Tidak menunggu lama setelah peristiwa Guci pecah, Mami langsung mendatangi rumah dan menemuiku. Saat naik ke balkon di dapatinya diri ini sedang asyik menikmati matahari. Tanpa aba aba lagi wanita itu menarik lenganku dan menyeretku masuk lantas melayangkan pukulannya. Aku tidak terkejut, hanya saja geram menahan sensasi rasa sakit di wajah dan selagi belum sempat menarik napas, dia telah menarik kerah bajuku dengan kejamnya."Kau pikir tikus kecil sepertimu bisa merusak hidup dan bisnis kami?!" tanyanya dengan tatapan mata membeliak."Tidak," jawabku berusaha tenang."Lantas kenapa kau terus mencoba mengacaukan segalanya, kau pikir harga guci itu setara dengan kepalamu, hah?!""Lepaskan! Mami selalu memukul dan mengintimidasiku, aku heran ketika kami hendak berpisah Mami menahan dan memaksaku pulang, apa sebenarnya yang Mami inginkan!" Aku menyentak dan membuat wanita yang selalu bergaya mewah itu kaget.Anak buah Mami yang kebetulan berdiri tak jauh dari tempat itu sigap datang
Sesampainya aku di kantor polisi kulihat kedua orang tuaku sudah terduduk di antara para petugas yang sedang mengintrogasi mereka. Papa terlihat lelah, begitu juga Mama yang masih terlihat kaget dengan kejadian ini."Saya dan istri tidak tahu apa apa," ujar Papa."Kalo tidak tau apa apa, kenapa bisa barang bukti ada di dalan rumah kalian?" tanya petugas sambil menggebrak meja."Bisa jdi itu adalah perbuatan orang yang memfitnah kami," jawab Mama."Halah, keluarga kalian memang langganan keluar masuk kantor polisi," jawab polisi itu dengan senyum sinis."Kami masuk ke kantor polisi kebanyakan bukan karena salah kami," ujar Mama pada petugas yang terlihat congkak itu.Tepat saat Mama menoleh dia bersitatap denganku dan mama memberi isyarat agar aku pergi dari tempat itu."Tunggu dulu, Pak, saya tahu pasti ini bukan perbuatan orang tua saya, bahkan mungkin mereka belum menyentuh barang barang itu.""Ah, gak usah ngeles, orang jelas-jelas ada di dalam lemarinya, kamu gak usah ikut campur
Di rumah Irina."Apa? Kau jangan mengada-ada!" Ayah Irina langsung bangun dari tempat duduknya."Untuk apa aku harus mengada-ada, aku lelah berpura-pura menjadi anggota keluarga yang tidak tahu apa-apa padahal hati ini tersakiti," jawabku sedih."Lalu, Kenapa kau tidak jujur sejak awal?""Karena mertuaku melarangku jujur demi bisa menyambung hubungan dengan keluarga kalian," jawabku lantang."Mungkin ini pasti mengada-ada saja, mana mungkin Nyonya Selina akan bersikap demikian, kamu ini mencoba merusak hubungan kami!""Kalo begitu, lihat ini!" Aku Buka layar ponsel lalu menunjukkan foto pernikahan dengan bendi pada keluarga itu.Tak pelak mereka semua terbelalak dan terkejut tidak karuan. Irina yang saat itu hanya duduk diam tak kuasa menahan amarahnya. Dia bangkit sambil meletakkan alat makan dengan kasar di meja makan, sehingga bunyi piranti yang terbuat dari porselen itu terdengar berdentingan."Apa maksudmu?! Jadi kamu ingin bilang bahwa kami semua sudah jahat padamu, mamanya Ben
"Apanya yang lancang jika itu adalah kenyataan? Saya memang istrinya, jadi wajar ya, kalo saya speak up."Tanpa banyak bicara wanita itu memberi isyarat pada anak buahnya dengan anggukan. Mereka yang berdiri di tiap sudut ruang, menarik dan menyeretku."Kurung dia di basement, kunci semua pintu dan ambil ponselnya!""Tidak, ini tidak adil ... Bendi, lakukan sesuatu!"Mas Bendi meminta para anak buah untuk berhenti namun ibunya lebih memilih mengacungkan pistol dan mengarahkannya padaku."Pilih menurut atau kubunuh wanita itu?"" Aya allah, Mam!""Jangan lepaskan dia sebelum pernikahan Bendi dan Irina terlaksana!" Perintah wanita itu sambil pergi dengan gaya angkuhnya.Aku menjerit dan meronta berusaha untuk agar Bendi mau membantuku untuk lepas dari kurungan wanita itu, tapi tersadar diri ini bahwa ternyata suamiku adalah boneka ibunya dia tidak akan menolongku tanpa izin wanita jahat itu."Mas Bendi, aku istrimu ...""Sudah kukatakan agar kamu jangan banyak ikut campur," ucapnya sedi
Sesampai di rumah, aku telah mendapati Papa dan Mama bersama Siska sedang duduk di ruang tamu. Ada beberapa tetangga yang ingin tahu kejadian sebenarnya senang mendengar penuturan orang tuaku."Jadi benar bahwa kalian tidak tahu-menahu tentang barang haram tersebut?" tanya Pak RT yang sudah puluan tahun kami kenal."Pak RT tahu sendiri saya seperti apa," jawab Papaku."Mungkin seiring berjalan waktu manusia bisa berubah Pak Yadi.""Sementok-mentoknya saya terhadap hidup tak akan saya lakukan perbuatan itu. Lagipula saya sangat anti narkoba," jawab Papa."Lalu apa yang bisa membebaskan Anda secepat ini, Pa?" tanya pria itu."Barang itu memang bukan milik kami, DNA terbukti bukan milik kami," balas Papa.Menyadari kedatanganku, mama kemudian menyambut dan mengajakku masuk."Imel, ya Anakku, ayo masuk," ajak Mama.Kami kemudian masuk ke ruang tengah dan menuju kamar Mama."Mama, aku sudah pulang sekarang," ucapku."Mama gak ngerti kenapa Mama bisa dituduh dan tiba tiba kami digedor d
"Sudahlah, jangan bercanda, lebih baik, fokus menenangkan diri lalu berproses menjadi sosok yang lebih baik dan sukses Anakku, bagamana pun kamu masih muda, dan masih punya banyak kesempatan untuk berhasil.""Untuk aja Kakak belum mendaftarkan KK bar ke Dinas kependudukan," ucap Siska menyuapkan nasi ke mulutnya."Jadi, kenapa emanngnya?""Ya ... Kakak bisa lanjut kuliah dan bersikap seolah olah tak pernah menikah, kadang pura-pura amnesia lebih baik daripada bergelut pada kenangan menyakitkan," timpalnya."Maaf, aku naik duluan ya, kayaknya aku mau istirahat lebih cepat," balasku sambil meletakkan sendok dan bangkit dari tempat duduk."Imel, kamu istirahat ya Nak," balas Mama sambik mencoba menarik lenganku."Iya, Ma. Aku mau tidur aja, lelah karena sejak semalam di tahan di bunker bawah tanah.""Apa?!" Mama langsung berdiri dan menghempas sendoknya.Ah, aku tak sengaja mengucapkan itu. Aku tahu dari sifat Mama sejak dulu, beliau tak akan membiarkan ada orang atau anggota keluargany
Aku sedang berusaha untuk merealisasikan rencana untuk mengungkapkan rahasia yang dijalankan oleh ibu mertuaku. Karena keterbatasan akses serta pekerjaan mereka yang sangat tertutup membuatku sulit sekali untuk melihat secara langsung bukti-bukti dan kegiatan organisasi mereka, namun aku bisa melihat dampak dan hasil dari kegiatan mereka selama ini.Aku tahu aku tidak bisa mengandalkan siapa pun, atau menyuruh seseorang menggali informasi dan rahasia. Aku sadar betul, jika berhubungan dengan gangster atau dunia gelap, aku tidak boleh salah langkah atau mempercayai orang dengan mudahnya, Jadi mereka adalah orang dalam yang dimanfaatkan untuk mendekatiku, sehingga ketika aku telah nyaman berbagi rahasia tanpa sadar diri ini telah ditusuk dari belakang dan semua rencanaku akan gagal.Tidak akan kubiarkan itu terjadi.Hari ini telah kurencanakan sebuah pertemuan dengan Roni, jaksa muda yang berwajah tidak kalah tampannya dengan suamiku. Kelihatannya pria itu menyukaiku karenanya akhir-a
"Tolong, apa yang akan kamu lakukan?" tanyanya gemetar gugup."Apa yang akan dilakukan oleh laki-laki dan wanita jika berduaan saja,", balasku berbisik."Apa yang bisa aku lakukan untukmu?""Bagaimana aku bisa masuk ke gudang rahasia mertuaku?""Aku tidak mau memberitahumu," gumamnya."Haruskah aku mengikat borgol di ranjang ini saya nggak kau tidak bisa melakukan apa-apa?""Iya, lakukan saja, Aku juga ingin tahu seberapa jauh kau berusaha," jawabnya yang tiba tiba menggulingkan badanku sehingga posisi kami sekarang bertukar. Dia berada di atasku, kami saling menatap untuk beberapa saat dan perlahan pria mendekatkan diri untuk melabuhkan gairah asmaranya yang terpendam."Katakan, bagaimana aku akan masuk?" desakku."Hhm, masing-masing orang yang dipercaya punya kartu akses yang memiliki kode rahasia untuk membuka pintu tersebut.""Apa kau punya?""Menurutmu bagaimana?" tanyanya sambil mengulum senyum.Namun, belum sampai ia mencumbuku, tiba tiba saja pria bertubuh tegap itu kehila
Hari itu adalah ulang tahun Kakek William yang ke 74, kami sekeluarga sepakat untuk melakukan dinner ke sebuah restoran yang cukup berkelas di kota ini.Jadi, sejak pukul 8 malam semua orang sudah bersiap-siap, masing-masing berdandan cantik menggunakan gaun terbaik dan perhiasan yang apik. Pun aku dan Roni, sudah jauh-jauh hari menyiapkan pakaian yang pantas agar terlihat memukau di hadapan anggota keluarga dan kerabat jauh yang diundang datang."Kamu cantik Sayang," ucap Roni ketika dia menghampiriku ke kaca rias, dibantunya diri ini untuk menaikkan resleting belakang gaun malam. Lalu dia mendaratkan kecupan di bahuku."Aku tidak rugi memperjuangkanmu sebagai milikku, aku bangga mendapatkanmu Imel," ucapnya sambil menatap pantulan diriku di kaca."Kamu romantis dan pandai memuji, terima kasih ya," balasku sambil mendekatkan wajah dan mengecup pipinya."Awas lipstik itu menempel dan mengalihkan perhatian semua orang di pesta," ucapnya menggoda."Oh, jangan khawatir, lipstik ini trans
"Uhm, Lit, kamu mau kemana?" tanya ibu mertua kepada istri Om Heri."Aku udah kenyang, kalian lanjutkan aja makannya," jawabnya ketus."Tapi, bahkan roti kamu belum habis," sanggah Tante Vina."Aku udah enggak lapar," jawabnya sambil menjauh."Kamu sih, bikin mood orang hancur," ucap Tante Vina serata menyenggol lenganku."Aku tidak bermaksud untuk menyakiti, aku hanya menyanggah argumen," balasku membela diri."kadang menyanggah seseorang yang lebih tua terlihat kurang sopan dan seperti sok pintar, tolong kendalikan dirimu untuk lain kali," ujar kakek sambil tersenyum tipis, lalu dia melanjutkan makannya."Aku menyesal dan minta maaf sekali," ucapku menunduk pelan."Ah, tidak apa apa, lupakan saja," jawab Tante Vina sambil melanjutkan makannya.Kadang aku merasa berada di lingkungan yang paling ideal untuk seorang gadis yang merindukan pernikahan apik dan keluarga besar, kudapatkan cinta dan perhatian dari banyak orang tapi di sisi lain kadang mereka terlalu kaku dan berpegang pada a
