Share

14

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-11-19 07:27:09

Aku kembali ke rumah setelah acara jahanam itu berakhir. Mobilku tiba diiringi mobil suamiku.

"Tunggu! Tunggul Imelda!"

Dia memburu langkah kakiku ketika masuk ke dalam mansion megah itu dan merangsek langsung ke dalam kamar ketika diri ini hendak menutup pintu.

Melihatnya nampak khawatir padaku, aku hanya bisa menghela napas pelan, kududukkan diri di depan kaca rias dan mencopot semua perhiasan tanpa mengatakan apa apa.

"Aku minta maaf, Imel," ucapnya lirih sambil menyentuh bahuku.

"Aku menyesal bahwa nasib buruk mama juga terjadi padaku. Tapi, di sisi lain, aku juga yakin bahwa Allah tak akan membebani hambanya tanpa tahu batas kemampuan manusia itu sendiri."

"Apa yang akan kamu lakukan?"

tanyanya sambil membuang napas kasar.

"Kenapa tanya padaku, tanyakan pada dirimu sendiri Mas. Kau sendiri tak bisa melawan kehendak Ibumu, apalagi aku," balasku pelan, lantas aku bangkit untuk mengganti pakaian dengan gaun tidur lalu merebahkan diri ke ranjang.

"Jadi kamu akan menerima semua ke
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   15

    Mas Bendi pulang dari misi bisnisnya pukul tujuh malam dan dia terlihat kesal sekali, aku yang sedang menunggu di kamar kami berpura-pura tersenyum untuk menyambutnya tapi pria itu kesal dan hanya menghela nafas sambil meletakkan jaketnya secara acak."Sudah, Mas?""Kenapa kau bertanya? Apa kau sungguh tidak tahu apa-apa?"Tiba-tiba cecaran pertanyaan Mas Bendi membuat dadaku mendadak berdegup kencang."A-apa maksudnya?""Dengar Imelda, aku menjadikanmu istri untuk partner berbagi hubungan romantis bukan sebagai wanita yang akan mencampuri semua urusan dan bisnisku. Aku tidak akan percaya bahwa kau akan merusak segalanya, aku juga tidak bisa menebak motifmu kenapa kau harus melakukan itu? Tapi seorang yang merupakan orang dalamku memberitahu bahwa sebuah laporan masuk ke kantor polisi dan itu berasal dari rumah ini!"Dia memberingas dan langsung melempar gelas ke dinding, aku terkejut, kaget dan merinding, sementara dia lantas pergi meninggalkan kamarku."Aku tak melakukan apa apa?"

    Last Updated : 2024-11-20
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   16

    Aku tahu Mama akan datang dan benar saja satu jam kemudian beliau datang tanpa memperdulikan waktu dan menimbang bahwa hari sudah malamDia mencariku dan memaksa ingin bertemu mau tidak mau harus bertemu meski aku sendiri sudah tidur. seorang asisten mengetuk pintu dan memberi tahu bahwa mami datang.Dengan hati berdebar aku turun ke ruang tamu untuk menemuinya. Benar saja ketika kami berhadapan mami langsung melayangkan sebuah tamparan ke wajahku. Aku tidak perlu bertanya kenapa, pasti dia geram karena perbuatanku yang melaporkan polisi kegiatan pengiriman mereka."Kurang ajar, ya," ucapnya sambil berkacak pinggang.Aku hanya memegangi pipi sambil menahan air mata."Mengelak aja kalo kamu mau!""Tidak," jawabku memberanikan diri, kukumpulkan kekuatan untuk membalas tatapannya."Aku tahu kau adalah anak sakinah, tapi, ibumu sangat cerdik. Dia tidak ceroboh dalam menentukan sikapnya. Kenapa kau bodoh sekali?" tanyanya dengan senyum sinis."Aku tidak mengakui perbuatan itu Mami, lagi

    Last Updated : 2024-11-20
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   17

    Kembali dari rumah mertua dan mengantarkan seserahan pernikahan membuat sudut pandangku tentang jalinan ini menjadi berbeda. Apa gunanya aku berdiri sebagai istri namun hanya dijadikan boneka.Aku kembali ke rumah pukul satu siang dan ternyata suamiku tidak terlihat sama sekali, baik di di ruang tengah atau di tempat biasa dia bersantai menikmati acara Tv.Tak lama kemudian aku lihat dia keluar dari kamar dan menuju mini bar untuk menuangkan segelas air."Mengapa menikahimu membuat hidupku lebih sulit, bahkan jauh lebih sulit ketika aku masih bersama ibuku?" tanyaku kepada pria itu. Kami sempat saling berpandangan, sementara dia tidak jadi meminum airnya."Kau ke mana saja semalam? aku tidak menemukanmu di kamar," gumamnya mengalihkan pembicaraan."Apa tidak ada yang memberitahumu bahwa aku dibawa ibumu ke rumahnya untuk menghukumku. Dia memaksaku untuk melakukan keinginannya dan aku baru saja kembali dari rumah irina untuk mengantarkan seserahan, dan pakaian pengantinnya."Kau men

    Last Updated : 2024-11-21
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   18

    "Saya kemari mau jemput kamu!" ujarnya yang masuk tanpa salam dan merangsek ke dalam rumah dengan santainya.Sepertinya wanita itu tidak pernah belajar adab dan sopan santun, sehingga bisa melakukan sesuatu sesuka hatinya. Bebas melenggang masuk rumah orang tanpa izin dan salam."Mana ibumu, aku mau bicara?""Ada," balasku dingin."Ada apa Imel!"Ucapan mama tertahan ketika tahu siapa yang datang."Anda?" tanyanya pelan."Ya, aku. Aku datang membawa menantuku pulang," balasnya tanpa senyuman."Silakan duduk dulu," ucap Mama dengan ramah."Tidak usah, aku mau segera pulang.""Anda sudah datang ke rumah saya, berarti aturan dan keputusan tergantung mengikuti keputusan saya, iya kan?" Mama menatap wanita itu dengan senyum namun juga tegas.Wanita itu langsung duduk dan melempar tasnya kursi dengan raut setengah sebal. Entah apa yang dia pikirkan namun, wanita itu hanya mendecak."Saya tahu, anda kaya, kami pun juga punya uang meski tak sebanyak Anda, saya juga punya aturan dan harga diri

    Last Updated : 2024-11-21
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   19

    Karena tidak tahan dengan perang dingin yang ditunjukkan Mama dan ibu mertua via telepon dan sosial media, akhirnya aku memutuskan untuk memanggil suamiku ke rumah. Aku akan kembali padanya jika dia menyetujui banyak perjanjian dan kesepakatan dariku.Terakhir kali Bendi datang, dia memohon padaku untuk kembali dan aku pun mengiyakan dengan syarat dia akan memberiku wewenang untuk ikut dalam bisnisnya. Meski dia sendiri merasa berat hati dan tidak yakin. Tadinya pria itu terkesiap, tidak menyangka bahwa gadis baik-baik akan ikut terjun ke dalam dunia mafia dan kegelapan, namun itu sudah tekadku, sudah terlanjur jatuh dan basah, maka tak ayal mandi juga."Kau tidak akan mengatur dan melarang ke mana pun aku pergi," ucapku pada Mas Dendi yang sedang duduk di depanku."Baik.""Tidak akan melarang dengan siapapun aku bergaul atau berteman termasuk ikut dalam perkumpulan dan klub olahraga.""Iya, gak masalah.""Tidak akan menyatukan aku dengan partner bisnismu yang akan kau jadikan istri

    Last Updated : 2024-11-22
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   20

    "Kenapa kamu diam saja Roni, kenapa tidak bisa menjawab pertanyaanku? Dari semua gangguan dan pembicaraan yang coba kau lakukan denganku, di mana aku menganggapnya sebagai perhatian, apakah maksudmu sebenarnya?""Aku hanya ...." Pria itu juga nampak bingung."Hanya apa? Iseng atau ada maksud lebih, katakan!""Tidak ada.""Aku akan bercerai dengan Bendi, sesuai dengan keinginanmu," balasku."Siapa yang ingin kau bercerai, kau terlalu mudah menilai dan salah paham," keluhnya cepat."Lantas, apa maksud perlakuanmu selama ini? hanya ingin memisahkan aku dengan suami? haruskah aku memberitahu ini pada Bendi dan bagaimanakah respon Bendi setelah tahu?""Jangan menggertak," ucapnya santai, sembar menarik cangkir kopi dengan mengesapnya."Apa tujuannya untuk merebutku darinya, dan andai saja aku telah berhasil menikahimu Apa kau akan mencampakkanku karena tantangannya sudah selesai?""Ah, tidak begitu.""Baik ayahmu keluargamu ataupun keluarga Bendi sama-sama adalah musuh dari keluarga kami.

    Last Updated : 2024-11-22
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   21

    Tidak menunggu lama setelah peristiwa Guci pecah, Mami langsung mendatangi rumah dan menemuiku. Saat naik ke balkon di dapatinya diri ini sedang asyik menikmati matahari. Tanpa aba aba lagi wanita itu menarik lenganku dan menyeretku masuk lantas melayangkan pukulannya. Aku tidak terkejut, hanya saja geram menahan sensasi rasa sakit di wajah dan selagi belum sempat menarik napas, dia telah menarik kerah bajuku dengan kejamnya."Kau pikir tikus kecil sepertimu bisa merusak hidup dan bisnis kami?!" tanyanya dengan tatapan mata membeliak."Tidak," jawabku berusaha tenang."Lantas kenapa kau terus mencoba mengacaukan segalanya, kau pikir harga guci itu setara dengan kepalamu, hah?!""Lepaskan! Mami selalu memukul dan mengintimidasiku, aku heran ketika kami hendak berpisah Mami menahan dan memaksaku pulang, apa sebenarnya yang Mami inginkan!" Aku menyentak dan membuat wanita yang selalu bergaya mewah itu kaget.Anak buah Mami yang kebetulan berdiri tak jauh dari tempat itu sigap datang

    Last Updated : 2024-11-23
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   22

    Sesampainya aku di kantor polisi kulihat kedua orang tuaku sudah terduduk di antara para petugas yang sedang mengintrogasi mereka. Papa terlihat lelah, begitu juga Mama yang masih terlihat kaget dengan kejadian ini."Saya dan istri tidak tahu apa apa," ujar Papa."Kalo tidak tau apa apa, kenapa bisa barang bukti ada di dalan rumah kalian?" tanya petugas sambil menggebrak meja."Bisa jdi itu adalah perbuatan orang yang memfitnah kami," jawab Mama."Halah, keluarga kalian memang langganan keluar masuk kantor polisi," jawab polisi itu dengan senyum sinis."Kami masuk ke kantor polisi kebanyakan bukan karena salah kami," ujar Mama pada petugas yang terlihat congkak itu.Tepat saat Mama menoleh dia bersitatap denganku dan mama memberi isyarat agar aku pergi dari tempat itu."Tunggu dulu, Pak, saya tahu pasti ini bukan perbuatan orang tua saya, bahkan mungkin mereka belum menyentuh barang barang itu.""Ah, gak usah ngeles, orang jelas-jelas ada di dalam lemarinya, kamu gak usah ikut campur

    Last Updated : 2024-11-23

Latest chapter

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   69

    Persidangan hari ini berakhir, para jaksa dan pengunjung ruang sidang nampak membubarkan diri. Dari sudut ruangan kulihat Irina nampak menatapku dengan mata penuh dendam dan air mata. Dia terlihat sangat murka dan mau melakukan apa saja demi menghukumku."Mari, Anda harus kami bawa ke mobil Tahanan," ucap seorang polisi. Aku yang kebetulan duduk di kursi pesakitan langsung diangkat menuju pintu utara demi meninggalkan ruang sidang. Sekilas kubalikkan badan dan melihat irina nampak berbisikan dengan jaksa yang baru saja menuntutku di depan sidang. Nampaknya jaksa itu memang mengenal Irina sehingga dia pun nampak sangat benci dan terus mengintimidasi diri ini.Ketika keluar ke pelataran pengadilan, aku disambut puluhan wartawan dan jepreten blitz kamera, berbagai pertanyaan mereka lemparkan membuat hati ini tersudut dan makin menciut."Nona Imelda, apa komentar Anda tentang sidang yang berlangsung hari ini?" tanya seorang wanita."Apa Anda sungguh membunuh seseorang demi dendam dan kec

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   68

    Keesokan hari,Pagi pagi petugas sipir sudah menyuruh untuk bersiap-siap karena hari ini mobil kejaksaan akan datang menjemput untuk Pergi ke pengadilan menghadiri sidang pertama.Seusai sarapan dan merapikan kamar, dua orang petugas datang menjemput dan menyuruhku untuk ikut dengan mereka. Tanganku diborgol dan disuruh mengikuti mereka menyusuri lorong berjeruji di sebelah kanan dan kiri, lalu naik ke atas mobil tersebut.Kuperhatikan jalan yang dilewati mobil dengan perasaan gamang, ada gelisah dan ketegangan tersendiri mengetahui bahwa aku akan menghadapi meja hijau, duduk dan mendengarkan tuntutan jaksa, juga menyimak rentetan bukti-bukti yang mereka catat sebagai penghakiman.Ah, dunia ini kejam sekali untuk manusia sekecil aku.Di sisi lain, aku juga berpikir tentang Nyonya Erika, aku menebak-nebak apa yang terjadi padanya. Mungkinkah dia sudah dipindahkan ke lapas di luar kota atau malah dia sudah bebas dengan jaminan, aku tak tahu pasti.Seorang pengacara menghampiriku, dia Pa

