Malam ini terasa begitu menguntungkan untuk Nay, ayahnya sedang tugas luar kota, mamanya pasti sudah terlelap. Hamil tua membuat mamanya menjadi lebih sering mengantuk sehingga jam 8 malam mamanya pasti sudah terlelap. Hal itu tak ia sia-siakan untuk keluar rumah, pasalnya ia sudah sangat rindu bersama teman-temannya.
“Apaan?” ucap Nay berbisik pada panggilan ponselnya.
“....”
“Iya sebentar aku sedang... mama,” sentak Nay melihat Rani duduk di ruang tengah seolah memang menanti dirinya.
“Sudah malam, kamu mau kemana Nay?”
“Ma, sekali ini aja Nay keluar malam. ”
“Nay.”
“Ma, Nay janji ini yang terakhir kalinya, mama bisa pegang janji Nay kali ini.”
“Tapi ayah?”
“Nay janji pulang sebelum jam 11, ayolah ma jam segitu belum terlalu malam,” pinta Nay tak pantang menyerah.
“Yah sudah jam 11 malam sudah harus di rumah lewat dari itu mama tidak akan bisa membantu lebih, kalau nantinya ayah bakal ngamuk sama kamu, bagaimana?”
“Oke Nay janji. Terima kasih ma”
Rani menghela napas dengan berat, entah pilihannya kali ini benar atau salah. Ia hanya tak mau anak itu terlalu larut dengan beban yang menimpanya, tapi mengabaikan perintah suaminya apa itu juga bisa dibenarkan?
Nay benar-benar menikmati konsernya malam ini, tak ada rasa was-was yang selama ini ia rasakan.
“Kamu selalu hebat,” puji Nay pada Azka yang sedang beristirahat di back stage mereka.
“Terima kasih kamu sudah mampir, aku pikir kamu tidak datang lagi.”
“Datang dong, lagian aku udah kangen tau seru-seruan bareng yang lain, mumpung ayah di luar kota.”
“tunggu sepuluh menit lagi yah setelah itu kita nongkrong tempat biasa.” Nay mengangguk duduk di tempatnya.
“Hmm Nay, kalau aku minta kamu temani aku di atas panggung apa kamu keberatan?”
Tak ada respon berarti dari Nay, pasalnya ia benar-benar merahasiakan hubungannya dengan Azka dari siapapun kecuali teman kampus yang ia percaya saja.
“yah sudah kalau gitu tunggu aku di sini.”
“Ka,” cegat Nay sebelum Azka benar-benar pergi.
“Aku ikut.”
“Serius?”
“iya Ka demi kamu.”
Tanpa ragu Azka memeluk erat Nay kemudian menuntunnya untuk keatas panggung dengan senyum yang tidak bisa untuk laki-laki itu tahan sedikitpun.
Sekembalinya Azka keatas panggung mendapat siulan, tepukan bahkan mereka menggoda keduanya, Azka tak perduli laki-laki itu semakin gencar menunjukkan kedekatan mereka. Dan Nay pun tampak nyaman dengan hal itu.
“Yang selalu ngatain aku homo sekarang tidak terbukti karena ada bidadari cantik yang di samping aku dan lagu terakhir ini aku persembahkan untuk perempuan tercantik yang ada di manapun berada” ujar Azka menatap Nay dengan tatapan memuja.
Suasana malam yang sedikit gerimis itu tak mengurai semangat muda-mudi itu untuk terus bernyanyi mengikuti irama lagu, penonton band Azka tak seramai para mega bintang, namun cukup untuk menutupi bulanan ia dan teman-temannya yang sama-sama tengah berjuang menapaki karir demi masa depan yang cerah.
Nay sendiri merasa begitu bahagia, ia merasa menjadi perempuan yang sangat disayangi dengan pengakuan Azka dihadapan semua orang.
“Sukses,” pimpin Azka mengangkat slokinya tinggi-tinggi.
“Sukses,” jawab teman-temannya meniru Azka.
Nay ikut bertepuk tangan acara malam ini benar-benar sukses, bahkan diluar perkiraan mereka semua.
Kehadiran Nay ternyata benar-benar berpengaruh besar terutama pada mood Azka dan malam ini tentunya.
“Malam ini kalian semua keren.” Nay mengacuhkan kedua jari jempolnya pada semuanya
“Kalau begitu kamu cicipin juga dong” todong Dino drummer band Azka memberikan sloki yang entah berisi apa Nay tak tau.
