pak Suwito menggunakan kesempatan itu untuk segera kabur dan meninggalkan rumah itu. Hati Irma hancur. Dilihatnya, putrinya tergeletak tak berdaya dalam keadaan terikat dan tanpa mengenakan pakaian. Bercak darah nampak berceceran di sprei. "Tidak! Arum!" teriaknya memanggil nama anaknya. "Arum sayang! Buka mata kamu, Nak!" ujarnya sembari menangis tergugu. Teriakan Irma mengundang tetangganya untuk masuk."Ada apa, Bu Irma?" tanya Bu Lia. Karena tak mendapat jawaban dan hanya mendengar tangisan Bu Irma, Bu Lia berinisiatif masuk ke dalam rumah."Astaghfirullah," ujarnya. Dia segera masuk dan menutupi tubuh Arum dengan selimut. Setelah memastikan denyut jantungnya, Bu Lia segera melepas ikatan di tubuh Arum."Bu Irma, siapa yang melakukannya?" Bu Irma tak mampu menjawab. Dia hanya hanya menangis tergugu memeluk putrinya."Bu Irma," p

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   RUMAH UNTUK SEKAR

    Bab 8RUMAH UNTUK SEKAR"Iya, kenapa? Kok, kelihatannya kaget banget gitu?" tanya Aldi heran."Gak gitu, cuma ... aku pikir dia ada saudara gitu!" sahut Sekar."Gak ada. Makanya aku masih berat lepasin dia. Secara, warisannya kan nanti jatuhnya ke dia. Aku mau porotin dulu," sahut Aldi Santai."Kamu yakin bisa dapetin semuanya?" "Yakin dong! Nasha itu bucin banget sama aku!""Dia itu kan anak tunggal. Pasti, orang tuanya sangat memanjakan dia," lanjut Sekar lagi."Kalau Mamanya sih, iya! Apapun yang diinginkan Nasha, pasti dituruti! Kalau Papanya, walaupun bukan ayah kandung, dia kelihatannya juga sayang banget sih!""Nasha bukan anak kandung Papanya?""Iya, jadi waktu itu Mamanya janda saat menikah dengan Papanya yang sekarang ini," sahut Aldi."Trus, Mamanya gak punya anak lagi setelah menikah dengan Papa tirinya?""Gak punya. Dulu katanya pernah hamil sih, trus keguguran. Jadi, sampai sekarang, mereka gak punya anak. Kenapa? Kok, kelihatannya penasaran banget.""Enak ya, jadi Nash

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN HISYAM

    Bab 9KEDATANGAN HISYAM"Aku mau buat kejutan di hari pernikahan kami," sahut Sekar sembari mengulas sebuah senyuman."Apa kali ini aku juga harus turun tangan?" "Tentu saja! Kamu kan sahabat terbaikku! Kalau bukan kamu, siapa lagi yang akan bantu aku!" sahut Sekar."Sahabat!" ujar Vano lirih.Vano menghembuskan nafas panjang. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Vano."Sini, aku bisikin!" ujar Sekar.Vano mendekatkan telinganya."Sekar, geli ah! Jadi bisikan gak?" protes Vano."Ha … iya … iya! Sini!" ujar Sekar."Gimana?" ujar Sekar usai membisikkan sesuatu ke telinga Vano."Oke, bisa diatur," sahut Vano. "Terimakasih!" sahut Sekar kegirangan. Tanpa sadar, dia memeluk Vano dengan erat. "Sekar! Aku gak bisa bernapas! Lepasin!" ujar Vano tersengal."Aduh, Van! Maaf, ya! He ….""Seneng sih, seneng! Tapi, jangan gitu juga!" ujar Vano sewot."Maaf, deh! Jangan ngambek dong! Aku belikan es krim, mau?" rayu Sekar."Es krim? Kamu kira aku anak TK apa? Nyuap pake es krim," ujar Vano semaki

