Share

Pilihan

Author: Silviherma98
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seorang pemuda lengkap dengan seragam biru lautnya tenga berbenah bersiap untuk berangkat pendidikan seperti biasanya. baru kemarin dirinya merubah status lajang menjadi seorang suami. Berbicara mengenai suami, dirinya sudah menyandang gelar tersbut diusianya ke 18 tahun kurang dua bulan lagi 19 tahun.

“Papa boleh masuk?” Aksa mengangguk kemudian melanjutkan kegiatannya merapikan rambutnya agar lebih klimis.

“Kau menyesal?”Dengan senyum sekilas, Aksa memasukkan buku yang kemarin malam sudah ia persiapkan untuk keberangkatannya hari ini.

“Menyesal? Tidak, memangnya apa yang harus Aksa sesali?” tanya Aksa dengan senyum yang tidak usai.

“Yah karena harus melepas masa bujangmu diusia muda seperti ini?”

“Tidak, Aksa tidak menyesal sama sekali.”

“Kau bisa mundur nak, papa tidak mau membuat kau berada dalam masalah.”

“Tidak ada yang menjadi masalah pa.” Aksa menjeda ucapannya sejenak, “Aksa kira pembicaraan ini sudah final tadi malam, Aksa terima. Pernikahan ini terjadi juga atas kehendak Aksa, tidak ada pemaksaan sama sekali.”

“Aksa hanya minta untuk tidak mengungkit pernikahan ini pada siapapun hingga sekolah Aksa selesai, sekolah dinas ini impian Aksa pa, papa yang menjadi saksi perjuangan Aksa sampai di titik ini, begitu juga dengan Nay, bagi Aksa Nay adalah anugrah yang datang tepat pada waktunya. Aksa titip istri Aksa sementara waktu.”

***

Pagi ini Nay terlelap nyaman dengan guling empuknya, bahkan terasa lebih hangat dari biasanya benar-benar nyaman terlebih gulingnya ini beraroma beraroma maskulin?

Tak

Auhhh

Tanpa belas kasih Nay menerjang Aksa ke depan yang membuat laki-laki itu terjungkang mencumbu lantai.

“Ngapain kau dikamarku haa?” tanya Nay menyilangkan kedua tangnnya di dada.

“Kamu yang kenapa? tiba-tiba menendang aku sampai jatuh ke lantai.” Nay lupa, ia benar-benar lupa kalau tadi malam di datangi seorang pemuda yang mengaku menjadi suami gantungnya, sial.

“Kenapa kau bisa di kamarku?” tanya Nay dengan tangan yang masih ditempatnya bahkan selimut tebalnya sudah melilit seluruh tubuhnya yang hanya mengenakan gaun tidur berdada rendah. Ia ingat, tadi malam sudah memastikan pintu kamarnya terkunci, sesekali perempuan itu mengusap wajahnya meraba apakan ada titik iler atau tai mata yang melekat di sana.

“Lalu menurutmu aku tidur dimana selain di kamarmu?” tandas Aksa berdiri menuju kamar mandi sambil menyantuh bokongnya yang terasa perih.

“Kau mau kemana?” tanya Nay panik saat laki-laki itu berjalan menuju kamar mandi di kamarnya.

“Kamar mandi, memangnya kenapa?”

“Jangan!” hentak Nay meraih tangan Aksa saat hendak meraih kenop pintu.

“Kenapa?”

“Pokonya jangan, awas aja kalau kau berani heyy”

“Tenanglah jangan membuat orang berfikiran aku memperkosamu, kalau mengenai dalaman pink yang kau takutkan aku sudah melihatnya dua kali tadi malam.”

Blam

Tanpa memberdulikan ponselnya tidak berfungsi lagi Nay melemparnya menuju kamar madi tersebut.

“Nyebeliiiinnn” teriak Nay tenggelam dalama selimutnya.

****

Suasana sarapan kali ini terasa lebih ramai dari biasanya, bahkan tidak ada yang menyinggung bagaiamana bom meledak di kamar sang putri ataupun raut masam dari Nay. Sementara Aksa laki-laki itu sudah berangkat pagi-pagi sekali karena jarak tempatnya bekerja dengan rumah Nay lumayan memakan waktu.

“Kamu gak mau makan sarapan kamu Nay, emangnya kamu gak ada kuliah pagi?” tanya Rani mencoba menyadarkan sang putri dari lamunannya.

Nay bersukur setidaknya tidak ada yang mengungkit kejadian barusan, ia bisa bernafas lega setidaknya untuk waktu yang tidak bisa diprediksi entah kapan.

“Nay, motor kamu masih dibengkel kan? kamu berangkat sama ayah aja.”

Nay hanya mengangguk pasrah, ingin rasanya ia memilih untuk pergi bersama temannya seperti teman-temannya yang lain tapi tentu saja itu hanya mimpi untuknya.

“Semangat dong kak, masa iya baru jumpa suami lesu gitu.”

“Ayah!”

“Papah!”

Teriak Nay dan Rani bersamaan, entah kesambet apa ayahnya tiba-tiba mengolok-olok putrinya.

Esha hanya terkekeh ringan mengacak rambut Nay pelan. Sebelum beralih pada perut Rani, seperti biasa laki-laki itu selalu membiasakan bercengkrama dengan anak yang berada dalam kandungan Rani sebelum berangkat kerja. Seperti sudah menjadi rutinitas Nay hanya melanjutkan menyantap sarapannya tanpa terganggu seperti biasanya.

***

“Tapi menurut aku bagusnya kita menggunakan tanda tanya diakhirnya agar lebih menarik.”

“Bukannya itu malah membuat ambigu?”

“Yah, tujuannya memang itu agar mereka tertarik untuk ikut menonton, karena pertanyaan ambigu ini.”

“Oke, kita pakai tanda tanya saja kalau gitu.” Nay tersenyum mengangguk.

“Berarti kita cetak spanduk, banner, sama nyebarin brosur untuk judul dan desainnya sudah fix yahh, gimana ketua?” tanya Nay pada presentasinya. Satu bulan lagi kampus mereka milad yang ke 25 tahun, Nay dan teman-temannya mendapat tugas membuat Pensi di siang hari menjelang sore dan malamnya akan ada bazar sekaligus penutupan dari rektor, berhubung Nay dalam tahap ‘dihukum sang ayah’ Nay tak berani mengambil job untuk malam hari, ini saja ia harus membawa teman-temannya agar diberi izin untuk pulang terlambat karena rapat untuk Pensi yang sedang ia dan teamnya tangani.

“Nyebar brosur sama banner aku aja, aku sekalian bantu Azka nyebar tiket konser,” tawar Nay mengambil bagian.

“Huu bilang aja mau curi-curi waktu biar bisa jalan sama si doi kan?”

“ Kok kamu pintar sihh? Eh guys aku duluan yah, si DOI udah nyampai noh” ucap Nay melihat sosok Azka yang sudah menunggu dirinya diambang pintu sekretariat.

“Tiati yah Nay, salam sama si doi.”Dengan mengedipkan sebelah matanya Dewi mengatakan hal itu pada Naysila, karena hanya Dewi lah yang tahu hubungan Nay dan Azka sebenarnya.

“Ka, kamu dapet salam dari Dewi,” teriak Nay membereskan tasnya.

“Salam balik bilang dari aku.”

“Tuh disalamin balik.”

“Ka, ntar malem sama aku yah. Staycation aja kita,” canda Dewi yang mendapat delikan tajam dari Nay karena Azka yang meresponnya dengan mengedipkan sebelah mata pada Dewi.

“Gak usah ngambek dong cantik kamu tetap yang nomer satu dihatiku.”

“Serius?” tanya Nay menyipitkan matanya seolah tidak mempercayai ucapan Azka.

“iya dong, kamu nomor satu nomor dua si....”

Akh

“Sakit sayang, kejam banget sih, cuma kamu yang ada di hatiku,” keluh Azka meraba perutnya yang mendapat serangan tiba-tiba dari Nay.

Bukannya tersipu malu Nay malah memukul dada Azka kemudian berlalu begitu saja

“Loh kok, sayang kamu mau kemana? Aku bercanda saja tadi?”

“Memang yang marah siapa? Aku juga bercanda marahnya weee.”

“Ooo kamu sudah berani yahh jangan lari, awas kamu kalau sampai ketangkap,” teriak Azka berlari mengejar Nay.

___

“Capek?” tanya Azka menghampiri Nay yang sedang berteduh dibawah pohon ketapang yang sedikit menyelamatkan dirinya dari teriknya panas matahari, meski hari sudah beranjak sore tapi sengatan matahari tak menurunkan esensinya sebagai penyedia sumber energi panas di bumi.

“Lumayan, brosurnya tinggal dikit sih, nanti temanin aku lagi ngambil Banner yah, setelah itu kita makan aku lapar”

“Memangnya kapan kamu kenyang Nay, pipi kamu sudah seperti bapau, apa lagi sekarang seperti bapau isian tomat merah” ujar Azka menyubit pipi Nay pelan.

“Jangan pegang, muka aku lagi sensitif.”

“Iya seperti orangnya.”

“Apaan sih, gak jelas kamu Ka.” Saat itu pandangan Nay tertuju pada sosok laki-laki jangkung tengah berjalan kearah dirinya, siapa lagi kalau bukan Aksa, laki-laki yang mengaku sebagai suami gantungnya.

Saat itu juga jantung Nay seperti akan meledak, bagaimana bila Azka menanyakan siapa laki-laki itu. Ia yakin betul kalau laki-laki itu mengunjungi dirinya.

“Nay, kamu kenapa? Minum dulu Nay” titah Azka memberikan satu botol air mineral

“Nay” panggil seseorang yang sedari tadi sudah mengemati dua sejoli itu dari tadi.

“Anda siapa?”

“Saya kenalannya Nay.”

“Oh itu dia... dia sepupu dari mama Rani, kenalin sayang dia Aksa, Sa kenalin pacar aku Azka.” Nay menyungginggkan senyum miringnya, seolah mempastikan kalau dirinya bukan milik laki-laki itu.

“Ibu tiri kamu itu?” Nay mengangguk cepat, ia tak mungkin bercerita kalau laki-laki itu sepupu dari kedua orang tua kandungnya, karena ayah dan bundanya merupakan anak tunggal.

“Azka.”

“Aksa.”

Nay berusaha tetap tersenyum pada Aksa yang menatapnya aneh, karena tidak pernah sekalipun ia mau mengakui Azka sebagai pacarnya, tapi pada Aksa, mulut Nay bergitu lancar mengatakan kalau Azka adalah pacarnya.

“Tadi ayah nelepon aku minta aku jemput kamu, kamu sudah tidak ada jadwalkan?”

“Dia pulang bersama ku, kau tenang saja.”

“Sayangnya ayahnya memeprcayai anaknya denganku, cepatlah!”

“Aku pulang bersama Azka, kau pulang saja sendiri.”

“Baik lah kalau begitu aku akan menghubungi om Esha, mengatakan kalau putrinya lebih memilih pulang bersama kekasihnya dari pada orang yang ia percayakan untuk menjemput anak gadisnya. Hmm aku jadi penasaran bagaimana nantinya.”

Nay dibuat semakin panas dingin menahan kesal, tentu ia tak mau kalau laki-laki itu mengatakan hal yang sebenarnya pada sang ayah.

“Oke aku pulang sama kau, Ka sori tapi aku gak mau berantem sama ayah, maaf yah.”

Azka memaksakan dirinya untuk tersenyum ,“Dia bisa dipercayakan?” Yang hanya mendapat anggukan dari Nay.

“Yah sudah, aku tidak masalah.”

“Tapi ka kamu beneran gak marah kan?”

“Gak apa sayang aku juga mau siap-siap untuk konser malam ini, kalau bisa temui aku malam ini,” bisik Azka yang masih bisa didengar oleh Aksa.

***

“Ini bukan jalan ke rumah, kau mau bawa aku kemana?” tanya Nay setengah malas.

“Sudah hampir malam kita mampir dulu untuk mengisi perut.” Tak ada penolakan dari Nay perempuan itu hanya diam saja karena sebenarnya pun ia juga kelaparan dari tadi.

“Turun.” Titah Aksa. Entah sejak kapan dirinya tertidur di dalam mobil Aksa?

“Sabar dong masih ngantuk juga.” Tak ada jawaban dari laki-laki itu, bahkan Aksa memilih berjalan lebih dulu meninggalkan dirinya yang masih berbenah merapikan penampilannya.

“Dih main tinggal, apaan coba begitu? Nyebelin sumpah!” Gerutu Nay mengikuti Aksa yang tidak menunggu dirinya barang sebentarpun.

“Pak, boleh minta sedekanya saya belum makan.”

“Maaf yah saya sedang buru-buru.”

“Dasar.” Gumam Nay ngedumel melihat kelakuan laki-laki tersebut pada salah satu pengemis yang sedang duduk tidak jauh dari restoran yang akan mereka masuki..

“Untuk makan yah.” Ucap Nay memberikan bebrapa lembar duit dari sakunya.

“Maafin laki-laki barusan yah, dia memang kaku kaya sapu lidi.” Ucap Nay tersenyum, setelah itu menyusul Aksa yang lebih dulu masuk kedalam restoran.

“Kenapa?” tanya Aksa melihat raut merendahkan dari sang istri.

“Heran aja, katanya udah mapan ngasih orang yang membutuhkan aja pelitnya luar biasa, mendingan Azka kemana-mana, walalupun pemasukaannya tidak besar dia tidak pernah pelit dan berlaku kasar seperti tadi,” hardik Nay merasa di atas angin bisa memberi perbandingan tanpa harus memuji Azka berlebihan.

“Sudah? Kalau gitu nikmati makanan mu setelah itu aku antar pulang, aku harus kembali ke lokasi.” Nay hanya menghembuskan nafas kasar kemudian menyantap makanan yang sudah siap entah kapan datangnya.

Makan malam pertama mereka berdua hanya diselimuti keheningan, sikap tenang Aksa makin menambah daftar muak Nay, laki-laki itu benar-benar bukan tipenya, lagian mana ada makan malam pertama hanya di isi keheningan bahkan sampai selesai? Kaku banget memang tuh laki.

“Terima kasih,” ucap Aksa pada pelayan yang membawakan bill mereka.

“Makanan untuk pengemis sudah dimasukkan dalam billnya juga pak”

“Iya ga papa.”

“Sudah? Cepatlah aku sedang terburu-buru.” Nay yang tadinya menunduk, mendongak seketika. Kenapa jadi begini? Apa ia telah melewati sesuatu?

“I...iya” lagi-lagi Nay mendesah tapi kali ini berbeda. Dan kembali berjalan dibelakang Aksa dengan perasaan tak menentu, antara malu, bodoh, dan tak enak, Nay tak mengerti kenapa ia bisa seperti itu.

“Sudah sampai, maaf aku tidak bisa mampir sampaikan salamku pada mama dan ayah sekaligus maafku karena tidak bisa mampir aku benar-benar sudah ditunggu.” Cukup lama Nay terdiam dan tidak tau harus melakukan apa.

“Ma...af,” cicit Nay pada akhirnya.

“kenapa?”

“Aku minta maaf sudah berbicara seperti tadi.” Dengan setengah meremas rok putih yang Nay kenakan, namun tetap mempertahakan mimik mukanya sebiasa mungkin.

“Ooh yang tadi, wajar kamu beranggapan seperti itu, karena memang sikapku pada mereka rawan anggapan sombong oleh siapapun, lagi pula aku tidak sepelit itu Nay. Dan menurut aku mereka masih sangat muda untuk pekerjaan seperti itu, mereka anak muda yang seharusnya berkarya. Dan aku lebih suka berbagi makan tanpa mereka tau siapa yang memberinya, karena dengan perut terisi otak akan berproses, dari pada memberi uang yang aku takutkan mereka menggunakan untuk hal yang tidak baik. maaf bukan aku tidak mau melayani kamu istriku tapi aku benar-benar sudah ditunggu orang.” Nay memutar bola matanya kesal, kemudia turun dari mobil yang entah milik laki-laki itu atau siapapun, Nay tak perduli.

“Salam sama ayah mama, sampaikan maafku tidak bisa berbincang barang sebentar.”

“sudahlah lebih baik kau pergi saja, bila perlu tidak usah datang lagi.”

“Satu lagi malam ini di rumah saja jangan datang ke konser itu.” Nay tak perduli ia justru masuk kedalam rumahnya. Padahal ia tadi berniat untuk menunggu laki-laki itu terlebih dahulu.

Related chapters

  • Kamulah Takdirku   Kelepasan

    Malam ini terasa begitu menguntungkan untuk Nay, ayahnya sedang tugas luar kota, mamanya pasti sudah terlelap. Hamil tua membuat mamanya menjadi lebih sering mengantuk sehingga jam 8 malam mamanya pasti sudah terlelap. Hal itu tak ia sia-siakan untuk keluar rumah, pasalnya ia sudah sangat rindu bersama teman-temannya.“Apaan?” ucap Nay berbisik pada panggilan ponselnya.“....”“Iya sebentar aku sedang... mama,” sentak Nay melihat Rani duduk di ruang tengah seolah memang menanti dirinya.“Sudah malam, kamu mau kemana Nay?”“Ma, sekali ini aja Nay keluar malam. ”“Nay.”“Ma, Nay janji ini yang terakhir kalinya, mama bisa pegang janji Nay kali ini.”“Tapi ayah?”“Nay janji pulang sebelum jam 11, ayolah ma jam segitu belum terlalu malam,” pinta Nay tak pantang menyerah.“Yah sudah jam 11 malam sudah harus di rumah lewat dari itu mama tidak akan bisa membantu lebih, kalau nantinya ayah bakal ngamuk sama kamu, bagaimana?”“Oke Nay janji. Terima kasih ma”Rani menghela napas dengan berat, e

  • Kamulah Takdirku   Salah tingkah

    Bukh“Azka sudah” teriak Nay karena lagi-lagi Azka memukul suaminya.Nay tidak bermaksud membela siapapun, karena menurutnya sama-sama keterlaluan, Aksa dengan sok berkuasanya dan Nay tidak pernah menyukai kekerasan, dan ini kali pertama melihat Aksa kelepasan seperti ini.“kamu kenapa?” tanya Nay bersimbah air mata“Nay maaf ... ” Nay mundur ia takut pada Azka yang seperti kesetanan tadi.“Tangan kamu luka kamu obatin yah, aku pulang dulu.” ucap Nay setengah ketakutan“Nay,” panggil Azka pelan.“Kita bicara besok saja, aku pulang dulu.”Nay benar-benar keluar dari base camp mereka berjalan kaki entah kemana, melihat Azka membabi buta membuatnya ketakutan dan ia enggan bersama Azka.“Pulang sama aku.” Usai menatap semua teman-teman Nay Aksa beringsut keluar mencari Nay yang lebih dulu keluar. “Aku bisa pulang sendiri.” tolak Nay.“Mama masuk rumah sakit” Nay menoleh seketika memastikan apa yang ia dengar barusan.“mama khawatir menunggu kamu yang belum pulang, kamu janji pulang jam

  • Kamulah Takdirku   Naysila Candramaya

    Naysila Candramaya putri dari Esha Prayoga. Seorang General manager salah satu bank swasta yang ada di Indonesia. Meski begitu semenjak duduk di bangku SMP Nay sudah memiliki bakat berbisnis, mulai dari menjadi reseller aksesoris salah satu brand lokal hingga kerja sama dengan teman-temannya menciptakan brand mereka sendiri, kata sang nenek Nay menuruni bakat bundanya yang sangat jeli dan lihai dalam berbisnis.Sejak kecil Ia tidak pernah mengenal sosok ibu, karena bundanya meninggal saat berjuang mati-matian melahirkan dirinya, hingga usianya 14 tahun ayahnya kembali menikah dengan teman masa SMA sang ayah, bisa dibilang cinta pertama beliau, Naysila tak mempermasalahkan hal itu karena selama ini ia tinggal bersama nenek dan kakeknya tempat bundanya dibesarkan.Hanya sesekali ayahnya datang berkunjung, hingga nasib tak bisa ditolak menghampiri dirinya, kakek dan neneknya dipangil sang kuasa dan saat itu juga ayahnya memboyong dirinya ke ruma

  • Kamulah Takdirku   Suami?

    Ucapan Esha tak main-main seminggu sudah Nay dikurung dalam penjara yang dipenuhi kemewahan. Bahkan perkuliahannya dilakukan dari rumah secara virtual, dan itu benar-benar membosankan.“Kamu kurusan nak.” Mendengar itu Esha mendongakkan kepalanya memperhatikan wajah Nay yang memang lebih tirus dari sebelumnya namun memilih untuk tidak mengomentari apapun.“Nay diet,” jawab Nay pelan, nyaris tak terdengar.“Tapi kamu masih tetap perlu makan makanan yang bergizi apa lagi kamu sedang persiapan debat kan?”“Nay gak lapar,” jawab Nay memasang earphonenya agar mendengar materi dari dosennya lebih jelas.“Yah sudah biarain saja, toh kalau dia lapar dia tau mencari dimana, aku pergi dulu,” ucap Esha menyudahi sarapannya mengecup kening Rani tak lupa mengusap pelan perut buncit sang istri kemudian berlalu pergi tanpa menyapa putri satunya lagi.Tak bisa dipungkiri ada se

Latest chapter

  • Kamulah Takdirku   Salah tingkah

    Bukh“Azka sudah” teriak Nay karena lagi-lagi Azka memukul suaminya.Nay tidak bermaksud membela siapapun, karena menurutnya sama-sama keterlaluan, Aksa dengan sok berkuasanya dan Nay tidak pernah menyukai kekerasan, dan ini kali pertama melihat Aksa kelepasan seperti ini.“kamu kenapa?” tanya Nay bersimbah air mata“Nay maaf ... ” Nay mundur ia takut pada Azka yang seperti kesetanan tadi.“Tangan kamu luka kamu obatin yah, aku pulang dulu.” ucap Nay setengah ketakutan“Nay,” panggil Azka pelan.“Kita bicara besok saja, aku pulang dulu.”Nay benar-benar keluar dari base camp mereka berjalan kaki entah kemana, melihat Azka membabi buta membuatnya ketakutan dan ia enggan bersama Azka.“Pulang sama aku.” Usai menatap semua teman-teman Nay Aksa beringsut keluar mencari Nay yang lebih dulu keluar. “Aku bisa pulang sendiri.” tolak Nay.“Mama masuk rumah sakit” Nay menoleh seketika memastikan apa yang ia dengar barusan.“mama khawatir menunggu kamu yang belum pulang, kamu janji pulang jam

  • Kamulah Takdirku   Kelepasan

    Malam ini terasa begitu menguntungkan untuk Nay, ayahnya sedang tugas luar kota, mamanya pasti sudah terlelap. Hamil tua membuat mamanya menjadi lebih sering mengantuk sehingga jam 8 malam mamanya pasti sudah terlelap. Hal itu tak ia sia-siakan untuk keluar rumah, pasalnya ia sudah sangat rindu bersama teman-temannya.“Apaan?” ucap Nay berbisik pada panggilan ponselnya.“....”“Iya sebentar aku sedang... mama,” sentak Nay melihat Rani duduk di ruang tengah seolah memang menanti dirinya.“Sudah malam, kamu mau kemana Nay?”“Ma, sekali ini aja Nay keluar malam. ”“Nay.”“Ma, Nay janji ini yang terakhir kalinya, mama bisa pegang janji Nay kali ini.”“Tapi ayah?”“Nay janji pulang sebelum jam 11, ayolah ma jam segitu belum terlalu malam,” pinta Nay tak pantang menyerah.“Yah sudah jam 11 malam sudah harus di rumah lewat dari itu mama tidak akan bisa membantu lebih, kalau nantinya ayah bakal ngamuk sama kamu, bagaimana?”“Oke Nay janji. Terima kasih ma”Rani menghela napas dengan berat, e

  • Kamulah Takdirku   Pilihan

    Seorang pemuda lengkap dengan seragam biru lautnya tenga berbenah bersiap untuk berangkat pendidikan seperti biasanya. baru kemarin dirinya merubah status lajang menjadi seorang suami. Berbicara mengenai suami, dirinya sudah menyandang gelar tersbut diusianya ke 18 tahun kurang dua bulan lagi 19 tahun. “Papa boleh masuk?” Aksa mengangguk kemudian melanjutkan kegiatannya merapikan rambutnya agar lebih klimis. “Kau menyesal?”Dengan senyum sekilas, Aksa memasukkan buku yang kemarin malam sudah ia persiapkan untuk keberangkatannya hari ini. “Menyesal? Tidak, memangnya apa yang harus Aksa sesali?” tanya Aksa dengan senyum yang tidak usai. “Yah karena harus melepas masa bujangmu diusia muda seperti ini?” “Tidak, Aksa tidak menyesal sama sekali.” “Kau bisa mundur nak, papa tidak mau membuat kau berada dalam masalah.” “Tidak ada yang menjadi masalah pa.” Aksa menjeda ucapannya sejenak, “Aksa kira pembicaraan ini sudah final tadi malam, Aksa terima. P

  • Kamulah Takdirku   Suami?

    Ucapan Esha tak main-main seminggu sudah Nay dikurung dalam penjara yang dipenuhi kemewahan. Bahkan perkuliahannya dilakukan dari rumah secara virtual, dan itu benar-benar membosankan.“Kamu kurusan nak.” Mendengar itu Esha mendongakkan kepalanya memperhatikan wajah Nay yang memang lebih tirus dari sebelumnya namun memilih untuk tidak mengomentari apapun.“Nay diet,” jawab Nay pelan, nyaris tak terdengar.“Tapi kamu masih tetap perlu makan makanan yang bergizi apa lagi kamu sedang persiapan debat kan?”“Nay gak lapar,” jawab Nay memasang earphonenya agar mendengar materi dari dosennya lebih jelas.“Yah sudah biarain saja, toh kalau dia lapar dia tau mencari dimana, aku pergi dulu,” ucap Esha menyudahi sarapannya mengecup kening Rani tak lupa mengusap pelan perut buncit sang istri kemudian berlalu pergi tanpa menyapa putri satunya lagi.Tak bisa dipungkiri ada se

  • Kamulah Takdirku   Naysila Candramaya

    Naysila Candramaya putri dari Esha Prayoga. Seorang General manager salah satu bank swasta yang ada di Indonesia. Meski begitu semenjak duduk di bangku SMP Nay sudah memiliki bakat berbisnis, mulai dari menjadi reseller aksesoris salah satu brand lokal hingga kerja sama dengan teman-temannya menciptakan brand mereka sendiri, kata sang nenek Nay menuruni bakat bundanya yang sangat jeli dan lihai dalam berbisnis.Sejak kecil Ia tidak pernah mengenal sosok ibu, karena bundanya meninggal saat berjuang mati-matian melahirkan dirinya, hingga usianya 14 tahun ayahnya kembali menikah dengan teman masa SMA sang ayah, bisa dibilang cinta pertama beliau, Naysila tak mempermasalahkan hal itu karena selama ini ia tinggal bersama nenek dan kakeknya tempat bundanya dibesarkan.Hanya sesekali ayahnya datang berkunjung, hingga nasib tak bisa ditolak menghampiri dirinya, kakek dan neneknya dipangil sang kuasa dan saat itu juga ayahnya memboyong dirinya ke ruma

DMCA.com Protection Status