Wulan menghela napas panjang. Ia masih kepikiran perkara siapa yang membiayai pengobatan bapaknya Vina di rumah sakit. Satu-satunya kemungkinan yang ada hanya Yudha. Masalahnya, saudara mereka tidak akan ada yang mau membantu untuk menalangi pengobatan bapaknya Vina. Semua juga tahu kalau keluarga V
“Oh gitu. Ya udah, Om kalau memang sibuk nggak usah maksain jenguk. Om juga pasti capek kalau habis latihan, ‘kan?” Yudha tersenyum mendengarnya. “Iya, begitulah.” “Pokoknya Om harus semangat ya latihannya,” kata Vina lagi. Yudha tidak bisa menahan tawanya lagi mendengar kata-kata semangat dari
Yudha menghabiskan beberapa jam berkeliling dengan Raisa. Ia sendiri sudah mengakui sejak awal kalau dirinya bukan tipikal yang suka pergi jalan-jalan, jadi ia tidak terlalu tahu harus ke mana. Namun, Raisa menerima saja. Setelah dari kafe itu, mereka berkeliling lagi ke area dekat-dekat saja baru k
Yudha mengernyit heran. Intonasi suara Vina ketika berbicara kembali ketus. Kali ini Yudha merasa suara ketus Vina justru lebih parah daripada sebelumnya. Yudha tidak mengerti. Masalahnya, malam itu ketika mereka mengobrol melalui telepon, Vina sudah lebih ceria. Obrolan mereka juga terkesan akrab
Vina berdebar dan tremor parah. Bahkan telapak tangannya sekarang terasa sangat berkeringat gara-gara mendengar Yudha menyebut bahwa dirinyalah calon istri pria itu. Padahal, tadi ia sedang kesal luar biasa. Bisa-bisanya sekarang ia berubah berdebar-debar dan grogi parah hanya karena satu kalimat ya
Sementara itu, Vina yang berada di dapur diam-diam merasa senang mendengar ucapan Yudha. Rumah keluarga Vina itu kecil, jadi apapun suara yang ada di rumah itu pasti terdengar bahkan dari dapur. Vina benar-benar tidak menyangka kalau Yudha akan berkata seperti itu. Kenyataannya, ia memang meminta to
Setelah menjenguk orang tua Vina di rumah sakit, Yudha harus segera pamit. Ia keluar sudah lumayan lama tadi, jadi harus segera kembali. Vina mengantarkan Yudha keluar dari ruang rawat inap bapaknya, barulah Yudha pamitan kepada Vina. “Saya harus kembali,” kata Yudha. Vina mengangguk. “Iya, Om.”
“Harusnya aku nggak mengizinkan Mbak Wulan numpang di sini,” gumam Vina di sela-sela isakannya. Sekarang, apa yang harus ia lakukan kalau nanti Yudha datang? Benar saja, sesuai dengan jam janjian, Yudha datang ke rumah untuk menjemput Vina. Pria itu mengetuk-ngetuk pintu rumah Vina. Tak lama setel
Ekspresi Langit langsung berubah ketika menyadari siapa dokter yang berdiri di depannya. Tatapannya menjadi tajam dan sikapnya berubah dingin. Langit diam saja dan tidak mengatakan apa pun sehingga Dahayu terpaksa buka suara terlebih dahulu. “Apa beliau ibu kamu?” tanya Dahayu dengan raut masam. Da
Untuk season 2 cerita anak pertama Bening-Kalingga (Kisah Sagara Prayudha) kalian bisa cek judul : Dibuang Tamtama Dapat Perwira di KBM juga ya. Sudah tamat. Ini saya mau melanjutkan season 3 tentang Dahayu. Supaya ceritanya tuntas. Hehe .. oke, selamat membaca. * “Cantik, tajir, dokter dari kelu
Selama beberapa waktu terakhir, Wulan dibawa ke dokter kejiwaan untuk pengobatan. Ia sudah mengonsumsi antidepresan selama beberapa waktu terakhir. Sayangnya, kondisi mental Wulan yang tertekan membuatnya mengonsumsi obat itu di atas resep yang diberikan. Ia menjadi kecanduan dan mulai bertingkah di
Kelahiran putera pertama Vina dan Yudha menjadi kebahagiaan tiada tara untuk kedua keluarga. Bening dan Kalingga kaget luar biasa ketika Yudha akhirnya mengabari keesokan harinya. Bapak dan ibunya Vina pun juga dikabari. Mereka langsung bergegas ke rumah sakit untuk melihat kelahiran cucu pertama me
“Vina? bagaimana dengan Vina?” Pas sekali, dokter yang memeriksa Vina keluar. Yudha langsung buru-buru menghampiri dokter itu. “Dokter, bagaimana keadaan istri saya? apakah ada masalah? Dia sakit apa?” “Tenang, Pak. Kami sudah memeriksanya. Silakan anda masuk dulu.” Yudha menatap Irene dan wanita
Bening mengangguk. “Oh gitu… ya udah, manfaatkan waktu berdua kalian sebaik mungkin ya, Mama udah nggak sabar mau gendong cucu.” Yudha dan Vina sontak tersedak ludah sendiri. Bening mengernyit. “Kenapa sih? Kata-kata Mama nggak salah, ‘kan?” “Udah Sayang, jangan digoda terus, kasihan masih penga
Vina terbangun duluan keesokan harinya. Semalam, ia tidak tahu jatuh terlelap pukul berapa, tetapi yang jelas pasti lewat tengah malam. Sekarang, Vina malah terbangun sebelum subuh. Berhubung mereka berada di hotel sekarang, Vina tidak mendengar kumandang azan subuh seperti ketika di rumah. Ia menge
Vina menatap Yudha, dan ekspresi pria itu agak menggelap ketika mengingat kenangan suram tersebut. Wajar saja, sebenarnya. Tidak ada orang di dunia ini yang akan merasa baik-baik saja ketika diselingkuhi. Vina menepuk-nepuk bahu Yudha, dan tanpa aba-aba, Yudha malah langsung menggenggam telapak ta
Melihat Vina diam saja, Yudha menjadi khawatir. Ia tidak mau kalau Vina sampai marah karena merasa dibohongi selama ini. Sungguh, Yudha ingin segera menjelaskan yang sebenarnya, tetapi beberapa hari terakhir sebelum pernikahan mereka, memang Yudha dan Vina sama-sama sibuk, terkhusus Yudha sendiri. S