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   MASA LALU HISYAM

    Bab 10MASA LALU HISYAM"Aldi! Apa yang kamu lakukan?" bentak Hisyam.Aldi dan wanita dipangkuannya pun tampak terkejut saat pintu tiba-tiba terbuka dan mendapat teriakan dari sang big bos. "Pa—pa!" ujar Aldi gugup. Dia segera berdiri. Sekar pun segera berdiri dan merapikan pakaiannya. Dia tak kalah terkejut. Setelah sekian lama, ini pertama kalinya mereka berada pada jarak sedekat ini. Sekar tak berani menatap wajah ayahnya. Dia memilih menunduk menyembunyikan wajahnya."Menjijikkan! Bisa-bisanya kamu berbuat mesum di kantorku!" ujar Hisyam kecewa."Maaf, Pa!" ujar Aldi menundukkan kepala."Keluar kamu!" perintah Hisyam tanpa memandang Sekar.Dengan tergesa, Sekar segera berlari meninggalkan ruangan tersebut.Hisyam memegang dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri."Agus!" ujar Hisyam.Sigap, Agus menyerahkan sebutir obat. Setelah meminumnya, Hisyam sudah sedikit lebih tenang dan rasa nyeri itu berangsur menghilang."Ternyata begini, kelakuan kamu di kantor?" ujar Hisyam kecewa."Maaf,

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PERTEMUAN HISYAM DENGAN IRMA

    Bab 11PERTEMUAN HISYAM DENGAN IRMA"Irma!" ujarnya lirih."Apa, Pak?" tanya Agus. Sekils, dia mendengar bosnya bergumam, namun kurang jelas."Dia pemiliknya?" tanya Hisyam."Iya, Pak!" Agus segera melangkah mendekati Irma dan mengatakan maksudnya. Irma memicing heran, namun dia tak menolak. Dia segera melangkah ke arah meja Hisyam yang posisinya membelakanginya."Selamat siang, Pak!" sapa Irma ramah.Hisyam menoleh."Ternyata aku tidak salah lihat! Kamu benar-benar Irma!" ujarnya.Irma pun tampak terkejut. "Mas Hisyam!" ujarnya lirih.Untuk sesaat, mereka membeku dan saling menatap. Tak lama kemudian, Irma meninggalkan meja tersebut. Hisyam masih tertegun di tempatnya."Pak! Bapak kenapa?" tanya Agus.Hisyam terdiam."Tolong bantu saya!" ujarnya kemudian."Iya, Pak! Apa yang bisa saya bantu?""Saya mau bicara dengannya.”"Tadi kan, sudah, Pak!" ujar Agus.Hisyam menghela nafas panjang. "Katakan saja, saya ingin bicara," ujar Hisyam lagi. Agus tampak berfikir. Tampaknya, ada ses

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PENOLAKAN SEKAR

    Bab 12PENOLAKAN SEKAR"Kalau kamu ingin rasa sakit itu hilang, maka lepaskan dendammu!"Sekar terkesiap. Dia tidak siap dengan jawaban Bundanya."Maksud Bunda?""Dendam akan terus membawa rasa sakit dalam hatimu. Untuk sesaat, mungkin kamu akan merasa puas. Namun, rasa sakit itu akan terus membayangi," ujar Irma menasehati putrinya. Sekar terdiam. Dia mencoba mencerna ucapan Bundanya. "Kamu gak percaya?" tanya Bundanya."Bukan gak percaya, Bun, hanya saja, jika aku melepaskannya, mereka tidak akan pernah merasakan sakit seperti yang pernah kualami.""Jika kamu tetap bertahan dengan rencanamu, maka bersiaplah! Rasa sakit itu akan terus menggerogotimu!" ujar Irma.Sekar tak menyahut."Bukankah Allah Maha Adil? Walau tidak melalui tangan kamu, mereka pasti akan merasakan pembalasan. Percayalah, hukum tabur tuai itu ada," lanjut Irma."Bun!" ujar Sekar gamang.Irma tersenyum."Istirahatlah! Kamu pasti lelah!" ujar Irma. *****"Bik, Ibu mana?" tanya Hisyam kepada Kokom, asisten rumah t

