Sesampai di rumah, aku telah mendapati Papa dan Mama bersama Siska sedang duduk di ruang tamu. Ada beberapa tetangga yang ingin tahu kejadian sebenarnya senang mendengar penuturan orang tuaku."Jadi benar bahwa kalian tidak tahu-menahu tentang barang haram tersebut?" tanya Pak RT yang sudah puluan tahun kami kenal."Pak RT tahu sendiri saya seperti apa," jawab Papaku."Mungkin seiring berjalan waktu manusia bisa berubah Pak Yadi.""Sementok-mentoknya saya terhadap hidup tak akan saya lakukan perbuatan itu. Lagipula saya sangat anti narkoba," jawab Papa."Lalu apa yang bisa membebaskan Anda secepat ini, Pa?" tanya pria itu."Barang itu memang bukan milik kami, DNA terbukti bukan milik kami," balas Papa.Menyadari kedatanganku, mama kemudian menyambut dan mengajakku masuk."Imel, ya Anakku, ayo masuk," ajak Mama.Kami kemudian masuk ke ruang tengah dan menuju kamar Mama."Mama, aku sudah pulang sekarang," ucapku."Mama gak ngerti kenapa Mama bisa dituduh dan tiba tiba kami digedor d
"Sudahlah, jangan bercanda, lebih baik, fokus menenangkan diri lalu berproses menjadi sosok yang lebih baik dan sukses Anakku, bagamana pun kamu masih muda, dan masih punya banyak kesempatan untuk berhasil.""Untuk aja Kakak belum mendaftarkan KK bar ke Dinas kependudukan," ucap Siska menyuapkan nasi ke mulutnya."Jadi, kenapa emanngnya?""Ya ... Kakak bisa lanjut kuliah dan bersikap seolah olah tak pernah menikah, kadang pura-pura amnesia lebih baik daripada bergelut pada kenangan menyakitkan," timpalnya."Maaf, aku naik duluan ya, kayaknya aku mau istirahat lebih cepat," balasku sambil meletakkan sendok dan bangkit dari tempat duduk."Imel, kamu istirahat ya Nak," balas Mama sambik mencoba menarik lenganku."Iya, Ma. Aku mau tidur aja, lelah karena sejak semalam di tahan di bunker bawah tanah.""Apa?!" Mama langsung berdiri dan menghempas sendoknya.Ah, aku tak sengaja mengucapkan itu. Aku tahu dari sifat Mama sejak dulu, beliau tak akan membiarkan ada orang atau anggota keluargany
Aku sedang berusaha untuk merealisasikan rencana untuk mengungkapkan rahasia yang dijalankan oleh ibu mertuaku. Karena keterbatasan akses serta pekerjaan mereka yang sangat tertutup membuatku sulit sekali untuk melihat secara langsung bukti-bukti dan kegiatan organisasi mereka, namun aku bisa melihat dampak dan hasil dari kegiatan mereka selama ini.Aku tahu aku tidak bisa mengandalkan siapa pun, atau menyuruh seseorang menggali informasi dan rahasia. Aku sadar betul, jika berhubungan dengan gangster atau dunia gelap, aku tidak boleh salah langkah atau mempercayai orang dengan mudahnya, Jadi mereka adalah orang dalam yang dimanfaatkan untuk mendekatiku, sehingga ketika aku telah nyaman berbagi rahasia tanpa sadar diri ini telah ditusuk dari belakang dan semua rencanaku akan gagal.Tidak akan kubiarkan itu terjadi.Hari ini telah kurencanakan sebuah pertemuan dengan Roni, jaksa muda yang berwajah tidak kalah tampannya dengan suamiku. Kelihatannya pria itu menyukaiku karenanya akhir-a
"Tolong, apa yang akan kamu lakukan?" tanyanya gemetar gugup."Apa yang akan dilakukan oleh laki-laki dan wanita jika berduaan saja,", balasku berbisik."Apa yang bisa aku lakukan untukmu?""Bagaimana aku bisa masuk ke gudang rahasia mertuaku?""Aku tidak mau memberitahumu," gumamnya."Haruskah aku mengikat borgol di ranjang ini saya nggak kau tidak bisa melakukan apa-apa?""Iya, lakukan saja, Aku juga ingin tahu seberapa jauh kau berusaha," jawabnya yang tiba tiba menggulingkan badanku sehingga posisi kami sekarang bertukar. Dia berada di atasku, kami saling menatap untuk beberapa saat dan perlahan pria mendekatkan diri untuk melabuhkan gairah asmaranya yang terpendam."Katakan, bagaimana aku akan masuk?" desakku."Hhm, masing-masing orang yang dipercaya punya kartu akses yang memiliki kode rahasia untuk membuka pintu tersebut.""Apa kau punya?""Menurutmu bagaimana?" tanyanya sambil mengulum senyum.Namun, belum sampai ia mencumbuku, tiba tiba saja pria bertubuh tegap itu kehila
Dengan menyelinap, aku pergi membawa kartu yang kurampas dari kantong Roni tadi. Perlahan kulewati halaman samping, dan langkahku langsung tertahan manakala melihat Mami bersama anak buahnya sedang menyambut beberapa orang tamu, dan mempersilakan mereka masuk ke gudang dengan pintu geser dari beton itu.Sekilas dari luar gudangnya terlihat seperti penampungan atau lantai yang cor berukuran besar. sama sekali tak terduga bahwa ada gudang dan lab di bawah sana.Aku berencana untuk menyelinap masuk di antara mereka semua dan membuat kekacauan, bila perlu akan kuledakkan tempat itu dengan merusak instalasi listriknya." Akan kubuat kekacauan," gumamku sambil menarik jaket dan mengencangkan resletingnya.Tapi baru saja hendak bergerak tiba-tiba tanganku dicekal kuat dan ditarik dengan keras oleh Roni."Eh, lepasin, apaan sih!""Diam," ujarnya menyeretku ke tempat yang lebih aman dan menyuruhku untuk diam."Kamu ngapain datang kesini dan ikut campur," desisku."Kamu ini mau menyerahkan n
Segala kejadian canggung barusan terjadi membuat kami meluncur dalam kebungkaman masing-masing. Hanya alunan musik dari radio yang sengaja diputar dengan nada pelan.Ada lucu juga penyesalan mengapa kami sampai berciuman dan terbawa suasana. "Maafkan Aku," bisik Roni sambil menatapku namun aku enggan membalas sorot matanya."Ya... tidak apa-apa aku juga terbawa suasana," jawabku sembari menarik napas pelan."Tapi sungguh aku menyukaimu," balas pria itu sambil menatap lurus kedepan.Bagaimana aku harus mempercayai ungkapan suka yang terlihat tidak tulus itu? Tapi bukankah sifat manusia tidak sama? Ada yang sering mengumbar rayuan gombal dan yang lainnya lagi hanya bersikap seadanya saja."Aku berencana untuk menghancurkan rumah ibu mertua sampai luluh lantak tidak bersisa sedikitpun, tapi aku tak tahu harus mulai dari mana," ucapku tertawa getir."Jangan terlalu melebarkan dendam di dalam hatimu. Lupakan saja tentang mereka dan fokus saja hidupmu, pada sidang perceraian yang kau r
Sabtu pagi ibu mertua mengunjungiku ke rumah, sempat terpikir dia akan datang menyambut atau minta maaf tapi anggapan konyol semacam itu adalah hal yang tidak mungkin. Aku tahu dia datang kemari hanya untuk memamerkan keangkuhan dan kekayaannya.Ada papa, mama dan aku di ruang tamu, lantas wanita berpakaian setelah peplum ungu itu melempar kertas ke atas meja berikut amplop warna coklat yang terlihat cukup tebal."Apa itu?" "Surat cerai dan kompensasi anakmu," jawabnya sambil mengedarkan pandangan ke dinding rumah kami memperhatikan bingkai-bingkai yang terpasang dengan aksen jijik."Melempar surat cerai tanpa pemberitahuan dan panggilan untuk persidangan? Aturan dari mana itu?""Kau tahu, bahwa kami punya pengaruh besar? Jangankan untuk surat cerai surat kematian kalian pun bisa kukeluarkan hari ini juga," ujarnya. "Jaga mulutmu!" Mama berteriak dan bangun, begitu pun pengawal yang berdiri di belakang wanita itu, mereka bersiap menembak."Ah, baiklah, bicara dengan orang yang tid
Jangan lupa untuk like komen dan subscribe ya. Cerita ini baru saya lanjutkan setelah beberapa tahun vakum. *"Hei apa yang kau lakukan di sana?" seorang pria berpakaian keamanan dan membawa walkie talkie di tangannya memanggilku."Saya sedang mencari mangkuk, Pak," ujarku."Itu piranti untuk tamu penting," jawabnya."Oh, maaf, Pak," ucapku segera berlalu pergi."Oh ya, kulihat kau bingung, apa tugasmu di sini?" Pria itu menghentikan dan seperti curiga padaku."Saya pelayan, Pak, tapi tadi saya disuruh mengambil mangkok," balasku."Kalau begitu pergilah.""Terima kasih." Aku segera berlalu secepatnya.Acara di mulai, musik diputar dan tamu tamu bercengkerama dengan kolega mereka, dari sudut kulihat mantan ibu mertua sedang mengitari para tamu untuk memperkenalkan calon menantunya, dia terlihat amat bahagia dan bangga, berbeda denganku yang dulu hanya menantu yang tak diinginkan.Mas Bendi datang dan menghampiri tunangannya, si wanita tersenyum lalu melingkarkan tangan ke lengan Mas B
"Kalau enggak Mau, kenapa berbuat sejauh ini Mel? kamu tahu kamu pertaruhkan nyawa semua orang! kita akan berurusan dengan gangster terkejam dan sampai hari ini Mama masih menyimpan trauma mendalam. Kau pikir mudah berurusan dengan para pembunuh yag kejam itu, kau pikir kalian tidak akan diburu dan dibunuh?" "Kami tahu.""Kalau tahu kenapa nekat begitu?! Apa karena kau tahu persis bahwa Bendi mencintaimu, ingat tabir Antara cinta Dan benci itu sangat tipis, cinta yang besar tiba-tiba akan menjadi kebencian dan dendam yang akan membuat tamat riwayatmu.""Tidak juga karena aku merasa nyaman Bendi tidak membunuhku karena cinta.""... atau ... kau merasa nyaman karena aku dan Roni akan selalu berada di belakangmu untuk mendukungmu! bayangkan saja Apa reaksi Roni ketika tahu bahwa kau pergi menjarah mantan suami sendiri!" Ucapan dan tatapan mama semakin tajam."Maaf ...""Apa semua perbuatanmu akan bisa terbayarkan dengan kata maaf? kerugian kapal, para mafia akan dendam dan terus mencari
Setelah mengakhiri percakapan dengan suamiku, kuletakkan kembali ponsel ke dalam tas lalu kupandangi adikku yang sedang sibuk dengan roda kemudi dan senandung kecil di bibirnya."Gawat Sis.""Hah, gawat kenapa?""Bendi menelpon Roni dan bercerita tentang apa yang terjadi, lalu dia menanyakan keberadaanku.""Lalu apa jawaban suamimu?""Dia bilang kalau aku tidak di rumah. itu anggapan Bendy akan mengerucut pada diri ini bahwa ...""Tunggu-tunggu ... jangan berpikiran liar dulu. Mantan suamimu belum punya bukti. Malam ini kau bermalam denganku di rumah Mama dan hanya itu yang terjadi. selain dari itu anggap tidak terjadi.""Iya, benar, tapi, bagaimana dengan emasnya?""Jika tak bisa menjemputnya dengan kapal kita bisa menggunakan penyelam robotik dengan pengendali jarak jauh atau mengambilnya secara manual dengan Seabob. Tim kita adalah tim yang handal, kamu tak perlu khawatir, Mel.""Iya, juga.""Jangan beri Bendi alasan untuk semakin mencurigaimu.""Tidak."Sebelum kembali ke rumah, S
Kami memang merayakan malam itu dengan gembira, anggur dituangkan dan gelembung campagne dilayangkan ke udara tanda selebrasi bahwa kami berhasil memenangkan sesuatu yang besar dalam hidup, untuk pertana kalinya aku berhasil dalam rencanaku, dan aku bangga dengan pencapaian sendiri. "Antar aku pulang, suamiku sudah menunggu di rumah, aku harus sampai dalam tiga puluh menit," ujarku."Kau sedang terluka, Roni harusnya tidak menyadari luka yang kau alami sebab jika dia menyadarinya, maka dia akan tahu kalau kamu sebenarnya habis menjarah mafia," jawab adikku."Uhmm, aku bisa bilang kalau aku kecelakaan," jawabku."Luka akibat gesekan akan beda dengan luka bekas tembakan, Aku yakin Roni menyadarinya sebab dia adalah jaksa yang sering bersinggungan dengan masalah hukum dan penjahat, ayolah, pikirkan ide lain.""Belum lagi jika luka itu akan tertekan dan berdarah lagi, lalu bengkak dan infeksi ketika tidak dirawat," timpal Diki."Mungkin aku akan minta izin untuk menginap dulu di rumah Ma
Dari kejauhan kapal pengiriman itu sudah datang, kami yang sadar bahwa target akan segera mendekat, segera menuju kabin di mana Diki sedang sibuk dengan komputer dan alat pemindainya. Ada beberapa layar yang dibuat menyala bersamaan, layar untuk GPS dan navigasi, layar untuk pemindai radar serta layar yang berisi proyeksi empat dimensi gambar kapal target yang akan kami jarah. "Kau sudah dapatkan skema kapal tersebut?" "Ya dengan kecanggihan teknologi," jawabnya sambil menunjukkan arah kursor dan memperlihatkan kepada kami penampilan kapal itu, meliputi geladak depan, dek atas ke bawah juga penampilan lambung kapan yang saat ini berisi banyak kontainer." "Salah satu dari tumpukan peti kemas itu adalah target kita," ucapku sambil memperhatikan layar. "Bagaimana kita akan tahu mana peti kemas yang paling berharga." "Tentu saja peti kemas yang paling canggih kuncinya." " Menurut penyadap yang kudengar, rencana Bos mafia itu ada dua, jika mereka tidak bisa memindahkan barang d
Beranggotakan enam orang, empat pria dan dua wanita kami berada ke sebuah kapal sewaan berukuran sedang yang memiliki lambung luas dan terbuka dari bagian atas, mirip kapal ikan pada umumnya. Kami sedang bersiap menunggu kapal anak buah Bendi berangkat. Angin laut bertiup lumayan kencang, suara ombak saling bersahutan menghantam dinding batu tepi dermaga. Aku dan "Aku dengar apa yang kau rencanakan," ujar Roni ketika aku kembali dari rumah orang tuaku. Hari itu sudah kususun rencana dengan detail dari mana dan kapan kami akan memulai serangan. Aku dan siska, juga Diki dan beberapa orang berencana untuk pergi memasang penyadap ke pesta yang diadakan bendi di mansion house megahnya. Kedua orang tuaku tidak ikut karena Mama melarang papa untuk terlibat, Siska juga sebenarnya tidak ketahuan terlibat, sebab mama pasti akan membunuhnya jika beliau tahu. "Apa yang hendak kau lakukan, Imelda?" tanya Roni sekali lagi, dia menarik tanganku lalu menatap mata ini dengan intensnya. "Menjarah
"Aku dengar apa yang kau rencanakan," ujar Roni ketika aku kembali dari rumah orang tuaku. Hari itu sudah kususun rencana dengan detail dari mana dan kapan kami akan memulai serangan. Aku dan siska, juga Diki dan beberapa orang berencana untuk pergi memasang penyadap ke pesta yang diadakan bendi di mansion house megahnya. Kedua orang tuaku tidak ikut karena Mama melarang papa untuk terlibat, Siska juga sebenarnya tidak ketahuan terlibat, sebab mama pasti akan membunuhnya jika beliau tahu."Apa yang hendak kau lakukan, Imelda?" tanya Roni sekali lagi, dia menarik tanganku lalu menatap mata ini dengan intensnya."Menjarah Bendi," jawabku tegas.Pria yang tadinya mencekal pergelanganku dengan keras kini perlahan melepaskan tangannya."Kau tidak memikirkan aku dan anak kita?""Sangat," jawabku serius."Mana yang lebih besar obsesi untuk mengikuti keserakahan itu atau memilih hidup tenang dengan kami?" Tanyanya lagi."Dua-duanya, balas dendam dan hidup bahagia," jawabku."Bagaimana jika a
Aku harus merencanakan semuanya dengan matang, anggota tim yang bisa dipercaya, para profesional yang telah terlatih, serta biaya yang akan kudapatkan dari sokongan mama dan kakek william.Dan ya, aku harus menyusupkan seseorang ke dalam rumah Bendi untuk jadi pelayan sekaligus mata-mata yang bisa memberitahuku detail kegiatan mafia itu, juga meletakkan penyadap sehingga aku tahu jadwal kegiatan pengiriman dan apa saja yang Bendi lakukan.Kedengarannya mudah tapi tidak mudah, Bendi tak akan semudah itu menerima anggota atau mempercayai orang baru untuk bekerja di rumahya, satu-satunya harapan adalah menyogok seseorang yang berpotensi jadi pembelot dalam organisasi gelapnya, mungkin anak buahnya yang dulu dekat denganku atau asisten rumah tangga yang sudah belasan tahun mengikutinya.Namun semuanya tidak ada yang bisa kuharapkan, satu satunya cara adalah melakukannya sendiri atau menyamarkan siska adikku sebagai wanita penghibur yang biasa disewa dari klub-klub malam untuk menghibur
Kalau sungguh aku tertarik pada ide yang diungkapkan kakek maka aku butuh beberapa orang ahli untuk menolongku, satu ahli senjata, satu ahli IT yang pandai meretas dan satu lagi ahli pemindai GPS untuk menentukan koordinat di mana Bendi dan lokasi kapal yang digunakannya untuk menyelundupkan barang.Aku yakin rencana yang digunakan mantan suamiku kali ini bisa sangat detail dan hati-hati, dia tak akan biarkan satu celah yag akan membuat rencananya gagal atau ketahuan aparat korup yang justru akan memerasnya alih-alih menahan.Karena merasa penting untuk memberi Nyonya Erika pelajaran dan balas dendam karena wanita keji itu terus berhasil lolos dari cengkeraman polisi maka aku pun memutuskan untuk pergi berdiskusi dengan Kakek. Lagipula siapa yang bisa menahan godaan uang jutaan dollar yang kalau dirupiahkan bisa jadi miliaran. Aku akan punya modal untuk membeli rumah baru, punya tabungan masa depan untuk calon bayiku, juga bisa membuat Bendi merugi dalam satu rencana cerdik, ya, aku a
Memang beberapa pekan setelah kejadian malam itu, mantan suamiku sering menghubungi kakek. Kadang pagi ketika sarapan, sore ketika kami minum teh di kebun belakang, atau kadang anak buahnya datang, membawakam tas hitam lalu pergi begitu saja. Aku tak bisa mengasumsikan apa yang mereka bawa, tapi biar kutebak saja. Uang!Kalau pun bukan uang, maka itu 20 persen dari kesepakatan. Boleh jadi barang antik, emas batangan atau apa saja.Hmm, sebenarnya aku iri ada Kakek William yang cerdik, kata kata dan pembacaan tenang saja bisa menghasilkan uang ratusan juta, sungguh beruntung menjadi dirinya.Beberapa minggu keadaan membaik, tenang, tanpa gangguan. Tapi tiba tiba, Boom!Setelah masalah satu selesai, kini timbul masalah lain.Secara mengejutkan, Nyonya Erika bisa bebas, itu kabar yang menghebohkan meja makan keluarga kami. Betapa tidak, dia yang sudah kami percayai akan dieksekusi kini terlihat bahagia di layar tivi."Sekali lagi kami gagal membuat dia membayar apa yang telah diperbuatn