Setelah matikan kepergian cathrine aku masuk lagi ke dalam rumah, melanjutkan kegiatanku bersama keluarga dan suamiku tercinta.*Pukul tujuh aku naik kamar lalu merebahkan diri di tempat tidur, entah kenapa pikiran yang menggelayuti perasaan dan kepalaku ini terus menerus bekerja tentang Catherine dan Bendi.Aku bingung, aku juga yakin bahwa dia dalang utamanya, yang jadi pertanyaan mengapa dia melaporkan hal ini pada Bendi Jika dia memang berupaya untuk membunuhku.Apakah itu hanya alibi saja, agar nanti jika aku meninggal, dia tidak akan disalahkan dimata hukum dan kepolisian? Jika iya begitu, maka Catherine adalah wanita berhati jahat yang mengerikan, bahkan lebih jahat dari Kartika mantan istri Ayah dan Erika mantan ibu mertuaku."Oh, Tuhan, entah mengapa dalam lika-liku dan kisah hidupku... Kenapa kami harus ditimpa kesialan dan selalu berhubungan dengan wanita-wanita yang jahat. Tidak bisakah Engkau melepaskan kami dari cengkraman dan kelicikan mereka?" Aku mengeluh pada Tuhan
Mobil polisi tiba dan langsung menggelandang ketiga penjahat yang sejak tadi mengancam kami ke dalam mobil patroli. Ketika pria yang dibekuk nampak ingin meronta dan tidak terima dengan apa yang menimpa mereka namun nasi sudah menjadi bubur.Wanita tinggi semampai dengan model rambut mengembangkan dekat telinga, menghampiriku dengan senyum manisnya."Nyonya Imel, Apa yang kamu lakukan berlama-lama dalam fitting room. Apa kamu mengetahui bahwa kamu sedang diuntit?""Sebenarnya aku tidak begitu yakin, tapi karena aku sedang hamil dan tidak mau cari masalah, karena itulah aku berusaha melindungi diri dan jaga jarak.""Untungnya aku segera menyadari karena suamimu menghubungiku sesaat setelah mendapatkan laporan dari sepupunya. Aku berada di lokasi ini ketika dia menelepon sehingga aku tidak terlambat.""Terima kasih untuk datang tepat waktu aku benar-benar merasa diselamatkan," ucapku pada wanita dengan bibir seksi itu."Sebagai mantan napi dan orang yang pernah terlibat dengan mafia, i
Jika aku hanya bertahan diam di tempat ini, maka mereka akan tetap di sana untuk menungguku, mereka akan menembak begitu aku keluar, aku harus cari cara.(Ki, kita keluarga yuk, Ki.) ajakku pada Kiki via pesan.(Gak Mbak, aku takut, aku gemetar lho, Mba.) (Kalau begitu berdirilah dengan aman, karena aku akan mencoba memantau.)(Caranya gimana?)Aku tidak menjawabnya, tapi karena fitting room terbuat dari triplek dan kusen yang dicat sehingga aku bisa pelan pelan memanjat dan melihat keadaan dari atas.Ternyata ketiga preman itu berdiri dengan waspada, mata mereka tertuju ke arah fitting room di mana aku berada, sempat hampir bertemu mata dengan salah satu dari mereka tapi untungnya aku segera menyembunyikan diri.Perlahan aku turun dengan napas tertahan lalu berdiri dengan tubuh gemetar, sementara ada suara langkah kaki mendekat lalu mengetuk pintu kamar ganti tempatku.Tok .. Tok ...."Siapa ya, bentar ...." tanyaku dengan intonasi seakan aku tak tahu apa apa.Tok ....Sekali lagi
Hari itu aku dan sepupu Roni berjalan bersama pergi ke butik dan salon untuk perawatan, Setelah berbelanja di beberapa otlet barang khusus wanita, kususuri jalan untuk pergi ke salon perawatan yang hanya berjarak satu blok dari tempat kami semula. Kunikmati setiap sisi jalan yang ditumbuhi pohon rindang di mana daunnya yang menguning berguguran. setiap sudut jalan tertata rapi dan bersih, gedung-gedung butik bernuansa Eropa berjajar seakan kami sedang berada di kota Paris, juga suasana kota yang cukup menyenangkan dan sejuk membuat aku semangat untuk berjalan kaki menikmati kebebasanku."Eh, ada merasa aneh gak sih?" tanya Kiki sepupu Mas Roni dari adik ayahnya."Gak ada tuh ..." "Lihat itu mobil klasik merah yang sejak tadi terlihat mengikuti kita. Kita berada di outlet di blok sebelah dan mobil itu di sana, sekarang kita di sini dan mobil itu juga mengikuti, apa itu anak suruh Bendi?""Masak sih?" bisik Catherine dengan wajah cemas. Seketika saja wanita yang bekerja sebagai seora
Keesokan hari, suara burung berkicau, matahari menyembul dari balik tirai dan membias dari kaca, ke tempat tidur juga wajahku.Perlahan kukerjabkan mata, mengumpulkan kesadaran dan ingatan lalu terbangun sempurna sembari mengedarkan pandangan."Ya, yang kemarin itu bukan mimpi aku memang sudah dibawa pulang, sudah berada di tengah keluarga dan kini dalam pelukan suamiku."Kutatap pria tampan dengan hidung mancung yang kini terlelap, bibirnya terlihat menggoda untuk dikecup namun dengkuran halus itu menahan diriku. Ada iba, karena jika aku mengganggunya maka dia akan terganggu dan terbangun. Dia baru saja sehat dari rangkaian luka panjang, bahkan mungkin luka itu masih terasa perih di bagian dalam. Aku tak mau mengganggunya, ingin membuat dia terjaga karena ciuman ku. Perlahan kuturunkan tangannya dari perutku, lalu dengan gerakan halus kuturuni tempat tidur dan beranjak ke kamar mandi. Namun baru saja hendak bangkit, suami menarik tali bahu lingerie yang kukenakan."Mau kemana?" tany
Ternyata dia tidak ditangkap, kudengar bahwa Bendi masih berkeliaran dan memimpin gangsternya meski polisi mengawasi. Dari percakapan di makan malam kemarin anggota keluarga membahas tentangnya dan sepak terjang pria itu."Kenapa dia tidak ditahan jika terbukti bersalah?""Ibunya mengakui kesalahannya dan mengatakan bahwa anaknya tidak terlibat."Sungguhkah? Tapi polisi pun tahu kan bahwa pria itu sangat berbahaya?""Kamu sudah tahu bahwa ketimpangan hukum itu benar-benar terjadi di negara ini, segala sesuatu bisa dibeli dengan uang di zaman sekarang," jawab kakek William sambil memotong medium rare steak dan menikmatinya."Tapi bukankah membela pemuda itu akan menimbulkan kehebohan publik sekarang pun semua orang bisa menilai ...." Catherine menimpali sambil menatap kakeknya."Dengan alasan kesopanan seseorang bisa diringankan dari jerat hukum bahkan bebas. Aku yakin mereka sudah menjamin ratusan juta untuk sebuah kebebasan."Aku mau menyesal sekali mengapa Roni bisa berteman dengan
*Pagi itu pintu selku dibuka dengan kencang, terali digeser lebar, beberapa sipir datang menemuiku dengan wajah dingin mereka yang tanpa ekspresi. Mereka berempat berdiri sementara aku meringkuk di sudut ruangan melindungi diri dari dingin dan serangan nyamuk yang tanpa ampun terus menerus datang dan menghisap darah ini."Kamu ...!" Mereka menudingku dengan tongkat kayu dan menatapku dengan pelototan tajam.Aku yang merasa kaget dan sadar tidak melakukan kesalahan apapun, mulai was-was dan khawatir, takut mereka menyeretku ke sel isolasi atau menyiksa diri ini dengan siksaan yang pedih."Ada apa?""Keluar dan ikut bersama kami!""Ke-kemana?""Ikut saja," ujar salah seoranh sipir sambil menghampiri dan menyeret lengan bajuku."Iya-iya, saya akan ikut, jangan seret saya, nanti saya terjatuh," jawabku sambil berusaha menetrasilir kekhawatiran dalam hati. Apa gerangan yang terjadi ketika pada sipir kejam berhati dingin ini mencariku, membawaku dengan pengawalan ke arah gerbang tanpa men