Share

87. Di Luar Dugaan

Penulis: Yani Santoso
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di Luar Dugaan

-----

“Kamu benar-benar menjijikkan, kamu sakit!”

Seketika tubuh Amanda seolah membeku begitu mendengar ucapan Alvaro barusan. Dia sepertinya tidak menduga Alvaro akan mengatakan hal itu padanya. Bukan hanya Amanda yang terkejut mendengarnya, aku dan beberapa karyawan yang ada di sana pun ikut terkejut, dan kami memilih untuk diam.

Amanda merapikan bajunya lalu menatap balik Alvaro, masih dengan tatapan tidak percaya. Melihat hal itu, aku memberi isyarat pada karyawan yang ada di sana untuk segera keluar. Karena apa yang terjadi adalah masalah pribadi antara Alvaro dan Amanda. Mereka akhirnya satu per satu keluar dari ruangan, setelah memastikan mereka semua keluar, aku pun bergegagas menyusul mereka.

“Tetap berada di tempatmu!” Bentak Amanda saat kaki ini baru saja melangkah.

“Keluarlah Marina, tinggalkan kami berdua,” ucap Alvaro tanpa melihat ke arahku.

“Aku bilang jangan keluar dan tetap berada di tempatmu!” Pekik Amanda sekali lagi, hingga membuatku mematung di te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    88. Perseteruan

    Perseteruan-----“Marina … Marina, kamu tidak apa-apa?” tanya Alvaro sambil memegang kedua pundakku, dia terlihat begitu cemas.Perlahan aku melepaskan tangan Alvaro dari pundakku dan segera menjawab pertanyaannya, “Aku tidak apa-apa, mungkin aku mimisan.”“Amanda, lihat apa yang telah kamu lakukan pada Marina,” ucap Alvaro geram.“Jangan berlebihan, aku hanya memberinya sedikit Pelajaran karena terlalu ikut campur urusan kita,” jawab Amanda tidak kalah.“Aku tidak apa-apa, Al,” ucapku memotong pembicaraan mereka.Meskipun aku masih merasakan panas dinpipiku dan sakit di hidungku, namun aku tidak mau menunjukkan hal itu di depan Amanda. Aku tidak ingin terlihat lemah di depannya. Namun demikian, aku tidak akan melupakan apa yang baru saja dia lakukan padaku, beraninya dia menamparku seperti itu.“Kamu dengar dia, kan? Marina bilang tidak apa-apa, jangan berlebihan. Cih … ternyata wanita seperti itu yang selama ini kamu sukai, lemah dan manja,” cibir Amanda.Tunggu dulu! Apa yang bar

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    89. Babak Baru

    Babak Baru----“Di mana kamu menyembunyikan Kimi?” Tia mengulang pertanyaannya.Aku menatap Alvaro, dia terlihat terkejut dengan kehadiran Aristia yang secara tiba-tiba menanyakan padanya keberadaan Kimi. Ini sudah sangat keterlaluan, karena gadis itu sudah terlalu jauh melewati batas. Dan bisa dibilang sudah sangat lancang.“Kamu sudah sangat lancang, Tia, karena masuk ke dalam ruang kerjaku tanpa permisi,” ucapku pada gadis itu dengan lantang. Aku tidak bisa membiarkannya bertindak semaunya seperti itu hanya karena aku pernah membiarkannya berbuat lancang sebelumnya.Aristia mengepalkan kedua tangannya dan bersiap untuk menjawab ucapanku, namun aku segera berkata lagi dengan tegas, “Keluar dari ruanganku!”Akan tetapi, Aristia sepertinya tidak menghiraukan ucapanku. Bukannya keluar dari ruang kerjaku, gadis itu justru berjalan mendekatiku dengan sangat percaya diri. Drama apa lagi yang akan kusaksikan dari gadis ini setelah Amanda pergi?“Kenapa aku harus keluar? Bukankah Bu Marina

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    90. Surat Ancaman

    Surat Ancaman----“Mbak … Mbak Marina ….”Terdengar suara Rahma memanggilku beberapa kali dari ponsel yang tergelatk di atas lantai. Untuk sesaat, aku benar-benar tidak bisa berpikir, yang kurasakan saat itu hanyalah ketakutan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Terlebih Rahma juga mengatakan kalau dia juga mendapat penglihatan buruk tentang diriku.Rahma, Indera ke enamnya memang sangat peka, bahkan beberapa orang menyebutnya sebagai anak indigo ketika dia masih kecil karena sering melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa. Namun dia sudah menutup penglihatannya tersebut karena terlalu mengganggu kehidupannya dan juga demi kebaikan. Namun aku tidak tahu, kenapa tiba-tiba dia mendapatkan penglihatan ke enamnya kembali?Setelah aku berhasil menenangkan pikiran dan menghilangkan rasa ketakutan yang tiba-tiba menyerang, aku mengambil ponsel yang tadi sempat terjatuh dan memeriksanya, ternyata Rahma sudah mengakhiri panggilan.Tring … tring ….Ponsel kembali berdering

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    91. Teror Pertama

    Teror Pertama----Aku masih berdiri mematung di depan pintu dengan dada yang berdegup kencang, sementara itu keringat dingin mulai membasahi punggung. Kucoba memegang erat ponsel agar tidak terjatuh, aku tidak ingin seseorang di luar sana mengetahui kalau aku saat ini sedang berdiri menahan rasa takut.Untuk beberapa saat, suasana begitu hening, begitu hening sehingga aku bisa mendengar detak jantungku sendiri. Di saat seperti ini, aku berharap ada seseorang yang lewat di depan sana. Lagipula, ini belum terlalu larut, kenapa anak-anak tetangga yang biasanya nongkrong dan bermain gitar di ujung sana pun juga tidak terdengar.Cukup lama aku berdiri mematung sambil melawan rasa takut, hingga kemudian aku memutuskan untuk kembali mengintip ke luar. Aku menarik napas dalam, lalu aku membuka gorden menarik gorden dengan cepat, sehingga menimbulkan suara gemeretak dari roda-roda kecil yang beradu dengan pipanya. Aku tidak perduli jika orang yang mengetuk pintu tadi masih ada di depan sana

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    92. Bertahan Dalam Teror

    Bertahan Dalam Teror----Devan memberiku ide untuk pindah dari rumah untuk sementara waktu, aku tahu dia bermaksud baik agar aku terhindar dari teror yang mungkin akan berlanjut untuk beberapa waktu ke depan. Namun untuk pindah dan tinggal di rumahnya bukanlah sebuah ide yang baik, dan aku tidak akan menerimanya.“Tidak Dev, aku akan tetap tinggal di sini. Semoga saja kiriman bangkai ayam tersebut tidak akan terulang kembali,” jawabku kemudian, tentu saja setelah melalui beberapa pertimbangan.“Tapi Marina ….”“Percayalah padaku, aku tidak apa-apa. Toh itu hanya bangkai ayam saja,” aku memotong cepat kalimatnya.“Baiklah kalau begitu, aku akan ke sana,” ucapnya kemudian.“Ke mana, rumahku? Tidak perlu, aku sudah membersihkan semuanya. Lagipula saat ini aku sedang dalam perjalanan menuju ke tempat kerja,” ucapku menjelaskan, yang memang kebetulan aku sedang dalam perjalanan ke tempat kerja meskipun sedikit terlambat.“Kamu yakin?” tanya Devan lagi, masih dengan suara khawatir.“Hmm …

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    93. Tabrak Lari

    Tabrak Lari----Aku melangkahkan kaki menyusuri gang menuju ke rumah, meskipun kaki terasa berat ketika melangkah. Ada perasaan yang tidak biasa yang membuatku sedikit enggan untuk pulang ke rumah. Dan aku berpikir, itu semua karena imbas atas kejadian demi kejadian yang terjadi akhir-akhir ini, terutama teror bangkai ayam yang diletakkan di depan pintu. Mungki itulah yang membuatku sedikit berat ketika kaki ini perlahan semakin mendekati rumah.Perasaan was-was dan taku beberapa kali hinggap, namun buru-buru kutepis. “Aku tidak boleh kalah dalam menghadapi para pengecut itu,” pikirku menguatkan diri sendiri. Toh aku sudah memutuskan untuk tetap tinggal di rumah ini, itu artinya aku juga harus siap menghadapi segala kemungkinan yang mungkin akan terjadi.Tring tring …Dering ponsel terdengar dari dalam tas tepat ketika aku sudah berdiri di depan pintu. Telepon dari Alvaro.“Kamu di mana? Apakah sudah sampai di rumah dengan selamat?” tanyanya begitu sambungan telepon terhubung.“Iya,

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    94. Alvaro dan Penyesalannya

    Alvaro dan Penyesalannya-----Pagi itu ketika aku masih berada di rumah, Devan meneleponku. Dalam hati aku berpikir, ada apa dia pagi-pagi begini meneleponku? Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya, atau mungkin Amanda juga telah mengganggunya. Karena tidak biasanya dia menghubungiku jika bukan perkara penting. Karena selama ini, akulah yang selalu menghubunginya lebih dulu. Awalnya aku berpikir dia sedikit sombong, namun seiring berjalannya waktu, aku menjadi paham kenapa dia seperti itu. Dia hanya ingin menjaga privasi masing-masing saja.Jadi ketika tiba-tiba dia menghubungiku lebih dulu, aku berpikir, pasti ada sesuatu yang sangat penting yang ingin dia sampaikan padaku.“Tumben pagi-pagi lo telpon, dapat rejeki nomplok, ya?” Tanyaku begitu sambungan terhubung.“Rejeki apaan, berita buruk sih iya,” sahutnya.Aku mengernyit, apakah benar dugaanku tadi, kalau Amanda sudah berulah dan memberinya masalah? Aku berusaha menebak.“Marina, seseorang menerornya semalam. Dan pagi ini, dia

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    95. Sumpah

    Sumpah----“Bagaimana penabrak itu, apakah kamu tahu siapa pelakunya?” tanyanya lagi.Aku merasakan seluruh tubuhku menjadi lemas, seolah tiada lagi tulang yang menopang tubuh ini. Dengan susah payah, kubawa tubuh lemasku untuk menjangkau kursi yang ada di sana lalu membiarkan tubuhku luruh di atasnya.Kurasakan kepalaku berdenyut hebat saat aku mencoba mengingat mobil yang melaju kencang dan menabrak tubuh Marina, namun aku sama sekali tidak mampu mengingat apapun, bahkan jenis mobilnya pun tidak kuketahui.Bagaimana mungkin aku bisa melewatkan hal tersebut? Aku memegang kepalaku yang semakin berdenyut sambil mengacak rambutku.“Hentikan, Al, apa yang kamu lakukan?! Devan membentakku.Aku mendongak lemah lalu menatap pria yang berdiri di depanku itu dengan pasrah, aku akan menerima apapun yang akan dia lakukan padaku karena menganggapku manusia yang tidak berguna.“Aku … sama sekali tidak bisa mengingat apapun, Van,” kataku lemah.“Arrghh ….” Devan mengeram frustasi.Bergegas Devan

Bab terbaru

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    110. Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu

    Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu----“Marina, dengan disaksikan ibuku, aku memintamu untuk menjadi istriku. Menikahlah denganku ….” Setelah mengatakan kalimat tersebut, Alvaro mengeluarkan cincin dari kotak kecil yang dipegangnya. Perlahan, dia mengulurkan tangannya dan meraih tanganku.Untuk sesaat, dunia seperti berhenti berputar. Aku seolah dibawa kembali ke masalalu, di mana seorang pria melakukan persis seperti yang dilakukan Alvaro saat ini. Lelaki itu meraih tanganku dan menyematkan cincin di jari manisku. Aku tersenyum lebar begitu cincin itu sudah tersemat di jari manisku. Lalu, perlahan sosok pria itu mendekat dan mencium lembut punggung tanganku. Namun, aku tidak merasakan apa-apa ketika bibirnya meyentuh tanganku, karena sosok pria itu perlahan menghilang dari pandangan mata.“Marina,” panggil Alvaro. Panggilan itu sontak membuatku tersentak dan serta-merta menarik tanganku dari genggaman tangannya.“Al, aku tidak bisa, maafkan aku,” kataku lirih.Kulihat wajah Alva

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    109. Wanita Dalam Hidupnya

    Wanita Dalam Hidupnya----“Siapa?” Tanyaku penuh penasaran.Meski sempat terbersit tentang gambaran seseorang yang pernah dia ceritakan waktu itu, namun aku ragu apakah orang yang dimaksud adalah beliau.“Kamu akan mengetahuinya dalam waktu dekat,” jawabnya sambil tersenyum.Aku masih memandangnya penuh tanya, mencoba memintanya untuk memberitahuku siapa orang yang dia maksud dengan menggunakan bahasa isyarat. Namun bukannya memberi jawaban yang kuinginkan, dia memilih mengambil bunga yang kuletakkan di atas pangkuan lalu memindahkannya ke atas meja, lalu dengan pelan tangan kekarnya mendorong kursi rodaku menuju jendela.“Aku sudah menceritakan semua tentangmu padanya,” ucapnya sambil memandang ke luar jendela. Aku menoleh, kulihat kedua sudut bibirnya melengkung dan senyum itu jelas terlihat olehku ketika dia menoleh ke arahku.“Jangan takut, aku yakin kamu akan menyukainya,” ucapnya lagi.Lalu kalimat demi kalimat meluncur dari bibirnya, dan entah sejak kapan, aku begitu menikmati

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    108. Happy Ending

    Happy Ending----“Syukurlah, kamu sudah sadar Marina,” ucap seseorang di sampingku.Aku berusaha menoleh untuk memastikan siapa orang yang ada di sampingku, namun ketika aku menggerakkan kepala untuk menoleh, terasa sakit dan ngilu hingga membuatku mengaduh dan merintih kesakitan.“Aduh ….” Ucapku sambil memegang leherku yang terasa sakit. Dan di saat itu pula aku melihat jarum infus yang menancap di lenganku, juga sebuah perban di leher ketika aku merabanya.Aku memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat kejadian terakhir yang kualami sebelum akhirnya aku kehilangan kesadaran.“Kamu tidak apa-apa, Nak? Ibu tahu ini pasti sangat menyakitkan sekali bagimu.”Aku kembali membuka mata perlahan, kulihat ibu yang duduk di sampingku meneteskan air mata. Rupanya, suara-suara yang kudengar adalah suara ibuku, dan suara itu juga yang selalu membuatku kembali ke alam sadar setiap kali aku pingsan dan juga ketika koma. Wanita yang melahirkanku itu selalu berada di sampingku, yang tidak putus mel

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    107. Amanda Menggila

    Amanda Menggila----“A---apa yang akan kamu lakukan, Amanda?” tanyaku gugup saat kulihat Amanda berjalan mendekati, di tangannya menggenggam sesuatu yang berkilau.Amanda tidak menghiraukan ucapanku, dia makin mendekat dan akhirnya berhenti tepat di depanku. Perlahan, dia membungkukkan tubuhnya ke arahku, bukan itu saja, dia lalu berjongkok tepat di depanku sambil menatapku tajam.Amanda menyeringai, memperlihatkan giginya yang rapi, andai saat ini dia tidak membawa benda itu, mungkin senyum itu terlihat sangat cantik, namun kini, senyumnya terlihat sangat menakutkan. Aku seperti sedang berada dalam suatu adegan menegangkan di mana sang tokoh antagonis sedang berusaha melukai tokoh protagonis. Meskipun sebenarnya, apa yang saat ini terjadi bukan lagi sebuah adegan dalam film atau nonel, namun terjadi langsung padaku.“Kamu tahu, Marina, aku itu sangat sangat membencimu. Jangankan melihatmu, mendengar namamu disebut saja, membuatku sangat muak dan benci,” ucapnya.“Aku tidak tahu apa

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    106. Suami Irna Tertangkap

    Suami Irna Tertangkap----“Aku baru saja mendapat kabar dari Alvaro, kalau saat ini suamimu sudah tertangkap. Dia dan seorang pria ditangkap di salah satu rumah kos yang tidak jauh dari tempat tinggal Amanda.”Irna terdiam, dia terlihat seperti kehilangan kata-kata. Karena kulihat dia beberapa kali seperti ingin mengatakan sesuatu namun urung. Mungkinkah kabar tertangkapnya suaminya itu membuatnya sedih? Bisa jadi begitu, bagaimanapun juga, mereka adalah suami istri yang sudah menghabiskan waktu belasan tahun hidup bersama. Meskipun Irna saat ini begitu murka terhadap suaminya atas semua yang telah dilakukan, namun tetap saja tidak merubah kenyataan kalau keduanya pernah saling menyintai.“Irna, kamu baik-baik saja?” tanyaku setelah beberapa saat.“i---iya, aku baik-baik saja,” jawabnya gugup sambil merubah posisi duduknya.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya pemuda yang tadi datang bersamanya pelan. Dia terlihat khawatir melihat perubahan Irna.“Aku tidak apa-apa,” jawab Irna pelan.

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    105. Bertemu Irna

    Bertemu Irna-----Percakapanku dengan Alvaro berlalu begitu saja, tanpa adanya kejelasan tentang apa maksud dari ucapannya saat itu. Meskipun sudah satu minggu berlalu, namun aku masih mengingat dengan jelas kata demi kata yang dia ucapkan saat itu.Dia mengatakan kalau dirinya akan menjadi pengganti kakiku seandainya aku benar-benar kehilangan kemampuan untuk berjalan, dia juga mengatakan akan menggendongku ke manapun aku ingin pergi. Sungguh sebuah kalimat yang romantic dan puitis dan akan membuat hati setiap wanita meleleha saat mendengarnya. Dan seandainya aku mendengar kalimat itu sepuluh atau lima belas tahun lalu, hatiku pun akan meleleh dan luluh. Namun sayang, dia mengucapakan kalimat itu di saat yang tidak tepat, di saat aku tidak ingin mendengar apapun selain kabar baik tentang kesehatanku, juga kasus tabrak lari yang kualami. Aku ingin sekali melihat mereka, para pelaku dan juga dalang di balik semuanya, tertangkap dan meringkuk di balik jeruji besi.Drtt … drtt ….Lamuna

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    104. Akan Menjadi Pengganti Kakimu

    Akan Menjadi Pengganti Kakimu.----“Irna … telah kehilangan bayinya,” sahut Al lirih.Aku kembali menghela napas dalam, meskipun aku belum pernah merasakan hamil sebelumnya, namun mendengar berita kalau Irna telah kehilangan bayinya, membuatku merasa sedih, seperti ada sesuatu yang ditarik paksa dari dalam hatiku. Karena aku tahu kalau Irna benar-benar menginginkan bayi itu, seorang anak yang telah lama dia dambakan, namun dia harus kehilangan bayi itu sebelum dia sempat melihat wajahnya, sungguh menyedihkan.“Bagaimana Irna bisa kehilangan bayinya? Apakah dia keguguran?” selidikku.“Iya, dia keguguran. Namun sebenarnya dia bisa mempertahankan bayinya andai saja ….”Alvaro menggantung kalimatnya hingga membuatku penasaran. Karena dari yang aku ketahui, Irna pasti akan melakukan apapun untuk menyelamatkan kandungannya, namun kenyataannya dia justru harus keguguran. Pasti ada sesuatu hal yang menimpa Irna saat itu.“Dia terlambat untuk mendapatkan perawatan dari dokter sehingga bayinya

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    103. Mencoba Ikhlas

    Mencoba Ikhlas----Hari ini dokter datang membawa kabar baik, aku sduah diperbolrhkan untuk pulang. Ibu dan bapak terlihat sangat bahagia mendengarnya, namun aku tahu, di balik senyum bahagia mereka berdua. Tersembunyi kesedihan yang luar biasa. Aku tahu, mereka berdua selalu berusaha untu tetap tersenyum di depanku, namun aku yakin kalau sebenarnya mereka sangat bersedih, mengetahui fakta kalau aku tidak bisa lagi berjalan. Meskipun dokter berulang kali meyakinkanku dan kedua orang tuaku, kalau aku akan bisa berjalan lagi seperti semula, namun tetap saja kenyataan pahit kalau saat ini aku harus menggunakan kursi roda sebagai pengganti kakiku, dan itu tidak mudah bagiku untuk menerimanya.Keyakinanku semakin kuat ketika tanpa sengaja aku terbangun di malam hari dan mendapati ibu dan bapak sedang berbicara dengan suara lirih dalam remang cahaya lampu. Aku mencoba menajamkan pendengaran untuk bisa mengetahui apa yang saat itu kedua orang tuaku bicarakan. Mereka berdua sedang membicarak

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    102. Cobaan Kedua [Marina]

    Cobaan Kedua [Marina]----Kurasakan tubuhku terasa begitu sakit, seolah seluruh tulang di tubuhku remuk. Ingin sekali aku menggerakkan tubuh, namun tidak mampu. Jangankan menggerakkan tubuh, sekedar membuka keedua mata pun aku tidak bisa. Apakah aku sudah mati? Kalau memang aku sudah mati, kenapa aku bisa mendengar suara orang-orang yang ada di sekitarku? Aku bahkan bisa mendengar suara Alvaro, meskipun itu samar-samar. Aku juga bisa mengenali suara Devan dan Rahma yang sedang berbicara di dekatku.“Marina, bangunlah, Nak. Sudah lama sekali kamu tertidur, tidakkah kamu ingin melihat ibu dan bapak? Bapak ada di sini, sudah beberapa hari ini bapakmu menemani ibu di sini, menunggumu bangun.”Suara itu, aku tahu siapa pemiliknya. Wanita yang suaranya selalu mampu membuatku merasa nyaman dan tenang setiap kali berbicara dengannya. Iya, itu suara ibu.“Bu, Marina juga kangen sama ibu,” ucapku. Namun suaraku tidak pernah keluar dari mulutku.Lalu, kurasakan sentuhan lembut di tanganku, se

DMCA.com Protection Status