Latest chapter

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   HARI PERNIKAHAN

    “Terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan aku hari ini,” ujar Vano dengan mimik wajah serius. Sekar menatap menatap wajah sahabatnya tersebut dengan mimik wajah yang semakin kebingungan. “Apaan sih? Aku gak ngerti deh!” ujar Sekar lagi. Vano terkekeh geli menatap wajah wanita di hadapannya yang menurutnya terlihat lucu dan menggemaskan.“Lho, Van, dari tadi?” tanya Irma yang tiba-tiba muncul.“Bunda!” seru Vano, lalu bangkit dari posisinya dan mencium punggung tangan wanita paruh baya tersebut.“Barusan, Bun. Aku kangen sama masakan bunda, makanya main kesini,” sahut Vano seraya terkekeh.“Ayo langsung ke ruang makan. kebetulan bunda hari ini masak kesukaan kamu,” sahut Irma. “Asyik ... kayaknya bunda sudah ada feeling aku mau main nih!” ujar Vano. Dengan santai, dia menggandeng lengan wanita paruh baya tesebut menuju ruang makan meninggalkan Sekar yang masih bengong di tempatnya. Selang tak berapa lama kemudian, Sekar pun sudah menyusul mereka.***“Van!” panggil Sekar. Saat ini

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   TERJEBAK

    BAB 39TERJEBAKVano melepaskan jasnya dan melonggarkan dasinya untuk mengurai rasa panas yang menguasai tubuhnya. Sayangnya, usaha yang dia lakukan sia-sia, tubuhnya semakin tak dapat dikendalikan. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Airin masuk ke dalam ruangan dengan membawa secangkir minuman. Pakaian yang melekat erat ditubuhnya, ditambah lagi dua kancing yang terbuka di bagian atas membuat Vano menatapnya tanpa berkedip. Vano meneguk ludahnya kasar.“Kamu kenapa, van? Sakit?” tanya Airin. Vano tak menjawab. Pandangannya masih terfokus pada gundukan kenyal yang terlihat menantang di hadapannya. Airin tersenyum tipis penuh kemenangan, lalu dengan santainya duduk di pangkuan pria tersebut.“Wow ... aku bahkan bisa merasakannya. Mau aku bantu melepaskannya?” ujar Airin dengan gaya manjanya seraya mengusap dada Vano dengan lembut. Tubuh Vano semakin memanas. Spontan, dia meraih tengkuk wanita tersebut, lalu menyambar bibirnya dengan lumatan yang panas. Airin semakin diatas angin. Ta

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEJUJURAN VANO

    BAB 38KEJUJURAN VANO“Berdasarkan bukti-bukti dan kesaksian para saksi, maka saudara Aldi Wiratama dinyatakan bersalah dengan hukuman tujuh tahun penjara.” Ketuk palu hakim, mengakhiri jalannya sidang hari ini. Aldi menghembuskan nafas lega. Meskipun dia harus mendekam dalam penjara, setidaknya hukumannya jauh lebih ringan dari tuntutan yang seharusnya yaitu dua belas tahun penjara. Nasha pun tak kuasa menahan air matanya. Kini, dia harus berjuang seorang diri membesarkan anaknya nantinya.Usai sidang selesai, Nasha menghampiri sang suami sebelum kembali di bawa lapas."Mas!" ujar Nasha lirih."Jaga anak kita baik-baik. Maaf aku tidak menemani kamu membesarkan anak kita nantinya!" ujar Aldi."Mas!" Spontan, Nasha mendekap tubuh sang suami dengan erat. Dia menangis tergugu dalam pelukan sang suami.“Aku akan membebaskan kamu, Sha. Aku tidak akan mengikatmu dalam ikatan pernikahan yang tidak sehat ini. Nasha Syakilla binti Suwito, aku ja---“ Belum selesai Aldi menyelesaikan kalimatnya