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   67

    Malam ini kulewati dengan air mata yang tidak henti-hentinya menetes tubuhku kedinginan harus meringkuk di lantai lembab karena sangat berdekatan dengan WC. Perutku yang mulai membuncit terasa berkali-kali keram mungkin karena pengaruh pikiran dan beban yang sedang bergelayut di dalam benakku.Aku pikir aku akan tangguh berada disini, tapi rasa sedih dan tersisih itu membuat pikiran liar di dalam otakku berkelana ke mana-mana. Ternyata begini rasanya, ternyata sakit dan sepahit ini."Maafkan Mami ya, Nak, karena kecerobohan Mami kita harus mendekam di tempat sekotor ini. Tapi Mami percaya bahwa kamu kuat," mengelus perut sendiri.Tak terasa air mata ini kembali menetes jatuh ke lantai dingin di mana aku merebahkan kepala berbantalkan tangan.*Teeeet ....Bunyi alarm panjang khas penjara besar berbunyi, para sipir terdengar mendentang-dentangkan tongkat mereka ke pintu sel para napi."Bangun ... bangun!"Teeet ...Alarm sirine kedua menandakan bahwa pintu penjara sudah tidak dikunci s

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   66 gerbang

    "Aku membawamu ke ruang tertutup ini untuk bertanya sekali lagi apa kau membunuh wanita itu?" tanya kepala polisi yang kutaksir sudah berumur juga senior.Dia membawaku pada ruang tertutup yang kedap suara serta di atasnya dilengkapi cctv, jelas dia ingin mengulik informasi dan berusaha menyalahkanku. Jika aku salah bicara maka rekaman video itu akan menjadi bukti."Tidak, aku tidak tahu apa-apa dan aku tidak mau diintrogasi tanpa pengacara," balasku pelan."Jadi begini sikapmu sekarang? Apakah kamu tidak mau kooperatif lagi, Mbak Imelda?""Beberapa saat yang lalu saya mencoba memberi tahu Anda fakta sebenarnya, tapi setelah saya fikir, sudut pandang tersangka akan sangat berbeda dengan sudut pandang polisi. Saya berusaha untuk melepaskan diri sementara polisi akan mencari cara untuk meyakinkan bahwa orang yang mereka sangkakan adalah pelaku sebenarnya. Bagaimana pun keterangan saya, itu akan semakin memberatkan saya, makanya saya butuh pengacara.""Tapi bukti-bukti mengarah padamu!"

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   65. cemas pada suamiku

    Aku khawatir bukan untuk diriku sendiri, tapi aku khawatir pada bayiku. Semakin mendekam di sini, semakin cemas diri ini pada proses lahiran dan pastinya kami akan terpisah jika aku akan menerima hukuman.Beberapa hari kemarin aku masih seorang istri dan menantu yang bahagia, tapi keadaan berbalik dengan cepat, aku kehilangan segalanya, sendirian, tidak punya siapapun di dalam sel ini. Aku menyesali perbuatan, dan harusnya, seseorang memang pantas menyesal dan menyalahkan kecerobohan dirinya. Saat ini kurasakan kerinduan mendalam pada pria dengan senyum manis dan tatapan melelehkan hati, entah bagaimana keadaannya sekarang, apakah sudah membaik dan pulang atau masih sakit parah di ranjang rumah sakit, aku sangat galau akan dirinya. Perlahan air mataku meleleh, dadaku hampa dan pikiran liar ini membunuh rasa kantuk lalu mengajakku untuk tercenung sembari diri ini mengaitkan pegangan pada besi jeruji. Aku tiba tiba ingin pergi dari tempat ini."Kenapa kau tak tidur?""Memikirkan kenapa

