Bab 52Bu Retno meraih ponselnya. Dia berniat menelepon putranya untuk memberitahukan soal Siti. Adi berhak tahu tentang istrinya yang kini kurang ajar dan berani untukmu melawan.Seulas senyum licik tampak merekah di wajahnya. "Lihat saja, aku akan mengadukan semuanya pada Adi. Wanita sialan itu pasti akan menangis dan memohon ampun padaku," desisnya.Tanpa pikir panjang, Bu Retno langsung menekan tombol diam. Wanita itu menunggu cukup lama hingga panggilan pada akhirnya terhubung."Halo, Bu? Ada apa?" Suara seorang pria terdengar dari ujung telepon."Ibu baru saja menemui Siti. Padahal dia cuma babu, tapi gayanya selangit! Dia berubah jadi wanita kurang ajar, Adi!" serunya."Apa? Kenapa Ibu malah menemui Siti?"Sungguh, Adi merasa cukup heran karena ibunya bertindak seenaknya. Selama ini dia telah berusaha untuk menjauhkan diri dari Siti dan Putri. Tapi ibunya malah membuat masalah secara tak terduga.Kening Bu Retno tampak berkerut. Matanya bahkan membulat dengan sempurna karena ta
Bab 53Adi menghela napas berat setelah menutup teleponnya. Lagi-lagi dia harus merogoh saku untuk memberikan uang bulanan. Padahal Adi baru saja memberi uang beberapa hari yang lalu pada ibunya.Walau Adi ingin menolak, namun dia juga tak kuasa. Daripada harus mendengar omong kosong terlontar dari mulut ibunya, Adi memilih langsung menyetujuinya dan mengirim uang. Namun tetap saja ada hal yang mengganjal di dalam hati Adi. Apalagi pria itu kembali dari anak soal istri serta anaknya. Adi memang tak terlalu peduli, namun dia tetap ingin tahu keadaannya. Adi hanya tahu tentang istrinya yang bekerja sebagai pembantu. Benar-benar tak masuk akal!Entah bagaimana reaksi orang-orang jika tahu kalau istri seorang asisten manajer justru bekerja sebagai pembantu.Adi menghela napas perlahan. Dia mencoba untuk menepis segala pikiran aneh yang hinggap di dalam kepalanya. Pandangan matanya kini beralih kembali menatap sebuah tanah lapang yang mulai diisi dengan bahan bangunan. Hari ini pekerja t
Bab 54Siti menutup novel yang baru saja dibacanya. Dia menghela napasnya perlahan agar bisa mengusir rasa sesak yang tiba-tiba muncul. Bukannya fokus membaca isi novel, pikirannya justru melayang tak tentu arah. Siti kembali teringat akan kejadian yang sempat menimpanya. Bahkan Siti masih ingat dengan jelas tatapan putrinya yang menahan rasa sakit.Tumpukan hinaan membuatnya sadar bahwa dia harus menjadi lebih kuat dan juga bisa meninggikan derajat dengan jerih payahnya sendiri.Siti mengusap wajahnya dengan kasar. Dia menengadahkan kepala dan menatap langit-langit ruang kerja Handi."Ya Allah, kuatkan bahu hamba agar bisa menahan semua rasa sakit ini."Siti memejamkan matanya sejenak. Mungkin saat ini dia memang hanya seorang pembantu saja dan pekerjaan yang dilakoninya seringkali dianggap rendah oleh orang lain.Tapi Siti yakin kalau suatu saat nanti derajatnya yang saat ini tengah direndahkan serta diinjak-injak akan bangkit.Namun sebelum itu, dia harus berusaha lebih keras lag
Bab 55Handi bersandar di kursinya. Dia baru saja selesai mandi dan sebentar lagi waktunya untuk makan malam. Suara ketukan pintu membuat pria itu menoleh."Masuklah," ujarnya.Tampak gagang pintu diputar dan Sumi masuk membawa nampan kecil berisi sepiring makanan."Pak, ini makan makanya."Kening Handi tampak berkerut. "Dimana Putri?"Biasanya gadis kecil itu berinisiatif mengantar makanan untuk Handi. Namun sejak kemarin, Putri tak menampakan batang hidungnya sama sekali.Sepintas, Handi memang melihat gadis kecil itu ada di dapur. Namun tawa serta keceriaannya lenyap begitu saja."Putri ada di bawah, Pak. Apa mau saya panggil kan?"Handi diam sejenak. Netra hitamnya melekat pada sepiring ayam bakar yang menggoda iman."Tidak perlu, Sum."Sumi mengangguk lagi. Dia lantas berlalu pergi ketika sang majikan tak membutuhkan bantuan. Handi menghela napas pelan. Aneh, pikirnya.Entah mengapa ada bidang kosong di dalam hatinya. Ketidakhadiran Putri membuat pria itu merasa sedikit kesepia
