Tukiman merasa begitu senang, saat melihat bayangan Menik yang membelakanginya di dalam kamarnya yang remang-remang dengan cahaya yang hanya berasal dari rembulan yang mengintip dari balik jendela. Tak sabar dia ingin segera memeluk tubuh istrinya. Lelahnya seharian dengan pekerjaan dan pikirannya seketika hilang. Tukiman begitu rindu, saat melihat istrinya menggunakan baju terusan warna kuning bercorak bunga Krisan.
Tukiman masih ingat, baju itu dia yang membelikan dengan diam-diam sebagai hadiah ulangtahun pernikahan mereka. Menik terlihat sangat cantik ketika memakai baju itu.Ketika Tukiman merajuk, Menik selalu menggunakan baju itu untuk menyambutnya pulang, lalu menyiapkan masakan kesukaannya. Lalu Tukiman akan kembali luluh, rasa kesalnya memang tidak pernah bisa bertahan lama bila berhadapan dengan Menik. Wanitanya itu selalu bisa mengambil hatinya. Selalu bisa membuatnya jatuh cinta setiap hari.Sekarang Menik keNyi Saminah mendekap erat tas berwarna merah dipangkuannya, wajahnya terlihat begitu cemas. berkali-kali Dia menyuruh pak kusno mempercepat laju andong yang membawa mereka. Namun sayangnya jalanan begitu licin, tadi malam hujan yang begitu deras disertai badai yang bergemuruh mengguyur desa Sumber bening.Jalanan didesa itu masih berupa tanah liat dengan bebatuan yang mencuat diatasnya, pak Kusno kawatir, jika harus memacu kudanya dengan cepat, maka kudanya bisa saja tergelincir dan mengakibatkan andong mereka terguling.Jika dirinya sensiri yang terjatuh tak masalah, namun dia membawa juragannya. Jika terjadi sesuatu, pastinya masalah yang lebih besar akan menantinya. Sebenarnya hari masih begitu pagi, namun nyi Saminah sudah memintanya untuk segera mengantarkan kerumah Tukiman. Nyi Saminah berkata bahwa dirinya sangat mengkhawatirkan Astutik. Cucunya itu sangat takut dengan petir, biasanya ketika badai petir seperti semala
Menik tidak bisa tidur dengan nyenyak. Didalam kepalanya masih terngiang ucapan mak Siyem tempo hari. "Benarkah suami dan anak-anakku sudah melupakanku? Benarkah mereka sudah hidup bahagia tanpaku? Benarkah posisiku dihati mereka sudah tergeser oleh mbak Sumini? Buktinya benar mereka tidak mencariku hingga kini!" Hatinya terus ragu dan bertanya-tanya. Hatinya bimbang, dia ingin pulang, namun masih takut akan penolakan. Menik masih begitu trauma dengan masyarakat yang terhasut dan mengusirnya. Bagaimana jika nanti warga mengusirnya kembali, bagaimana jika warga masih terhasut oleh Mak Siyem? Bagaimana jika nanti justru keluarganya sendiri yang tak lagi mengharapkan kedatanganya untuk pulang? Bagaimana jika semua itu terjadi ketika dia belum sampai rumah, bukankah usahanya akan sia-sia. Bagaimana dengan Astutik saat ini? Anak bungsunya itu tidak pernah bisa jauh darinya. Anak itu sering kali susah makan, bisakah m
Pov. SuminiAku menghabiskan masa kecilku tanpa kehadiran seorang bapak disampingku.Dulu ketika aku masih kecil, sering kali aku bertanya kepada emak. "Siapakah bapakku? Kenapa dia tidak pernah pulang? Kenapa emak harus mencari uang sendiri? Kapan bapak bisa pulang dan mengajakku bermain seperti Siti dan bapaknya? Aku juga ingin seperti Siti yang selalu ditemani emaknya dirumah. Aku ingin emak tidak lagi meninggalkanku dirumah sendiri, bukankah bekerja adalah tugas laki-laki?" Dan jawaban emak selalu sama "iya, nanti bapakmu pasti datang jika kamu sudah menjadi orang yang hebat". Maka sejak kecil aku selalu berambisi untuk menjadi orang hebat. Orang hebat menurut pandanganku adalah orang yang pintar dan memiliki banyak uang. Namun sayangnya aku tidak memiliki kesempatan untuk sekolah. Sejujurnya aku sangat ingin. Namun Sekolah bukanlah hal yang mudah bagi anak perempuan yang miskin sepertiku. Dan opsi ke
Semakin hari tubuh Astutik semakin kurus, anak yang dulu terlihat cantik dan menggemaskan dengan pipi chubby itu kini terlihat semakin layu dan pucat. Dulu Astutik adalah anak yang selalu semangat dan ceria, Astutik adalah anak yang periang. Namun kini Astutik berubah menjadu anak yang pemurung. Astutik lebih banyak diam. Astutik yang dulu kritis, dan selalu ingi tahu, berubah mwnjadi anak yang sangat penurut, seolah semangat hidupnya benar-benar telah hilang. Astutik kini seolah bukan dirinya yang dulu. Astutik begitu merindukan ibunya, tidak pernah seharipun dia lalui hidup tanpa harapan agar ibunya segera kembali. Prestasinya di sekolah juga sangat menurun. Tak ada lagi kini sosok yang dulu selalu membawa sepiring pisang goreng kriuk untuknya sebagai teman belajar, disaat dirinya enggan untuk belajar. Ibunya selalu menyemangatinya, menemaninya menyelesaikan tugas, dan membantunya jika mengalami kesulitan. Namun kini, sudah tak
Hari ini Mak Sri sengaja tidak membuka warungnya. Dia ingin menghabiskan waktu untuk menemani Menik mempersiapkan keberangkatannya besok menuju ibu kota. Mak Sri sangat menyayangi Menik seperti anaknya sendiri. Sebenarnya, dengan membiarkan Menik pergi, mak Sri tentu akan sangat merasa kehilangan. Namun dia sadar dia tidak boleh egois. Menik tidak akan punya masa depan jika terus berada disini bersamanya. Menik harus pergi kekota. Menik harus berkembang, Menik harus maju. Menim harus mengambil apa ynag sudah seharusnya menjadi haknya. Hari itu Mak Sri menemani Menik ke toko perhiasan. Menik akan menjual semua perhiasanya yang tersisa. Perhiasan yang saat itu melekat ditubuhnya. Menik harus merelakannya. Walau Menik yakin, hasilnya tak seberapa, tapi Menik harap cukup untuknya jadikan pegangan menuju ibu kota. Walaupun jumlahnya nanti tak seberapa, tapi Menik harap bisa bermanfaat bagi dirinya. Ketika Menik melepas cincin
Sumini merasa gelisah, Sumini masih saja merasa tidak tenang, Sumini merasa takut jika suatu saat Menik kembali pulang. Selama ini Sumini sudah terlanjur nyaman, Sumini sudah merasa memiliki dirumah ini. Sumini tidak mau mengembalikan barang-barang Menik secepatnya, bahkan Tukiman pun sudah mulai luluh kepadanya. Namun sayangnya hanya satu, Sumini tak kunjung hamil juga. Padahal dia sudah melakukan segala usaha, namun semua terasa sia-sia. Setiap bulan ketika dirinya haid, hati Sumini juga merasa sedih. Sumini bahkan sempat merasa gagal sebagai seorang wanita. Setiap hari Sumini selalu merasa ketakutan, terlebih kini hampir semua masyarakat Sumber bening sudah menaruh curiga kepada mereka, bahwa apa yang menimpa Menik waktu itu hanyalah akal-akalan dia dan maknya untuk mengusir Menik dari rumahnya sendiri. Orang-orang mulai menjauhinya seperti dulu lagi. Bahkan kini mereka sudah berani dengan terang-terangan bergunjing didepannya. Sumini menjadi tak tenang walau
Sudah lebih dari satu bulan Menik berada dirumah jeng Susi, setiap hari Menik akan ikut jeng Susi berkeliling berjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga dengan cara kredit.Dia akan mencatat apa-apa yang dipesan konsumennya, mencatat cicilan yang telah dibayarkan, lalu membawakan barangnya keesokan harinya. Jeng Susi memang sengaja mengajak menik untuk menemani dia berkeliling, tujuannya agar nanti Menik bisa hafal jalan-jalan mana saja yang harus dia lewati, angkutan umum mana yang harus dia naiki. Menik harus hafal betul, karena dikota sebesar ini, ada banyak jenis kejahatan yang mengincar mereka, jika mereka terlalu lugu. Hingga akhirnya Menik pun memutuskan untuk berjualan kain. Menik bersyukur usaha yang dia rintis walau hanya dengan modal yang kecil, berjalan dengan lancar. Belum lama berjualan, Menik sudah memiliki beberapa pelanggan. Menik yang memang punya selera yang bagus dalam memilih kain, membuat pelangga
Entah mengapa, sudah beberapa hari ini Tukiman tidak pernah nyenyak dalam tidurnya. Makan tak enak. Beraktifitas juga tak tenang. Perasaanya camas akan sesuatu yang dia sendiri tak tahu apa.Firasatnya seakan berkata bahwa akan terjadi sesuatu, yang Tukiman sendiri tak tahu itu apa. Matanya terus ingin menangis, namun tak tahu apa sebabnya. Perasaan kawatir terhadap Menik yang tak kunjung kembali semakin besar. Apakah ada kemalangan yang telah menimpa sang kekasih hati?Benarkah perasaan ini ditujukan kepadanya?Dimanakah perginya belahan jiwanya tersebut, kenapa dia tak kunjung pulang. Tak ingatkah dia dengan anak-anaknya, tak rindukan Menik kepada dirinya? "Akang masih saja terus memikirkan Menik, hingga tak sadar ada aku yang setia disini namun Abang abaikan. Jika dia ingat akang, dia pasti pulang! Karena dia merasa tidak bersalah dan ingin membuktikan kepada semua orang bahwa dia benar. Kalau Menik mem