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PERMINTAAN ALDI

    BAB 37PERMINTAAN ALDI “Saudara Aldi, anda yang ingin bertemu dengan Anda!” ujar seorang petugas sipir, lalu membuka pintu penjara. Dengan penuh semangat, Aldi bangkit dari posisinya, lalu melangkahkan kakinya. Dia mendengus dengan kesal saat tahu siapa yang datang menjenguknya.“Sayang ... bagaimana keadaan kamu?” tanya Nasha seraya memeluk tubuh sang suami. “Sha ... apaan sih?” protes Aldi seraya mendorong tubuh sang istri perlahan agar menjauh.“Mas ... kamu kenapa sih?” tanya Nasha bingung.“Gak enak dilihat petugas,” sahut Aldi cuek, lalu melangkahkan kakinya dan duduk di kursi yang telah disediakan. Nasha pun mengernyitkan dahinya heran. Namun, tak urung, dia mengikuti langkah sang suami dan duduk di hadapannya. “Kamu kenapa, Mas?” tanya Nasha.“Apanya yang kenapa?” tanya Aldi.“Sejak kemarin, kamu berubah jadi cuek,” sahut Nasha.“Biasa saja.”“Gak, aku yakin pasti ada sesuatu. Katakan, ada apa sebenarnya?” desak Nasha.“Sudah ku bilang tidak ada. Untuk apa kamu kesini?” tan

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   SIDANG PERDANA

    BAB 36SIDANG PERDANA‘Aku tidak rela wanita itu menguasai perusahaan. Enak saja, aku yang mendampingi Mas Hisyam hingga seperti sekarang, malah dia yang dapat warisan. Rugi dong perjuanganku selama ini!’ ujarnya dalam hati.“Maaf, Bu, untuk keperluan administrasi, saya tetap meminta pembayaran di depan!” ujar Pak Adnan.“Tentu saja, Pak! Berapa saya harus membayarnya?” tanya winda dengan gaya elegannya. Pak Adnan menyerahkan sebuah kertas yang berisi rincian dana yang harus dibayarkan. Wind amenelan ludah kasar melihat angka tersebut. Sebenarnya itu memang harga yang pantas untuk pengacara sekelas Adnan Wijaya. Masalahnya, saat ini dia sedang pailit. Uang segitu tentu saja sangat berharga untuknya.“Em ... saya akan membayarnya separuh. Untuk sisanya ... bagaimana kalau saya bayar dengan cara lain!” ujar Winda.“Maksudnya?” tanya Pak Adnan bingung. Dengan penuh percaya diri, Winda melangkah mendekati pria paruh baya tersebut seraya melepaskan beberapa kancingnya sehingga menampakkan p

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN AIRIN

    BAB 35KEDATANGAN AIRINKring .... Tiba-tiba, ponsel Vano berbunyi.“Halo, Pa! Ada apa?” tanya Vano.“_____.”“Sudah, Pa. Dia ada disini sekarang,” sahut Vano smabil melirik kesal pada Airin.“____.”“Gak bisa gitu dong, Pa! Dia itu tidak kompeten!” “____.”“Tapi, Pa ....”“____.”“Iya, iya!” sahut Vano sambil bersungut-sungut. Airin mendengarkan pembicaraan mereka sambil senyum-senyum. Meski tidak tahu pasti, namun dia bisa menebak arah pembicaraan mereka.Klik. Vano memutusukan panggilan teleponnya. Dia menghela nafas panjang beberapa kali untuk menenangkan diri.“Bagaimana, Pak Vano?” ujar Airin sambil tersenyum manis. Vano merasa semakin muak.“Baiklah, kamu diterima, tapi ____.”“Yey ... terima kasih, Van!” ujar Airin gembira sambil bertepuk tangan.“Aku belum selesai bicara!” bentak Vano. Airin segera menghentikan aksinya sebelum Vano benar-benar marah padanya. “Oke, lanjutkan!” ujar Airin.“Kamu diterima, tapi, jika dalam masa percobaan selama satu bulan kinerja kamu mengece

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEMBALI MASUK PENJARA

    BAB 34KEMBALI MASUK PENJARA“Bapak Aldi telah melakukan kesalahan. Jadi, pihak penggugat mengajukan permohonan pembatalan pembebasan bersyarat atas nama Bapak Aldi.” Petugas kepolisian tersebut memberikan penjelasan.“Memangnya apa yang dilakukan suami saya?” tanya Nasha emosi.“Sha, kendalikan emosimu. Sebaiknya, kamu panggil Aldi kesini.”“Tapi, Ma, kalau Mas Aldi kesini, nanti mereka akan menangkapnya,” sahut Nasha keberatan.“kalau kamu tidak menyuruh Aldi kesini, yang ada dia akan menjadi buronan. Hukumannya bisa semakin berat,” sahut Winda.Dengan langkah berat, Nasha memanggil Aldi yang sedang berbaring di kamarnya.“Mas, bangun! Ada yang nyari kamu di depan!” ujar Nasha.“Siapa, Sha?” sahutnya dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.“Polisi.”“Apa? Mau apa mereka kesini?”“Mereka bilang mau menangkap kamu. Katanya, kamu melakukan kesalahan sehingga pihak Sekar meminta pembatalan penangguhan penahanan. Memangnya, apa yang sudah kamu lakukan sama Sekar?” tanya Nasha t

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEMARAHAN ALDI

    BAB 33KEMARAHAN ALDI"Secara hukum, saya pemilik sah perusahaan ini dan saya sudah mengambil alih kepemimpinan perusahaan ini. Kamu tidak punya hak apapun," sahut Sekar."Jadi itu alasan kamu memblokir semua kartuku? Itu ulah kamu, bukan?" "Tentu saja. Itu kartu milik perusahaan. Aku tidak mungkin membiarkan kamu memegangnya," sahut Sekar santai."Tapi tetap saja, kamu tidak tahu apa-apa mengenai perusahaan ini," ujar Aldi."Apa Anda lupa berapa lama saya menjadi sekretaris Anda?" sahut Sekar.Aldi tak dapat menjawab. Dia mulai gusar.“Apa kamu akan menguasai perusahaan ini sendiri? Jangan lupa, disini ada hak Nasha dan mamanya.”“Tidak ada berkas yang membuktikan bahwa mereka memiliki hak atas perusahaan ini.”“Mereka sedang memperjuangkan haknya. Tunggu saja!” ujar Aldi.“Tentu. Aku juga ingin tahu sejauh mana usaha mereka,” sahut Sekar santai.“Terserah kamu, tapi …." Aldi menggantung ucapannya."Apa?" tanya Sekar."Kembalikan semua yang sudah kuberikan sama kamu!" Sekar terkeke

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN ALDI

    BAB 32KEDATANGAN ALDI“Pasti berhubungan dengan wanita itu, kan?”“Sudahlah, Pa. Jangan mengait-ngaitkan Sekar. lagian, ini gak papa, kok. Hanya bengkak sedikit, sebentar juga sembuh.”"Dasar bucin! Sekarang Papa mau tanya. Kenapa dia hari ini gak masuk?”“Dia ada pertemuan dengan pengacara ayahnya, Pa.”“Baru juga bekerja, sudah beberapa kali izin. Kamu tidak bisa seperti itu, Van. Bagaimana tanggapan karyawan lain? Mereka pasti berfikir kamu pilih kasih," ujar Papa Vano."Biarin sajalah, Pa, mereka mau bilang apa. Aku yang lebih tahu mengenai Sekar. Jika tidak ada hal yang benar-benar penting, dia tidak mungkin izin.""Ini yang Papa tidak suka dari kamu. Lembek kalau sudah masalah wanita itu," ujar Sang Papa tak suka.“Pa, jangan begitu dong! Ini aku sudah memenuhi permintaan Papa untuk membantu mengurus perusahaan.”“Papa tahu. Tapi kalau sekretaris kamu sering izin begini, pekerjaannya akan terbengkalai. Yang repot kamu juga!”“Papa gak usah khawatir, aku bisa mengatasi kok!” “T

DMCA.com Protection Status