Bab 46Mata Siti tampak melotot dengan sempurna. "Hutang? Mbak, aku 'kan sudah membayarnya tempo lalu. Tapi kenapa sekarang datang lagi untuk menagih?"Eva tampak menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis saat melihat wajah sepupunya yang kini tampak kebingungan. Perkataan Siti barusan memang benar adanya, Eva memang sudah menerima uang sebagai bayaran karena sempat memberikan tumpangan.Tapi, Eva tentu saja bukan butuh uang. Wanita itu ingin membuat sepupunya lebih menderita lagi. Bahkan jika bisa, Eva ingin membuat sepupunya tidak bisa bahagia sampai kapanpun.Rasa sakit hati serta iri dengki yang telah mengakar kuat di dalam hatinya masih saja diingat oleh Eva. Jika Eva belum melihat Siti lebih menderita dari sebelumnya, dia juga tak akan tinggal diam saja."Kamu pikir uang segitu saja cukup, ha? Aku bukan orang miskin sepertimu, Ti! Tapi, kamu tetap harus membayar budi atas segala kebaikanku dan Mas Dirga," desisnya.Pernyataan Eva barusan berhasil menusuk hati Siti. Ap
Bab 47Siti tak peduli dengan kepalanya yang masih berdenyut nyeri. Dia bangkit dan berlari menolong anaknya yang terjerembab di tanah. Gadis kecil itu kini bahkan tampak meringis menahan rasa sakit akibat dorongan keras dari Eva. Lututnya tampak tergores dan mengeluarkan sedikit darah. Dipeluknya erat tubuh Putri. "Ya Allah, Mbak! Apa kamu nggak sadar kalau dia hanya anak kecil? Kenapa kamu tega mendorongnya sampai jatuh dan terluka?!" protesnya seraya melayangkan tatapan tajam pada Eva.Napas Siti kini memburu naik turun karena emosi. Bahkan wanita itu kini berani melayangkan tatapan tajam pada kedua wanita licik yang berdiri di hadapannya tanpa rasa bersalah.Eva memicingkan matanya dengan tajam. Dia yang pada awalnya tengah sibuk mengusap bekas gigitan Putri, kini makin terbakar amarah."Apa kamu bilang, ha?! Kamu bahkan lihat sendiri sikap anakmu yang liar itu, Ti! Jangan salahkan aku jika berbuat kasar," desisnya.Bahkan tanpa rasa bersalah, Eva kembali melontarkan kalimat taja
Bab 48Mata Eva tampak melotot dengan sempurna setelah mendengar penuturan Siti. Bahkan Bu Retno juga sama terkejutnya. Biasanya, Siti akan diam meski direndahkan. Tapi apa ini?Siti berjalan mendekat. Dia terus melayangkan tatapan tajam. Sikap Eva dan ibu mertuanya sudah sangat keterlaluan. "Apa yang mau kamu lakukan, hah?!"Siti menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis yang tampak licik. Salah satu alisnya naik dan dia mengangkat wajahnya sambil memasang tatapan arogan."Kenapa, Mbak? Takut? Aku bahkan belum melakukan apapun," sinisnya.Tangan Eva terkepal dengan erat. Sikap Siti semakin membuatnya merasa kesal. "Kamu pikir aku akan takut dengan wanita lemah sepertimu? Jangan mimpi kamu, Ti!"Siti membuang muka sambil berdecak kesal. Lemah?Mungkin, Siti dulunya memang wanita lemah. Tapi sekarang semuanya telah berbeda. Sebagai seorang ibu, Siti tak perlu lagi merasa takut pada orang-orang yang berani menindas Putri. Tak peduli sepupu atau ibu mertuanya sendiri. Jika
Bab 49Eva melangkah maju dan meraih tangan Bu Retno. Ditatapnya lekat sosok pria yang masih berdiri tepat di hadapan Siti."Kami datang kemari karena ada urusan dengan Siti. Jadi anda jangan menghalangi," desisnya.Handi menatap tajam ke arah wanita yang baru saja bicara padanya. Seketika Eva kehilangan nyalinya. Bahkan Handi terlihat dua kali lipat jauh mengerikan dari sebelumnya."Saya tak suka keributan. Pergi sekarang secara baik-baik sebelum saya ambil tindakan," desisnya.Ancaman Handi barusan bukan hanya omong kosong belaka. Dia merasa enggan untuk berurusan dengan orang-orang menyebalkan seperti Eva dan Bu Retno. Apalagi jelas kedatangan mereka hanya untuk membuat masalah. Bu Retno menarik tangan Eva dan memberikan kode pada wanita itu agar diam sejenak. Setelahnya, wanita paruh baya itu kembali menatap Handi. Lagi-lagi, seulas senyum licik kembali menghiasi wajahnya."Saya nggak akan buat masalah, Pak. Siti, jangan diam saja, dong! Jelaskan semuanya sama majikanmu kalau kam
Bab 50Siti tampak menunduk lesu di hadapan seorang pria yang kini tampak menatapnya dengan tajam. Jantung wanita itu terasa berdetak semakin kencang.Bagaimana pun juga, Siti sadar bahwa masalah hari ini secara tidak langsung disebabkan oleh dirinya.Siti yakin kalau majikannya saat ini pasti marah besar dan juga kecewa. Wanita itu kini hanya bisa berdoa agar tak ada masalah lagi yang terjadi. Siti takut dipecat."Jelaskan semuanya secara rinci," pinta Handi.Siti tersentak kaget. Namun dia hanya bisa mengangguk pelan dan mulai menceritakan secara runtut awal masalah yang terjadi. Handi mendengarnya secara seksama dan dari penjelasan wanita itu, dia bisa menyimpulkan seseorang yang sebenarnya bersalah.Handi menghela napas pelan. Niat hati pulang untuk mengambil dokumen yang tanpa sengaja tertinggal, dia justru dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa.Siti meremas ujung jarinya sendiri agar bisa menekan perasaan bersalah dan juga takutnya. Perlahan, Siti mulai memberanikan diri
Bab 51Wajah wanita paruh baya itu kini tampak masam. Dia masih saja merasa kesal karena rencananya gagal. Pandangan matanya kini beralih dan menatap sosok wanita yang duduk tepat di sampingnya."Eva, kamu ini gimana, sih?! Katanya di rumah hanya ada Siti dan beberapa pembantu saja. Tapi kenapa majikannya tiba-tiba pulang?"Padahal dia sudah yakin kalau rencananya akan berhasil sesuai dengan dugaan Eva. Tapi Bu Retno justru harus menelan pil pahit karena dirinya malah dipermalukan di hadapan orang lain.Eva mendengus kesal setelah mendapat pertanyaan dari Bu Retno. Andai saja dia tahu, Eva pasti akan mengurungkan niatnya untuk pergi menemui Siti. "Aduh, Tante! Eva juga nggak tahu. Tadinya Eva pikir emang majikannya nggak ada di rumah," kilahnya.Jika Handi tidak datang tepat waktu, Eva dan Bu Retno pasti berhasil memberikan pelajaran pada Siti. Sayangnya semua rencana yang telah disusun rapi harus gagal begitu saja hanya karena kehadiran seseorang yang tidak diinginkan.Wanita paruh
Bab 52Bu Retno meraih ponselnya. Dia berniat menelepon putranya untuk memberitahukan soal Siti. Adi berhak tahu tentang istrinya yang kini kurang ajar dan berani untukmu melawan.Seulas senyum licik tampak merekah di wajahnya. "Lihat saja, aku akan mengadukan semuanya pada Adi. Wanita sialan itu pasti akan menangis dan memohon ampun padaku," desisnya.Tanpa pikir panjang, Bu Retno langsung menekan tombol diam. Wanita itu menunggu cukup lama hingga panggilan pada akhirnya terhubung."Halo, Bu? Ada apa?" Suara seorang pria terdengar dari ujung telepon."Ibu baru saja menemui Siti. Padahal dia cuma babu, tapi gayanya selangit! Dia berubah jadi wanita kurang ajar, Adi!" serunya."Apa? Kenapa Ibu malah menemui Siti?"Sungguh, Adi merasa cukup heran karena ibunya bertindak seenaknya. Selama ini dia telah berusaha untuk menjauhkan diri dari Siti dan Putri. Tapi ibunya malah membuat masalah secara tak terduga.Kening Bu Retno tampak berkerut. Matanya bahkan membulat dengan sempurna karena ta
Bab 53Adi menghela napas berat setelah menutup teleponnya. Lagi-lagi dia harus merogoh saku untuk memberikan uang bulanan. Padahal Adi baru saja memberi uang beberapa hari yang lalu pada ibunya.Walau Adi ingin menolak, namun dia juga tak kuasa. Daripada harus mendengar omong kosong terlontar dari mulut ibunya, Adi memilih langsung menyetujuinya dan mengirim uang. Namun tetap saja ada hal yang mengganjal di dalam hati Adi. Apalagi pria itu kembali dari anak soal istri serta anaknya. Adi memang tak terlalu peduli, namun dia tetap ingin tahu keadaannya. Adi hanya tahu tentang istrinya yang bekerja sebagai pembantu. Benar-benar tak masuk akal!Entah bagaimana reaksi orang-orang jika tahu kalau istri seorang asisten manajer justru bekerja sebagai pembantu.Adi menghela napas perlahan. Dia mencoba untuk menepis segala pikiran aneh yang hinggap di dalam kepalanya. Pandangan matanya kini beralih kembali menatap sebuah tanah lapang yang mulai diisi dengan bahan bangunan. Hari ini pekerja t
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili