Share

Karena Dendam Suamiku Direbut
Karena Dendam Suamiku Direbut
Author: Anggrek Bulan

Firasat

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2022-08-02 17:42:06

"Bu, Nita pulang dulu ya. Besok 'kan Mas Budi katanya sudah balik dari luar kota. Hari ini aku mau bersihin rumah dan belanja dulu, stock makanan di kulkas mungkin sudah habis," pamitku pada Ibu petang itu.

"Ini 'kan sudah mau magrib, besok pagi saja habis subuhan. Paling si Budi juga sampai di rumah sore, pulang kerja. Di rumahmu 'kan juga ada Lisa, suruh saja dia bersihin rumah," ucap Ibu khawatir.

Jarak rumah ibu dan rumahku memang lumayan jauh sih, sekitar satu setengah jam perjalanan, dan itu pun harus melewati areal persawahan juga kebun-kebun kosong, karena rumah ibuku ada desa dan aku berada di kotanya.

"Lisa itu nggak pernah mau ngerjain kerjaan rumah, Bu. Selesai kuliah biasanya juga langsung masuk kamar!" jawabku.

"Masak dia nggak mau sama sekali bantuin kerjaanmu?" tanya Ibu lagi yang terlihat jengkel.

"Nggak pernah, Bu. Kerjanya ya kalau di rumah main handphone saja, Bu. Tapi ya mau gimana lagi, namanya juga anak muda," ucapku sambil memakai helm dan segera menaiki motor.

"Ya tetap wajib dibilangi, Nit. Dia itu wanita, nantinya bakal nikah juga, kalau malas gitu, gimana nanti pas tinggal sama mertuanya? Lagian dia itu 'kan cuma numpang."

"Iya...sih, Bu. Tapi 'kan aku nggak enak sama Mbak Linda, jika kemudian Lisa ngadu, Bu. Sudah ya aku pulang dulu, doain nggak ada apa-apa di jalan, hehehe," pamitku lagi sambil mencium punggung tangan ibu.

"Iya, hati-hati loh, Nit, jangan ngebut-ngebut. Kalau ke sini itu pakai mobil, jangan pakai motor terus." 

Ibu memang selalu cerewet, tapi sebenarnya itu semua adalah demi kebaikanku, putri semata wayangnya.

"Siap, Bu...nanti pasti pakai mobil, ini soalnya masih seneng-senengnya pakai motor baru, nih. Ibu hati-hati juga ya, ibu di rumah. Assalamualaikum."

"Iya...waalaikumsalam."

Aku pun segera melajukan motor dengan kecepatan sedang. Biasanya aku memang tak berani melewati jalanan ini di malam hari, saat sendirian begini. Namun, entah mengapa hari berbeda, rasanya aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah.

Mas Budi sudah dua minggu ini keluar kota, suamiku itu bekerja sebagai seorang mandor proyek, dan memang dia selalu berpindah-pindah. Dan aku sudah satu mingguan ini, tinggal di rumah ibu, karena ibu sedang kambuh asam uratnya.

Sekitar satu setengah jam lebih, aku pun sampai di kompleks perumahan tempat tinggalku. Saat memasuki belokan gangku, kulihat ada banyak warga berkumpul, dan sepertinya itu, ada di sekitar rumahku.

"Ada apa ini, Bu Hasan? Kok banyak warga di depan rumah saya?" tanyaku pada Bu Rt, yang rumahnya, persis di samping rumahku.

Aku memang sengaja tak langsung memasukkan motorku ke teras, karena bisa kulihat banyak warga di sana. Jadi, aku berhenti saja di pinggir jalan, depan rumah Bu Hasan.

"Eh...Mbak Nita sudah datang, yuk masuk dulu ke rumahku, Mbak." Bu Hasan pun membawaku masuk ke teras rumahnya, dan aku pun menurut saja, beberapa ibu-ibu kompleks mengikuti kami.

"Ada apa sih, Bu sebenarnya? Lisa nggak kenapa-kenapa 'kan, Bu?"

Pikiranku langsung saja tertuju pada Lisa, sepupu yang selama seminggu ini kutinggal di rumah sendiri. Semoga tak terjadi apa-apa padanya, kalau tidak, Mbak Linda akan menghabisiku.

"Nih...Mbak Nita minum dulu, airnya." Bu Hasan mengangsurkan air putih dalam gelas kepadaku, dan tentu saja hal itu membuatku makin panik.

"Mbak Nita handphonenya kemana sih? Sudah dari satu jam yang lalu, diteleponin nggak diangkat?" ujar Mbak Sela yang rumahnya di depan rumahku.

"Mana ada panggilan sih, Mbak? Orang dari tadi ku kantongin nggak ada getar sama sekali kok." Kuambil handphone yang ada di saku celana, ternyata ada empat puluh panggilan tak terjawab dan juga beberapa chat.

"Ini memangnya ada apa sih, Mbak? Bu? Ayo cepat bilang, ada apa?" Desakku yang memang rasanya sudah tak sabar.

"Para warga sejak satu jam yang lalu, sedang mengintai Mas Budi dan Lisa, Mbak!" ucap Bu Hasan.

"Mas Budi dan Lisa? Memangnya ada apa kok diintai, Bu?" 

"Ya si Lisa dan suamimu itu, lagi 'kikuk-kikuk', Mbak!" ucap Mbak Sela spontan.

"Nggak...nggak mungkin itu, Mbak Sel. Mas Budi itu masih berada di luar kota, tadi sore saja baru bilang sama aku. Mungkin besok sore atau malam, baru sampai sini. Nih...baca sendiri," ucapku menyangkal berita buruk itu, sembari menunjukkan chat dengan Mas Budi di handphone.

Mereka pun membaca dan mengangguk, kemudian saling berbisik. Mana mungkin, Mas Budi berselingkuh dengan Lisa, saling menyapa saja jarang kok. Suamiku itu pendiam, dan Lisa tipe cuek, di rumah pun, mereka tak pernah bercanda.

"Tuh...sudah baca 'kan? Mungkin saja yang di dalam rumahku itu, pacarnya si Lisa. Anak muda sekarang 'kan kalau pacaran suka kebablasan," ucapku sembari berusaha tersenyum, padahal hati ini juga sudah khawatir dan berpikir yang tidak-tidak.

"Ya ampun Nit, kamu ini kok nggak percayaan sih? Apa kamu kira warga di sini itu nggak hafal sama wajah Budi?" Bu Jannah berseloroh, sepertinya dia sudah emosi.

"Bukannya begitu, Bu. Tapi nggak logika banget gitu loh, jika Mas Budi dan Lisa itu bermain api dibelakangku. Nggak mungkin itu, Bu!" Aku juga ikut terbawa emosi meski sudah  coba kuredam.

"Mas Budi itu, kalau tak salah sudah pulang sejak tiga hari yang lalu kok, Nit. Dan sejak kamu tinggal, si Lisa itu nggak pernah kelihatan. Ya baru kelihatan pulang bareng suamimu itu," jelas Mbak Sela.

Tak mungkin rasanya Mbak Sela berbohong, karena letak rumah kami yang saling berhadapan, sehingga dia pasti tau saat ada kendaraan masuk rumahku.

"Tapi, bisa saja 'kan mereka berdua di dalam itu, nggak berbuat macam-macam?" Aku terus saja menyangkal, rasanya aku tak ingin jika semua ini menjadi nyata.

"Nggak macam-macam piye to? Sejak tadi warga mengintai, sudah berkali-kali mendengar suara menjijikkan itu. 

Sudah ayo sekarang, kita ngikut para warga itu, agar tahu apa yang mereka berdua lakukan!" Bu Jannah kemudian menarik tanganku, menuju ke rumah.

Melihatku datang, warga terlihat mulai berbisik dan memandangku iba, dan mereka membriku ja Kulihat mobilku, yang biasa di pakai Mas Budi, telah ada di teras juga.

Aku pun mengikuti Bu Jannah yang menuntunku mendekati tembok kamar utama, yang letaknya persis di samping ruang tamu. Meski berjunlah banyak, namun warga saling diam.

Benar apa kata mereka, suara-suara menjijikan lirih terdengar keluar dari kamar itu. Tak salah lagi, dan tentu aku sangat hafal pemilik kedua suara itu. Siapa lagi kalau bukan Mas Budi dan Lisa. 

Related chapters

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Penggerebekan

    Benar apa kata mereka, suara-suara menjijikan lirih terdengar keluar dari kamar itu. Tak salah lagi, dan tentu aku sangat hafal pemilik kedua suara itu. Siapa lagi kalau bukan Mas Budi dan Lisa. Sejenak aku terdiam, tak bisa berkata apa-apa, dan air mata pun mulai menetes tak bisa dibendung.Kenapa mereka bisa melakukan hal ini padaku? Baru juga tiga bulan si Lina tinggal di sini, sejak Bude Hermin meninggal. Tapi dia sudah berani menggoda suamiku, namun entah...aku tak bisa menyalahkan dan membenarkan salah satu pihak, karena bisa saja keduanya itu sama-sama mau."Gimana, Nit? Bener nggak, itu suara si Budi dan si Lisa?" bisik Bu Jannah di telingaku, yang hanya kujawab dengan anggukan.Bu Jannah pun kemudian berbisik pada warga yang lain. Namun, aku masih saja tetap terdiam, tak percaya dengan semua ini. Tenyata kebaikanku selama ini pada Lisa, hanya dibalas dengan penghianatan seperti ini. Menyesal memang selalu di akhir, dan bodohnya aku, karena tak mendenagrkan ucapan ibuku dulu

    Last Updated : 2022-08-02
  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Saling Menyalahkan

    "Tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Pak Rt, semua sudah selesai. Dan saat ini juga, saya ingin kedua sampah ini angkat kaki dari rumahku!" ucapku lantang sambil menunjuk para penghianat itu.Mendengar perkataanku itu, sontak Mas Budi menghentikan aktivitas membantu Lisa. Kemudian merubah duduknya menghadap padaku."Apa maksud kata-katamu itu, Dek? Aku ini suamimu!" ucapnya sembari memukul dadanya sendiri, terlihat jika kini dia amat frustasi."Suami?! Jika kamu suamiku, kenapa kamu berbuat zina dengan dia? Sepupuku sendiri?" jawabku lirih, namun penuh emosi.Umpanku akhirnya dimakan juga, susu panas tadi sebenarnya hanya pancingan, agar Mas Budi mau menyelesaikan masalah ini dihadapan warga.Memang harusnya istri menutupi kebusukan suami. Namun, jika kasusnya seperti ini, maka maaf, aku malah ingin mempermalukannya lagi, di depan semua orang.Beberapa saat Mas Budi tak bisa menjawab, dia hanya memandangku sepertinya dengan tatapan yang penuh amarah."Maaf, Dek...aku memang salah...

    Last Updated : 2022-08-02
  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Mereka Ingin Menghancurkanku

    Mereka Ingin Menghancurkanku?"Sudah cukup, aku tak ingin lagi mendengar sandiwara kalian. Cepat pergi dari rumahku, sekarang juga!" teriakku dan kali ini aku tak main-main.Sudah hilang rasanya kesabaranku pada keduanya. Apalagi ketika Lisa menghinaku dengan kata mandul, sungguh aku tak bisa terima itu. Mereka berdua hanya diam mendengar teriakanku, sementara para warga pun kembali saling berbisik."Apa Mbak Nita serius ingin mengusir mereka?" Pak RT mencoba meyakinkan padaku."Tentu saja amat serius, Pak. Sudah tak sudi aku melihat mereka berdua di rumah ini. Jadi tolong bawa mereka pergi dari sini, atau laporkan saja pada polisi!" ucapku sambil kembali duduk."Dek...tolong, Dek. Aku minta maaf, jangan usir aku, ini hanya khilaf. Aku tak ingin berpisah darimu." Mas Budi berusaha mendekatiku sambil merengek.Namun, para warga dengan sigap membawanya keluar secara paksa, begitu pun dengan Lisa. Terdengar banyak sekali umpatan-umpatan dari para warga, apalagi Mas Budi terus saja berus

    Last Updated : 2022-08-02
  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Kamar Lisa

    Kamar LisaKAMU HARUS HANCUR SEHANCUR-HANCURNYA, NITA!Aku benar-benar tak bisa mengerti apa maksud dari tulisan ini. Apa yang dimaksud Nita di sini adalah aku? Atau mungkin Lisa punya teman yang namanya sama denganku?Kuabaikan dulu tulisan itu, karena meski berpikir seperti apapun, saat ini aku tak bisa menemukan titik terangnya. Lebih baik aku mengecek yang lainnya, namun tak lagi kutemukan apapun yang mencurigakan di meja belajar ini.Aku pun pindah menuju ke lemari, sebuah lemari kayu bercat putih besar,yang tiga bulan lalu kubelikan khusus untuk sepupuku itu. Ternyata lemari itu tak terkunci, dan tentu saja aku langsung membukanya.Selama ini, meski kami adalah saudara sepupu, tapi kami tak begitu dekat. Lisa dan Mbak Linda adalah anak dari almarhum Bude Tutik, yang meninggal empat bulan lalu.Mbak Linda usianya sama denganku, yaitu dua puluh empat tahun, sedangkan si Lisa usianya baru sembilan belas tahun. Selain itu, Bude juga memiliki seorang putra, Mas Lukman, yang sudah se

    Last Updated : 2022-08-02
  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Kamar Lisa 2

    Kamar Lisa 2Sebuah pikiran jahat terlintas dibenakku, jika Lisa sudah menyakitiku dengan merebut suamiku, maka jangan salahkan aku, jika kini akan kukuasai semua hartamu. Karena kurasa mungkin hanya ini saja harta yang dimiliki oleh sepupuku itu.Gegas kupindahkan semua yang ada di dalam boxs itu ke kamarku, dan menguncinya dari luar. Sekedar antisipasi saja sih, karena Mas Budi ternyata juga membawa kunci serep pintu depan.Kemudian, aku pun kembali masuk ke kamar Lisa, tujuanku kali ini adalah memasukkan semua pakaian ke dalam koper dan barangnya, ke dalam sebuah kantung plastik besar. Nantinya, aku akan menyewa taksi online untuk mengantarnya ke rumah Mbak Linda, beserta barang milik Mas Budi.Sebuah kejutan lagi kuterima, kali ini tentunya akan membuat kantongku semakin tebal. Tepat diatas lemari, saat aku mengambil koper, ada sebuah kantong plastik warna putih, dan itu berisi dua buah handphone keluaran terbaru, yang masih tersimpan rapi dalam dosbook-nya.Kedua handphone terseb

    Last Updated : 2022-08-02
  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Flashback 1

    Flashback 1"Nit, bisakah mulai saat ini Nita tinggal bersamamu?" ucap Mbak Linda saat acara kirim doa tiga puluh hari meninggalnya Bude Tutik."Tentu saja boleh, Mbak. Rumahku dan kampusnya Nita kan nggak terlalu jauh, dari pada berangkat dari sini," jawabku sambil tersenyum. Saat itu, aku tengah membantunya menyiapkan makanan untuk para tamu yang sedang mengaji."Terima kasih banyak ya, Nit. Jujur, aku tuh nggak kuat ngebiayain kuliahnya si Lisa, kamu tahu sendiri 'kan, suamiku hanya buruh pabrik biasa. Gajinya tiap bulan hanya cukup untuk beli susunya Rehan dan makan saja. Itupun di tanggal tua, aku kadang harus berhutang di warung tetangga," seloroh Mbak Linda seraya menaburi sepiring nasi soto yang sudah tertata, dengan irisan bawang goreng.Semua yang baru diucapkan oleh Mbak Linda itu, memang benar adanya. Menikah selama tiga tahun dengan Mas Rama, sepertinya tak pernah membuat hati Mbak Linda puas, karena mereka selalu hidup kekurangan, dan hanya tinggal di pondok indah mertu

    Last Updated : 2022-08-04
  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Flashback 2

    Flashback 2"Dengar ucapan ibu, Nit. Jangan bawa dia masuk ke rumahmu, jika tak ingin menyesal dikemudian hari!" ucap Ibu tegas."Menyesal apaan sih, Bu? Aku nggak ngerti deh," sungutku lirih."Pokoknya, kamu harus mendengar ucapan ibu ini. Jangan bawa dia ke rumahmu, jika memang kamu ingin membiayainya, lebih baik kirimkan saja uangnya. Biar dia tetap tinggal bersama Linda, atau kalau tidak biarkan dia ngekost!" Ibu masih terus menatap tajam padaku."Tapi 'kan, dengan kedatangan Lisa, aku jadi punya teman gitu. Mas Budi 'kan sering keluar kota, kadang bisa sampai berminggu-minggu loh. Dia juga nanti pasti mau bantu-bantu aku nyelesaiin pekerjaan rumah, Bu," gerutuku karena menurutku, keputusan mengajak Lisa adalah benar."Kamu itu kalau dibilangin ibu nggak pernah mau dengar. Pokoknya, jangan pernah masukkan ular ke rumah kita, jika nanti tak ingin di gigit. Percaya pada Ibu, Nit. Ibu nggak ingin kamu menyesal nantinya. Jika kamu memang benar ingin menolong, lebih baik kirim ajaa uan