Nay menoleh sekilas pada Azka seolah meminta persetujuan pacarnya itu.
“Ayolah Ka satu teguk saja Nay tidak akan tumbang”
Azka mengangguk ragu saat Nay akan meminum minuman tersebut.
Tuk
Seseorang merebut minuman tersebut saat satu senti lagi sloki itu menyentuh bibir mungil Nay.
Dengan kilat emosi yang tampak masih tertahan Aksa membanting sloki tersebut tanpa memperduilikan tatapan terkejujt dari semua orang.
“Apa-apaan kamu Nay? lupa dengan pesanku tadi siang?” todong Aksa dengan wajah memerah.
“Kamu apa-apaan sih, ngapain pakai nyusul kesini?” bisik Nay dengan mata tak kalah membulat dari suaminya itu.
“Kita pulang” tandas Aksa menarik pergelangan tangan Nay.
“Kau siapa seenaknya menarik kekasih ku?”
Aksa menatap remeh pada pemuda yang mengaku kekasih dari istrinya tersebut
“kekasih macam apa yang mengizinkan melakukan hal diluar batas kewajaran seorang perempuan”
“Tapi kau tidak bisa seenaknya menarik paksa Nay, kau bukan siapa-siapanya”
“Benar begitu Nay aku tidak bisa seenaknya sama kamu?” tanya Aksa seolah menegaskan siapa dirinya untuk perempuan itu.
Nay menarik paksa tangannya memilih kembali duduk,ia benar-benar malu. Tentu Nay merasa malu diusianya yang berkepala dua masih harus mendapat kekangan yang menurutnya kekanak-kanakan, persetan dengan statusnya.
“Baiklah kalau begtiu jangan salahkan kalau om Esha sendiri yang turun tangan.” ancam Aksa yang tentu mendapat delikan kesal dari Nay dan juga emosi dari Azka, sementara teman-temannya yang lain hanya menonton tak ingin tersangkut dengan permasalahan mereka karena Aksa membawa-bawa Esha kedalam pembicaraan ini.
Bukh.
“Azka!”
Teriak semua orang tak terkecuali Nay yang menutup mulutnya ketakutan.
“Apa kau sepengecut itu selalu mengancam dengan membawa-bawa papa Nay kedalam permasalahan kita?” maki Azka memegang kerah Aksa.
Aksa hanya terkekeh menggerakkan mulutnya yang terasa kaku.
“Kenapa kau hanya diam pengecut?”
“Apa begini caramu hidup hee tidak senang pukul begitu? Begini kekasih yang kamu banggakan Nay?” Bukannya membalas Aksa malah semakin menantang emosi lawan bicaranya.
Bukh“Azka sudah” teriak Nay karena lagi-lagi Azka memukul suaminya.Nay tidak bermaksud membela siapapun, karena menurutnya sama-sama keterlaluan, Aksa dengan sok berkuasanya dan Nay tidak pernah menyukai kekerasan, dan ini kali pertama melihat Aksa kelepasan seperti ini.“kamu kenapa?” tanya Nay bersimbah air mata“Nay maaf ... ” Nay mundur ia takut pada Azka yang seperti kesetanan tadi.“Tangan kamu luka kamu obatin yah, aku pulang dulu.” ucap Nay setengah ketakutan“Nay,” panggil Azka pelan.“Kita bicara besok saja, aku pulang dulu.”Nay benar-benar keluar dari base camp mereka berjalan kaki entah kemana, melihat Azka membabi buta membuatnya ketakutan dan ia enggan bersama Azka.“Pulang sama aku.” Usai menatap semua teman-teman Nay Aksa beringsut keluar mencari Nay yang lebih dulu keluar. “Aku bisa pulang sendiri.” tolak Nay.“Mama masuk rumah sakit” Nay menoleh seketika memastikan apa yang ia dengar barusan.“mama khawatir menunggu kamu yang belum pulang, kamu janji pulang jam
