Karna kecelakaan itu, Wildan segera dilarikan ke rumah sakit oleh orang-orang yang berada di lokasi kejadian. Mereka menelpon ambulans dan dengan cepat Wildan diberi pertolongan pertama hingga dokter menanganinya. Pihak rumah sakit sendiri telah memeriksa kartu identitas Wildan dan mengetahui bahwa
Bening membalas senyuman ibunya Kalingga dengan lembut. "Iya, Bu. Bening juga mengharapkan hal yang sama. Semoga Bening dan Kapten Kalingga benar-benar berjodoh." "Kalau begitu, Bening, tolong mendekat ke sini, Nak." Bening memperhatikan dengan bingung ibu Kalingga yang tiba-tiba saja merogoh sesua
Susan menatap Wildan yang masih tidak terbangun dari komanya dengan kesal. Ia sangat terkejut mendengar kabar kecelakaan Wildan dari ibu pria itu. Susan langsung saja ke rumah sakit hari itu juga untuk memastikan kebenaran tersebut. Dan begitu ia tiba, baru diketahuinya bahwa Wildan sudah koma selam
Kalingga mengangguk mengiyakan ucapannya sendiri. "Iya, dan sekarang Wildan sedang koma. Dari yang saya dengar kali terakhir, Wildan masih belum sadarkan diri." "Astagfirullah..." Bening tertegun. Tanpa sadar ia langsung menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangan. Kalingga memperhatikan ekspresi
Kalingga dan Bening duduk di salah satu kafe yang berada dalam mall tersebut. Kalingga menggeser menu yang disediakan di meja itu kepada Bening. “Silakan, mau pesan apa?” tanya Kalingga. Bening menatap kertas menu yang ada di depan matanya. Ia agak bingung mau memesan apa. Biasanya kalau pergi ke
‘Sialan! Terus gimana caranya aku bikin hubungan mereka berdua renggang?’ batin Susan kesal. Ibunya Wildan menyadari perubahan ekspresi Susan. “Kamu sedih banget ya, San?” Susan memaksakan senyum. “Iya, Tante. Padahal Susan udah berharap banget mau mengamankan kenangan kami.” Itu bohong besar. M
Hari sudah pagi. Semalam, Kalingga benar-benar tidak mengangkat panggilan Bening sama sekali. Pria itu juga tidak balas menelepon Bening atau setidaknya mengirim pesan singkat. Saat baru bangun tadi, Bening langsung mengecek ponselnya, barangkali ada pesan atau riwayat panggilan tak terjawab dari Ka
“Bening, katanya Lingga belum datang, ya?” tanya Bu Rita begitu menghampiri Bening di kamar rias. Bening menggeleng lemah. “Saya kira malah bareng sama Tante dan keluarga. Memangnya Mas Kalingga ke mana?” Bening memang mengganti panggilannya untuk Kalingga di depan Bu Rita karena sempat ditegur Bu
Pandangan Sagara langsung tertuju kepada Langit. Kedua alisnya bertaut marah. Sagara bisa melihat Dahayu gemetaran di belakang Langit, tapi saat ini Sagara ingin membuat perhitungan kepada adik iparnya itu. Berani-beraninya Langit membentak Dahayu seperti itu. Selain itu, ada yang mengganggu pendeng
Langit masuk dengan tampang lesu. Wajahnya pucat dan dia tampak lebih kurus. Selain itu, sepertinya Langit tidak tidur selama beberapa hari hingga kantung matanya menebal. Langit langsung duduk di depan Dahayu tanpa dipersilakan. Dia bersilang tangan dan menatap Dahayu dengan tajam. “Akhirnya, kita
“Nak Langit? Kenapa nggak dijawab? Dahayu kemana? Apa dia pergi dari rumah nggak bilang-bilang?” tanya Bening sekali lagi, mulai khawatir karena Langit tak kunjung menjawab. Langit mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak boleh mengatakan yang sebenarnya kepada mertanya. Cukup hanya orang-orang rum
“Serius banget.” Langit mencebik remeh. “Nggak usah mengalihkan pembicaraan deh, Yu. Kalau emang habis ketemun sama bajingan itu, ngaku ajalah.” “Atau sebaiknya sekarang giliran kamu yang mengaku, Langit?” balas Dahayu dengan ekspresi serius. Langit mengerutkan keningnya. Ia memperhatikan tangan D
“Harus kuapain foto ini?” Arjuna benar-benar bingung sekarang. Ia tidak berhenti memandangi foto yang ia tangkap di ponselnya beberapa hari lalu. Arjuna yakin sekali jika pria yang ia lihat di restoran bersama seorang wanita adalah Langit, suami Dahayu. Namun, bagaimana bisa Langit bertemu dengan s
Dahayu tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Dia terus melamun memikirkan noda lipstik yang tertinggal di lengan baju Langit. Saat melihat noda itu, Dahayu harus membersihkannya terlebih dulu sebelum diserahkan kepada Bi Ikah. Dahayu tidak ingin Bi Ikah mengetahui permasalahan rumah tangga
Dahayu beringsut ke arah headboard kasur sambil memegangi pakaiannya sendiri tanpa sadar. Langit berjalan gontai dan menutup pintu kamar mereka dengan keras. Dahayu sampai terkesiap mendengar suara nyaring itu. “La-Langit... kamu mabuk?” tanya Dahayu, memastikan apakah Langit masih bisa diajak berk
Beberapa hari terakhir ibu Langit sadar jika Dahayu dan putranya jarang sekali berkomunikasi. Mereka hanya terlihat membicarakan hal penting lalu saling berdiam diri ketika tidak ada hal yang dibahas. Apalagi saat bergantian menjaga ibu Langit, Langit cenderung bersikap cuek saat melihat Dahayu. Hal
Selesai membaca isinya, Langit langsung membanting pintu lemari itu dan membawa dairy Dahayu bersamanya. Ia turun dengan tergesa-gesa menuruni tangga, meraih kunci mobil, bahkan menabrak Bi Ikah yang baru kembali dari minimarket. Langit membuka mobilnya dan melompat ke bangku sopir. Tanpa repot-rep