    Last Updated : 2022-08-04
  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Flashback 3

    Flashback 3"Mas...mulai besok Lisa akan tinggal di rumah kita," ucapku saat kami dalam perjalanan pulang.Aku dari tadi, memang belum memberitahu Mas Budi tentang rencana mengajak Lisa itu. Karena kupikir, suamiku itu pasti tak akan menolak apapun keinginannku, toh rumah itu juga sudah atas namaku."Loh...kok tiba-tiba banget sih, Dek?" Mas Budi menoleh kepadaku, seakan dia tak suka dengan perkataanku barusan."Ya memang semua serba mendadak, Mas. Mbak Linda juga baru bilang pas acara kirim doa tadi, kalau dia tak lagi kuat membiayai kuliahnya Lisa. Dulu kan memang yang membiayai semuanya Bude Tutik, jadi kini saat beliau meninggal, tak ada lagi biaya untuk Lisa," ucapku sembari menoleh kepadanya.Sesaat suamiku itu hanya terdiam tanpa komentar, pandangan matanya lurus ke depan, sepertinya dia sedang berpikir, sembari memilin jenggotnya yang hanya seumprit itu."Memangnya kenapa sih, Mas? Kamu nggak suka jika sepupuku itu ikut tinggal bersama kita?" tanyaku lirih sambil terus menghad

    Last Updated : 2022-08-04

Latest chapter

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 38

    Bab 38Setelah Lisa dirawat beberapa hari di rumah sakit, gadis itu pada akhirnya diperbolehkan untuk pulang oleh dokter. Namun dengan satu syarat bahwa dia harus menjalani perawatan rutin ke rumah sakit.Mereka semua kini telah sampai di rumah dan Lisa dirawat di rumah Retno. Apalagi tak ada satupun orang yang mau merawatnya sama sekali. Hanya Nita dan ibunya saja yang bersedia."Lisa, kalau nanti kamu butuh sesuatu panggil saja Mbak atau Bibi."Wanita muda itu tampak menganggukkan kepalanya perlahan dan membiarkan sesosok perempuan yang baru saja bicara padanya itu menutup pintu kamar.Setelah Nita memastikan keadaan sepupunya itu baik-baik saja dan merasa nyaman di dalam kamar. Dia memutuskan untuk kembali dan menemui ibunya. Apalagi saat ini ada tamu tak diundang yang terus saja mengikutinya.Pandangan kita mengarah tajam ke arah ruang tamu. Ada Dimasta yang tengah asik mengobrol dengan Bu Dewi.Perlahan wanita itu mendekat namun tatapan tajamnya tak kunjung menghilang sama sekali

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 37

    Bab 37Nita datang kembali ke rumah sakit untuk bergantian menjaga Lisa. Pagi tadi ibunya telah pulang lebih dulu ke rumah.Setelah sampai di rumah sakit wanita itu segera pergi ke ruang rawat sepupunya. Saat membuka pintu ruang rawat Lisa, gadis itu terlihat termenung seolah telah mendapatkan begitu banyak kehancuran di dalam hidupnya.Nita menghela nafas perlahan sambil meletakkan barang bawaannya. Dia lantas menarik kursi dan duduk tepat di samping ranjang Lisa."Gimana keadaan kamu, Lis? Udah lebih membaik?"Lisa melirik sekilas tapi sayangnya gadis itu tak mengatakan apapun. Bahkan bibirnya kini terlihat semakin pucat dengan raut wajah yang tak memiliki semangat sedikitpun untuk melanjutkan hidup."Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan untuk minta sama Mbak dan Bibi, ya?"Lisa terkekeh pelan. Tiba-tiba saja gadis itu merasakan kengerian di dalam dirinya karena kini justru dirawat oleh orang-orang yang sempat dia sakiti."Mbak, kamu nggak perlu bersikap baik padaku.""Kenapa? Ap

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 36

    Dada Lisa terasa semakin bergemuruh. Saat ini dia memang masih belum yakin kalau kakaknya telah meninggal. Tapi satu hal yang pasti, Mbak Linda tak mungkin meninggalkannya sendirian di rumah sakit apalagi sampai membiarkan dirinya berada di tangan Nita dan Bu Dewi.Tangisan Lisa kembali pecah dan dia tak bisa membendungnya lagi. Seberapa banyak dia mencoba untuk tak lagi menangis tetap saja rasanya sulit karena dirinya frustasi.Saat ini dia telah lumpuh dan Mbak Linda juga sudah meninggal. Lisa hanya bisa meratapi tangisnya. Nita tiba-tiba memeluknya, Lisa awalnya mencoba untuk berontak tapi nyatanya dia tak bisa menggerakkan tubuh sama sekali.Alhasil dia menangis dipelukan Nita, wanita yang sangat dibencinya.Di luar ruangan, Bu Dewi dan Dimasta terlihat tersenyum melihat pemandangan yang cukup mengejutkan. "Syukurlah, sepertinya semuanya kan baik-baik saja.""Iya, Bu. Dimas harap juga gitu," cicit Dimasta.Bu Dewi sejujurnya karena pria muda itu putrinya. Bukan satu dua kali saja

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 35

    "Aku lumpuh, 'kan? Kenapa Bibi nggak jujur padaku?!"Tangis Lisa kembali pecah ketika wanita itu sadar keadaannya memprihatinkan. Hidupnya benar-benar hancur karena dia bahkan tak bisa lagi menggerakkan tubuhnya."Dimana Mbak Linda? Kalian berbuat apa sama Mbak Linda?!"Satu-satunya hal yang ingin diketahui oleh Lisa hanyalah keadaan kakaknya. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh wanita muda itu, Linda kini telah meninggal dunia.Bibir Bu Retno rasanya begitu berat untuk terbuka. Bagaimana caranya dia bisa menjelaskan tentang keadaan yang telah terjadi?Sebelum dia berhasil membuka suara, pintu ruangan kembali terbuka dan menampakan sosok Nita. Wanita itu bahkan datang dengan seorang pria yang tak lain adalah Dimasta."Nita? Kenapa kamu balik lagi, Nduk?"Nita menghela napas berat. "Gimana mungkin aku tetap berada di rumah, Bu? Biar aku saja yang bicara sama Lisa."Bu Dewi tampak mengangguk pelan. Sedangkan Nita kini berjalan mendekati sepupunya yang masih menangis di atas ranjang

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 34

    Lisa tampak mengerjapkan matanya beberapa kali. Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita dari kejauhan yang cukup samar."Lisa ... kamu udah bangun, Nduk?"Lisa memperjelas penglihatannya secara perlahan-lahan dan saat itulah matanya kembali membulat dengan sempurna ketika melihat sosok Bu Dewi."Bibi? Kenapa Bibi ada disini?!"Bukannya merasa senang, Lisa justru makin merasa kesal karena dia ingin sekali bertemu dengan Linda.Lisa juga merasa takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya karena Lisa hanya percaya pada Linda.Bu Dewi tampak terkejut ketika mendapatkan sikap kasar Lisa. Tapi wanita paruh baya itu tahu kalau keponakannya saat ini tengah dalam keadaan yang buruk."Lisa tenang dulu, ya? Bibi panggilkan dokter," ujarnya.Lisa hanya diam. Wanita itu memilih untuk memalingkan wajahnya. Tapi setelah pintu tertutup, Lisa kembali berpikir untuk mencari cara agar bisa menyelamatkan dirinya.Wanita muda itu kembali mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Tapi sekali lagi dia dikejut

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 33

    Bab 33Bu Dewi terlihat tergopoh-gopoh menghampiri anaknya. Nita masih duduk tepat di depan ruangan Lisa. Namun wanita itu segan untuk masuk kembali karena takut jika sepupunya akan marah. Walaupun Lisa kini sudah ditenangkan, Nita masih saja merasa bersalah."Nita," panggil Bu Dewi.Nita menoleh, seketika pula dia beranjak dan memeluk erat tubuh ibunya. Sudah cukup baginya untuk pura-pura kuat, Nita tak tahan lagi.Bu Dewi segera mengelus pelan pundak anaknya. Dia tahu kalau anaknya memang sering kali menyalahkan diri sendiri atas segala hal yang terjadi."Sudah, Nita ... Sudah! Mau sampai kapan kamu nangis seperti ini?"Nita mengusap sudut matanya. Ucapan Bu Dewi barusan benar. Dia memang tak pantas menangis terus. Tapi nyatanya dia ketakutan saat ini.Nita segera melepas pelukan. Ditatapnya lekat sosok sang ibu dengan sudut mata yang berair."Gimana kondisi Lisa?""Dia kayaknya masih tidur, Bu. Mungkin dua jam lagi sadar," ujar Nita.Bu Dewi menghela napas berat. "Kamu pulang aja

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 32

    Bab 32Nita menganggukkan kepalanya perlahan. "Baik, Dok. Tapi apakah adik sepupu saya itu baik-baik saja?"Dokter tampak menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis seolah mencoba untuk memberikan kode pada Nita, agar dia tetap bersikap tenang."Pasca sadar dari koma memang seringkali membuat pasien merasa terkejut. Ini merupakan hal yang wajar jadi anda tak perlu khawatir."Setelah Nita mendapat penjelasan dari dokter, perasaannya jauh lebih tenang.Kini dokter dan beberapa perawat terlalu pergi meninggalkan Nita. Walaupun keadaan sudah jauh lebih tenang, Nita tetap memilih berada di luar ruangan Lisa.Dia masih merasa takut dan juga shock karena keponakannya itu terus saja mengumpatnya.Tiba-tiba suara ponselnya berdering. Nita lantas meraihnya dan menatap layar ponsel yang menyala serta memperlihatkan adanya panggilan masuk dari ibunya."Halo, Bu?""Nit? Kenapa suara kamu kedengaran bergetar. Ada apa?"Nita menggigit bibir bawahnya karena dia tak bisa menyembunyikan peras

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 31

    Bab 31Nita menangis tersedu-sedu di dalam pelukan seorang pria yang tiba-tiba datang. Sesekali Nita merasakan kepalanya dielus perlahan dan suara seorang pria mulai masuk ke dalam gendang telinganya."Sudah, Nit. Menangislah jika itu semua bisa membuatmu menjadi lebih tenang," lirih pria itu lagi.Di dalam keadaan yang kini begitu ricuh, Nita merasakan kehangatan dan entah mengapa rasanya dia tak bisa menolak walaupun sebenarnya merasa enggan.Entah siapa pria yang tengah memeluknya sekarang. Tapi Nita merasa bersyukur karena dia bisa jauh lebih tenang. Suara Lisa dan teriakan yang terus memaki-maki kini mulai mereda. Begitu juga dengan kekhawatirannya dan juga tangisan yang sejak tadi terus saja membasahi pipi.Perlahan, Nita mulai sadar dan wanita itu mencoba untuk keluar dari pelukan. Tapi tiba-tiba pria itu mencegahnya dan semakin menerapkan pelukannya."Jangan melepaskannya karena terpaksa, Nita. Aku tahu kalau kamu sekarang butuh sandaran."Lagi, Nita dibuat bingung oleh sosok

  • Karena Dendam Suamiku Direbut   Bab 30

    Bab 30"Aku nggak menyukaimu, Dimasta."Mata Dimasta terlihat membulat dengan sempurna setelah mendengar penuturan Nita. Pria itu berhenti berbicara dan mulai memikirkan tentang arti dari perkataan wanita yang berada tepat di sampingnya."Kamu sudah dengar jawabannya, 'kan? Mulai sekarang jangan ganggu aku lagi, Dim. Kamu hanya akan terluka jika terus memaksa untuk mendekat."Nita menegaskan lagi maksud dari ucapannya barusan. Lagi pula dia tak berbohong sama sekali karena sampai saat ini masih belum memiliki yang sedikitpun untuk membuka hati.Dimasta perlahan mulai mendongakkan kepala dan menatap lekat manik mata milik Nita."Aku tahu soal ini, Nit. Tapi aku yakin bahwa suatu hari nanti hatimu pasti akan terbuka," lirihnya.Cukup sudah! Nita bahkan tak nafsu makan. Perkataan Dimasta membuatnya merasa cukup muak."Kamu sangat menyebalkan!" desisnya sambil beranjak dari tempat duduk dan beralih mendekat ke arah kasir. Nita segera membayar pesanannya. Setelah itu dia berbalik hendak

DMCA.com Protection Status