Naysila Candramaya putri dari Esha Prayoga. Seorang General manager salah satu bank swasta yang ada di Indonesia. Meski begitu semenjak duduk di bangku SMP Nay sudah memiliki bakat berbisnis, mulai dari menjadi reseller aksesoris salah satu brand lokal hingga kerja sama dengan teman-temannya menciptakan brand mereka sendiri, kata sang nenek Nay menuruni bakat bundanya yang sangat jeli dan lihai dalam berbisnis.Sejak kecil Ia tidak pernah mengenal sosok ibu, karena bundanya meninggal saat berjuang mati-matian melahirkan dirinya, hingga usianya 14 tahun ayahnya kembali menikah dengan teman masa SMA sang ayah, bisa dibilang cinta pertama beliau, Naysila tak mempermasalahkan hal itu karena selama ini ia tinggal bersama nenek dan kakeknya tempat bundanya dibesarkan.Hanya sesekali ayahnya datang berkunjung, hingga nasib tak bisa ditolak menghampiri dirinya, kakek dan neneknya dipangil sang kuasa dan saat itu juga ayahnya memboyong dirinya ke ruma
Ucapan Esha tak main-main seminggu sudah Nay dikurung dalam penjara yang dipenuhi kemewahan. Bahkan perkuliahannya dilakukan dari rumah secara virtual, dan itu benar-benar membosankan.“Kamu kurusan nak.” Mendengar itu Esha mendongakkan kepalanya memperhatikan wajah Nay yang memang lebih tirus dari sebelumnya namun memilih untuk tidak mengomentari apapun.“Nay diet,” jawab Nay pelan, nyaris tak terdengar.“Tapi kamu masih tetap perlu makan makanan yang bergizi apa lagi kamu sedang persiapan debat kan?”“Nay gak lapar,” jawab Nay memasang earphonenya agar mendengar materi dari dosennya lebih jelas.“Yah sudah biarain saja, toh kalau dia lapar dia tau mencari dimana, aku pergi dulu,” ucap Esha menyudahi sarapannya mengecup kening Rani tak lupa mengusap pelan perut buncit sang istri kemudian berlalu pergi tanpa menyapa putri satunya lagi.Tak bisa dipungkiri ada se
Seorang pemuda lengkap dengan seragam biru lautnya tenga berbenah bersiap untuk berangkat pendidikan seperti biasanya. baru kemarin dirinya merubah status lajang menjadi seorang suami. Berbicara mengenai suami, dirinya sudah menyandang gelar tersbut diusianya ke 18 tahun kurang dua bulan lagi 19 tahun. “Papa boleh masuk?” Aksa mengangguk kemudian melanjutkan kegiatannya merapikan rambutnya agar lebih klimis. “Kau menyesal?”Dengan senyum sekilas, Aksa memasukkan buku yang kemarin malam sudah ia persiapkan untuk keberangkatannya hari ini. “Menyesal? Tidak, memangnya apa yang harus Aksa sesali?” tanya Aksa dengan senyum yang tidak usai. “Yah karena harus melepas masa bujangmu diusia muda seperti ini?” “Tidak, Aksa tidak menyesal sama sekali.” “Kau bisa mundur nak, papa tidak mau membuat kau berada dalam masalah.” “Tidak ada yang menjadi masalah pa.” Aksa menjeda ucapannya sejenak, “Aksa kira pembicaraan ini sudah final tadi malam, Aksa terima. P
Bukh“Azka sudah” teriak Nay karena lagi-lagi Azka memukul suaminya.Nay tidak bermaksud membela siapapun, karena menurutnya sama-sama keterlaluan, Aksa dengan sok berkuasanya dan Nay tidak pernah menyukai kekerasan, dan ini kali pertama melihat Aksa kelepasan seperti ini.“kamu kenapa?” tanya Nay bersimbah air mata“Nay maaf ... ” Nay mundur ia takut pada Azka yang seperti kesetanan tadi.“Tangan kamu luka kamu obatin yah, aku pulang dulu.” ucap Nay setengah ketakutan“Nay,” panggil Azka pelan.“Kita bicara besok saja, aku pulang dulu.”Nay benar-benar keluar dari base camp mereka berjalan kaki entah kemana, melihat Azka membabi buta membuatnya ketakutan dan ia enggan bersama Azka.“Pulang sama aku.” Usai menatap semua teman-teman Nay Aksa beringsut keluar mencari Nay yang lebih dulu keluar. “Aku bisa pulang sendiri.” tolak Nay.“Mama masuk rumah sakit” Nay menoleh seketika memastikan apa yang ia dengar barusan.“mama khawatir menunggu kamu yang belum pulang, kamu janji pulang jam
Malam ini terasa begitu menguntungkan untuk Nay, ayahnya sedang tugas luar kota, mamanya pasti sudah terlelap. Hamil tua membuat mamanya menjadi lebih sering mengantuk sehingga jam 8 malam mamanya pasti sudah terlelap. Hal itu tak ia sia-siakan untuk keluar rumah, pasalnya ia sudah sangat rindu bersama teman-temannya.“Apaan?” ucap Nay berbisik pada panggilan ponselnya.“....”“Iya sebentar aku sedang... mama,” sentak Nay melihat Rani duduk di ruang tengah seolah memang menanti dirinya.“Sudah malam, kamu mau kemana Nay?”“Ma, sekali ini aja Nay keluar malam. ”“Nay.”“Ma, Nay janji ini yang terakhir kalinya, mama bisa pegang janji Nay kali ini.”“Tapi ayah?”“Nay janji pulang sebelum jam 11, ayolah ma jam segitu belum terlalu malam,” pinta Nay tak pantang menyerah.“Yah sudah jam 11 malam sudah harus di rumah lewat dari itu mama tidak akan bisa membantu lebih, kalau nantinya ayah bakal ngamuk sama kamu, bagaimana?”“Oke Nay janji. Terima kasih ma”Rani menghela napas dengan berat, e
Seorang pemuda lengkap dengan seragam biru lautnya tenga berbenah bersiap untuk berangkat pendidikan seperti biasanya. baru kemarin dirinya merubah status lajang menjadi seorang suami. Berbicara mengenai suami, dirinya sudah menyandang gelar tersbut diusianya ke 18 tahun kurang dua bulan lagi 19 tahun. “Papa boleh masuk?” Aksa mengangguk kemudian melanjutkan kegiatannya merapikan rambutnya agar lebih klimis. “Kau menyesal?”Dengan senyum sekilas, Aksa memasukkan buku yang kemarin malam sudah ia persiapkan untuk keberangkatannya hari ini. “Menyesal? Tidak, memangnya apa yang harus Aksa sesali?” tanya Aksa dengan senyum yang tidak usai. “Yah karena harus melepas masa bujangmu diusia muda seperti ini?” “Tidak, Aksa tidak menyesal sama sekali.” “Kau bisa mundur nak, papa tidak mau membuat kau berada dalam masalah.” “Tidak ada yang menjadi masalah pa.” Aksa menjeda ucapannya sejenak, “Aksa kira pembicaraan ini sudah final tadi malam, Aksa terima. P
Ucapan Esha tak main-main seminggu sudah Nay dikurung dalam penjara yang dipenuhi kemewahan. Bahkan perkuliahannya dilakukan dari rumah secara virtual, dan itu benar-benar membosankan.“Kamu kurusan nak.” Mendengar itu Esha mendongakkan kepalanya memperhatikan wajah Nay yang memang lebih tirus dari sebelumnya namun memilih untuk tidak mengomentari apapun.“Nay diet,” jawab Nay pelan, nyaris tak terdengar.“Tapi kamu masih tetap perlu makan makanan yang bergizi apa lagi kamu sedang persiapan debat kan?”“Nay gak lapar,” jawab Nay memasang earphonenya agar mendengar materi dari dosennya lebih jelas.“Yah sudah biarain saja, toh kalau dia lapar dia tau mencari dimana, aku pergi dulu,” ucap Esha menyudahi sarapannya mengecup kening Rani tak lupa mengusap pelan perut buncit sang istri kemudian berlalu pergi tanpa menyapa putri satunya lagi.Tak bisa dipungkiri ada se
Naysila Candramaya putri dari Esha Prayoga. Seorang General manager salah satu bank swasta yang ada di Indonesia. Meski begitu semenjak duduk di bangku SMP Nay sudah memiliki bakat berbisnis, mulai dari menjadi reseller aksesoris salah satu brand lokal hingga kerja sama dengan teman-temannya menciptakan brand mereka sendiri, kata sang nenek Nay menuruni bakat bundanya yang sangat jeli dan lihai dalam berbisnis.Sejak kecil Ia tidak pernah mengenal sosok ibu, karena bundanya meninggal saat berjuang mati-matian melahirkan dirinya, hingga usianya 14 tahun ayahnya kembali menikah dengan teman masa SMA sang ayah, bisa dibilang cinta pertama beliau, Naysila tak mempermasalahkan hal itu karena selama ini ia tinggal bersama nenek dan kakeknya tempat bundanya dibesarkan.Hanya sesekali ayahnya datang berkunjung, hingga nasib tak bisa ditolak menghampiri dirinya, kakek dan neneknya dipangil sang kuasa dan saat itu juga ayahnya memboyong dirinya ke ruma