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   64 percakapan

    Sampai hari keempat, Mama baru datang berkunjung ke tempatku membawakan makanan dan baju ganti. Raut wajah Mama sangat sedih saat memelukku, dia sangat prihatin pada apa yang menimpa diri ini sejak memutuskan untuk menikah dengan Bendi."Imel ... berhari hari Mama menunggu kabar, ternyata kamu ditahan di sini," ucapnya sedih."Lalu siapa yang memberi tahu Mama?""Mertuamu, dia bilang kalau tidak didesak Roni dia tak akan mau menemuiku," jawab Mama dengan sedih."Lalu bagaimana keadaan suamiku, Ma?""Dia masih sakit, dia masih sulit bergerak akibat operasi yang dilakukan dokter, ususnya dipotong karena sobek, terburai bekas perlakuan keji preman jahat itu. Roni masih bisa hidup saja, Mama udah sangat bersyukur." Mama bercerita sambil menggenggam tanganku."Mungkin Tante Vina sangat sakit hati, anaknya sampai kritis seperti itu karena perbuatanku, ah, aku harus minta maaf, Ma....""Iya, kita harus membuat mereka mengetahui bahwa kamu tidak bersalah, kita harus yakinkan.""Tapi, bagaiman

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   63 satu sel

    "Bukankah dia dulu adalah anak Dandim 1809, Letkol Suryadi? Apa yang dia lakukan di sini mengapa bisa masuk ke dalam penjara?"Kudengar percakapan itu ketika melewati jajaran terali besi yang berisikan banyak orang.Penghuni blok menatapku dengan segala bentuk tatapan kecurigaan, benci dan sinis karena akhirnya derajatku juga sama dengan mereka. Blok yang kuhuni saat ini adalah blok penjara khusus wanita yang lumayan padat.Hanya satu ruang yang dikosongkan yakni ruang selku yang berisikan aku dan penghuni baru, Nyonya Erika.Tidak banyak yang bisa kupahami mengapa polisi menyatukan kami dalam sel yang sama. Entah itu permintaan Nyonya Erika atau polisi yang sengaja ingin mengerjai kami, aku tidak bisa memikirkannya, yang pasti aku begitu sebal melihat sorot dendam di mata wanita tua yang masih terlihat mewah meski dalam penjara.Aku sangat tidak nyaman dengan caranya!"Apa kau bangga bisa satu sel denganku?" Kini dia membuka pembicaraan."Ya, bangga. Aku bersama seorang penjahat kela

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   62. derap

    Beberapa jam kemudian Bendi dan anak buahnya digelandang ke kantor polisi, pria itu nampak sangat emosi berpapasan denganku di tempat itu, ada raut kaget, tak percaya dan syok karena tahu bahwa diseretnya dia pasti adalah perbuatanku. Terlebih ada ibunya juga yang duduk di meja lain setelah kami kembali dari ruang introgasi tertutup."Kau ... di sini?" tanyanya dengan mata terbelalak."Sudah kubilang aku tak mau sendiri," jawabku sambil melipat tangan di dada."Polisi tak akan menahan kami, karena mereka tak menemukan bukti, kau tak akan puas!" ujar Bendi menyeringai jahat."Aku tahu kau sembunyikan barang bukti di ruang rahasia yang bahkan aku pun tak pernah mengaksesnya, kau kunci segala barang kejahatanmu di rubanah dengan kode akses dan pintu baja otomatis di bawah kamar tidur mami, kau pikir aku bodoh, sebentar lagi aku akan memberi tahu polisi!""Tutup mulutmu, sebelum kucekik dan kuputar lehermu, dalam sedetik kau akan meninggal," ancamnya."Aku tak takut, mati itu sebuah keni

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   61. polisi

    "Apa?!" Saking kagetnya Nyonya Erika sampai berdiri."Iya, Nyonya, sepertinya ini sangat serius," jawab pria itu."Ya ampun ...." Wanita membeliak ke arahku." ... apa yang sudah kau lakukan?""Sedikit gerakan kecil, dan ya, kau lupa suamiku jaksa, dia punya teman lho, Nyonya," jawabku terkekeh."Jaksa yang kau andalkan itu sedang sekarat!"Rahang wanita itu menegas, memperlihatkan dendamnya padaku."Sudah, jangan pikirkan suamiku, pikir saja keselamatan putramu," balasku."Panggil pengacara saya, suruh semua orang datang dan melindungi aset kita, jangan sampai mereka menyita barang barang berharga!""Ba-baik Nyonya." Orang yang diperintahkan nampak gelagapan, sekali lagi aku tertawa sementara wanita itu masih memicingkan mata, sinis padaku."Kudengar kau hamil, kenapa kau tidak berhati-hati, tidakkah kamu khawatir bahwa anak itu akan kucelakai?""Ah, kamu bicara seakan-akan tidak ada Tuhan yang akan melindungi seseorang."Percakapan kami terhenti karena beberapa orang petugas polis

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status