Bab 56Eva meremas ujung jarinya sendiri agar bisa menekan perasaan aneh yang mulai menyelimuti hatinya. Mungkin rencananya tempo hari memang gagal dan tak bisa memberikan pelajaran pada Siti.Tapi wanita itu tentu saja ingin mencoba kembali karena dendam serta amarah yang masih belum juga tersampaikan pada Siti.Eva tampak berjalan mondar-mandir di depan meja riasnya. Untung saja kejadian tempo lalu tidak diketahui oleh Dirga. Andai saja pria itu tahu tentang rencana yang susah payah disusunnya, Dirga pasti akan marah besar."Dia sudah merebut semuanya dariku dan aku juga nggak akan pernah membiarkannya bisa hidup dengan tenang. Kalau Siti belum memohon bantuan dan mencium berlutut, aku nggak bisa diam saja!"Eva mengusap wajahnya dengan kasar. Dia telah berhasil menghasut Bu Retno dan kali ini dia juga harus berhasil membujuknya lagi.Pandangan wanita itu kini beralih menatap ponselnya yang tergeletak di atas meja rias. Eva meraihnya dan langsung mencari kontak milik Bu Retno.Tanpa
Bab 57Hubungan Adi dan Yayuk selama ini memang cukup dekat. Sayangnya beberapa hari belakangan mereka berdua saling beradu mulut dan terlibat perdebatan.Adi juga masih ada seorang wanita itu makin panjang agar tidak melakukan tidak korupsi untuk sementara waktu.Meskipun Adi merasa enggan, namun dia langsung mengangkat panggilan Yayuk."Halo?" sapanya."Apa yang kamu lakukan?!" Suara nyari seorang wanita tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam gendang telinganya.Kening Adi tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. Mata pria itu juga tampak melotot karena Yayuk tiba-tiba berteriak tanpa ada alasan yang jelas."Apa sih?! Apa kamu tidak bisa berbicara biasa saja, ha? Gendang telingaku bisa pecah," desisnya.Dari ujung telepon sana, terdengar suara helaan napas panjang. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh Yayuk, tapi dia tak menyukainya."Kamu masih memintaku untuk bersikap tenang dan bicara biasa saja, Adi? Seharusnya kamu berpikir dua kali sebelum melakukan hal bodoh!"Kesal
Bab 58Handi membuka pintu rumahnya dan saat itulah sosok gadis kecil berdiri tepat di hadapannya sambil mengulas senyum tipis."Selamat datang, Om!"Wajah Handi yang biasa terlihat datar dan dingin itu kini berubah sedikit demi sedikit. Kening Handi tampak berkerut saat tanpa sengaja menangkap adanya luka di lutut gadis kecil itu.Putri yang sadar dirinya tengah diperhatikan, lantas mundur beberapa langkah dan menutupi lututnya.Sikap Putri yang bertingkah seolah tengah menyembunyikannya berhasil membuat pria itu semakin penasaran. Namun, Handi memilih untuk memalingkan wajahnya dan berlalu pergi. Namun sebelum menaiki tangga, Handi berbalik dan menatap lekat sosok gadis kecil itu kembali."Putri, antarkan makan malamnya ke ruangan Om.""I-iya, Om!"Setelah mendengar jawaban Putri, Handi beralih pergi menuju kamarnya. Ada cukup banyak hal yang ingin ditanyakan nya pada Putri.Begitu masuk ke dalam kamarnya, Handi beralih pergi ke kamar mandi. Tubuh atletisnya kini tampak dihiasi de
Bab 59Handi baru saja duduk di kursi kerjanya. Sudah hampir dua minggu berlalu namun belum ada kabar terbaru mengenai proyek pembangunan cabang perusahaan baru.Jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Handi merasa cukup khawatir. Namun dia juga harus mendapat bukti sebanyak mungkin agar bisa mengungkap kejahatan pengkhianat yang bersembunyi di perusahaan.Handi melirik ke arah sekretarisnya yang juga baru saja sampai di kantor."Rosa, hari ini minta data terbaru pembangunan cabang perusahaan yang dikelola Adi Sucipto," perintahnya.Wanita yang tengah meletakan tas kerja di atas meja itu tampak menoleh sekilas dan langsung mengangguk patuh. "Baik, Pak. Saya akan segera menghubungi bagian tim audit serta manajemen keuangan."Handi mengangguk pelan. Pria itu kini kembali fokus menatap layar monitor di hadapannya yang masih menyala. Satu demi satu, Handi berhasil mengumpulkan bukti kejahatan Adi. Dia kini hanya perlu sedikit waktu untuk menunggu karena Handi yakin ada lebih bany
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili