Vina kelihatan bingung. Tiba-tiba saja Yudha ada di sana dan bertingkah seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih. Teman Vina yang merundungnya sejak tadi mengernyit. Sherly jelas terkejut melihat Vina tiba-tiba dirangkul oleh pria dewasa yang bahkan juga memanggilnya sayang. Belum lagi, Yudha mema
Tak lama setelahnya, Vina tersadar bahwa ia sudah terlalu over sharing. Ia malah curhat kepada Yudha yang tidak tahu apa-apa dan tidak ada kaitannya sama sekali. Vina mengusap seluruh air matanya. Kedua matanya kelihatan sembab, dan pucuk hidungnya juga memerah. “Om, maaf aku malah kelepasan cur
Yudha yang mendengar pernyataan mendadak dari Vina sontak membelalak kaget. “Tunggu sebentar, maksudnya gimana?” tanya Yudha. Vina terisak. Ia sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Entahlah, ia benar-benar lelah dengan kehidupannya. Selalu saja ada masalah baru sementara masalah yang lama belum
“Om, makasih banyak ya udah bantuin aku lagi.” Yudha mengangguk seraya menyeruput minumannya. “Mm… Om, soal yang aku bilang di telepon tadi, aku serius. Aku… aku mau nikah sama Om Yudha, tapi kalau nanti kita menikah, tolong izinin aku kerja ya Om, untuk bantu kehidupan Ibu dan Bapak.” Yudha men
Yudha bingung. Baru saja datang tiba-tiba sudah dipuji oleh Danyon di hadapan gadis cantik yang Yudha sendiri tidak kenal itu siapa. Yudha tahu kalau gadis itu jelas bukan anaknya Danyon. “Sini, Ga. Duduk dulu.” Yudha mengangguk. Ia segera duduk di kursi yang berlawanan dengan gadis itu. Sekarang
Ibunya Vina bernapas lega. “Mereka nggak ada nanya aneh-aneh tentang keluarga kita, Vin?” Vina mengernyit. “Aneh gimana, Bu?” “Ya soal kerjaan atau apa gitu.” Vina menggeleng. “Enggak ada. Malah nggak ngomongin begituan sama sekali.” Ibunya Vina mengangguk. Sebenarnya tidak mengejutkan juga kala
Wulan menghela napas panjang. Ia masih kepikiran perkara siapa yang membiayai pengobatan bapaknya Vina di rumah sakit. Satu-satunya kemungkinan yang ada hanya Yudha. Masalahnya, saudara mereka tidak akan ada yang mau membantu untuk menalangi pengobatan bapaknya Vina. Semua juga tahu kalau keluarga V
“Oh gitu. Ya udah, Om kalau memang sibuk nggak usah maksain jenguk. Om juga pasti capek kalau habis latihan, ‘kan?” Yudha tersenyum mendengarnya. “Iya, begitulah.” “Pokoknya Om harus semangat ya latihannya,” kata Vina lagi. Yudha tidak bisa menahan tawanya lagi mendengar kata-kata semangat dari
Setelah semua urusan selesai, Langit dan Dahayu akhirnya pulang ke rumah. Karena Dahayu mengendarai mobilnya sendiri, Langit mengikutinya dari belakang dan memastikan wanita itu tidak menghilang dari pengawasannya. Langit langsung menarik Dahayu masuk ke kamar begitu mereka sampai. Dahayu pasrah-p
Sudah dua jam berlalu sejak Langit keluar dari rumah. Dahayu mulai khawatir. Pasalnya, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Pikiran Dahayu mulai tertuju kepada klub malam. Namun, dengan segera dia mengenyahkan kemungkinan itu. “Langit udah berubah. Dia nggak bakalan pergi ke klub malam l
“Ya Allah, beneran, Yu?” Bening sampai tidak percaya mendengarnya. Semua orang di meja makan terlihat tersenyum, terutama ibu Langit yang akhirnya mendapatkan cucu pertamanya. Dahayu malah malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Bening berdiri dari kursinya dan menghampiri Dahayu, memeluk putr
Bibir mereka tidak menempel lama. Karena tiba-tiba Dahayu mendorong Langit dan beringsut menjauh. Wajahnya memerah padam dan jantungnya berdebar tak karuan, tetapi dia justru menolak bertautan dengan Langit. Langit menatap Dahayu dengan kecewa. “Kenapa, Yu? Apa aku salah cium kamu? Aku ‘kan suami k
Buket bunga yang Langit bawa cukup besar. Dahayu sampai kesulitan membawanya dan hampir tidak bisa melihat apa pun. Sementara itu Langit tersenyum kecil melihat Dahayu kewalahan membawa buket itu. Dia mengikuti istrinya memasuki rumah singgah. Ini bukanlah kunjungan pertama Langit ke rumah ini, teta
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan