“Eng—” “Kamu jangan takut,” potong Bu Rita. “Ada Tante di sini. Kamu ngomong aja yang sebenarnya, nggak papa.” Bening bingung. Awalnya, ia sudah ingin menjawab bukan, sebab memang Kalingga bukan pacarnya. Ia juga tidak paham mengapa tiba-tiba ada mamanya Kalingga yang mengira Bening berpacaran den
"Ma, tolong tunggu sebentar. Mama nggak bisa memutuskan begitu saja untuk Lingga menikahi Bening. Masalahnya adalah—" Belum selesai Kalingga protes kepada mamanya, tiba-tiba ponsel Bu Rita malah berdering. Bu Rita jelas langsung fokus kepada ponselnya dan mengabaikan protesan yang dilayangkan oleh
Bening makan dengan lahap. Sebenarnya lidah Bening belum bisa sepenuhnya merasakan rasa makanan itu gara-gara sakit, tetapi intinya tetap enak. Saking lahapnya, ia sampai tidak sadar bibirnya belepotan dengan kecap bubur. Kalingga menatap Bening dengan kerutan di dahi. "Itu bibir kamu," katanya.
“Ya udah, aku tinggal telepon Tante Rita kalau aku ditelantarkan!” sahut Bening tak mau kalah. Kalingga kesal. “Dasar manusia licik! Pantas saja Pratu Wildan mutusin kamu. Mungkin dia nggak tahan dengan gadis banyak drama kayak kamu. Sudah begitu nggak tahu diri pula.” Diungkit masalah Wildan, ek
Keesokan harinya, Bening diantarkan ke hotel tempatnya menginap oleh Kalingga. Sesuai dengan prediksi dokter, demam Bening sudah turun, tubuhnya juga sudah tidak tremor setelah menghabiskan satu botol cairan infus. Sebelum pulang dari rumah sakit tadi, ia sempat diperiksa dokter lagi lalu diresepkan
“Sekarang gantian kamu yang jelasin. Apa maksudnya yang kemarin itu, kamu sama Kapten ada hubungan apa?” tanya Wildan. Bening mengernyit. Wildan mencarinya sampai ke hotel ini hanya untuk menanyakan hubungannya dengan Kalingga? Entah mengapa, Bening jadi tertawa dalam hati. Bening balik menatap W
Bening terkejut. Ia diam saja, masih berusaha memproses apa yang dilihatnya saat ini. Benaknya mulai bertanya-tanya, mengapa Kalingga ada di sini? Bukankah pria itu sudah pulang? Namun, segala pertanyaan itu pada akhirnya hanya tersimpan di kepalanya saja. Bening mungkin masih terlalu terkejut denga
Bening melirik Kalingga. Pria itu juga balas menatapnya tetapi tidak menunjukkan kode-kode apapun seolah ia percaya diri sekali bahwa Bening akan mengiyakan semua kebohongan ini. Jujur saja, ketika Wildan datang tadi, hati Bening juga terasa rumit. Waktu dua hari jelas tidak cukup untuk move on. Nam
Setelah semua urusan selesai, Langit dan Dahayu akhirnya pulang ke rumah. Karena Dahayu mengendarai mobilnya sendiri, Langit mengikutinya dari belakang dan memastikan wanita itu tidak menghilang dari pengawasannya. Langit langsung menarik Dahayu masuk ke kamar begitu mereka sampai. Dahayu pasrah-p
Sudah dua jam berlalu sejak Langit keluar dari rumah. Dahayu mulai khawatir. Pasalnya, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Pikiran Dahayu mulai tertuju kepada klub malam. Namun, dengan segera dia mengenyahkan kemungkinan itu. “Langit udah berubah. Dia nggak bakalan pergi ke klub malam l
“Ya Allah, beneran, Yu?” Bening sampai tidak percaya mendengarnya. Semua orang di meja makan terlihat tersenyum, terutama ibu Langit yang akhirnya mendapatkan cucu pertamanya. Dahayu malah malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Bening berdiri dari kursinya dan menghampiri Dahayu, memeluk putr
Bibir mereka tidak menempel lama. Karena tiba-tiba Dahayu mendorong Langit dan beringsut menjauh. Wajahnya memerah padam dan jantungnya berdebar tak karuan, tetapi dia justru menolak bertautan dengan Langit. Langit menatap Dahayu dengan kecewa. “Kenapa, Yu? Apa aku salah cium kamu? Aku ‘kan suami k
Buket bunga yang Langit bawa cukup besar. Dahayu sampai kesulitan membawanya dan hampir tidak bisa melihat apa pun. Sementara itu Langit tersenyum kecil melihat Dahayu kewalahan membawa buket itu. Dia mengikuti istrinya memasuki rumah singgah. Ini bukanlah kunjungan pertama Langit ke rumah ini, teta
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan