Share

Siapa kamu?

Author: Uwie_bee
last update Last Updated: 2022-03-01 22:19:15

Malam yang dingin. Seharusnya Tyo sudah bergelung selimut tebal di kamarnya sekarang. Hanya karena undangan minum rekan sejawat, ia terpaksa datang dengan wajah yang masam seperti habis bangun tidur. Satu persatu langkahnya ia seret menuju bar kecil di lantai sepuluh hotel bintang lima ini. Hingga sampailah ia di depan pintu bertuliskan VIP room. 

Tyo menghela napas panjang. Kesal karena malam ini ia pasti akan ditagih cerita basa-basi seputar pengelolaan hotel. Padahal, ia baru seminggu menginjakkan kaki di hotel ini tapi tuntutan mereka jauh lebih berat dari perkiraan Tyo. 

Satu orang melambai dari kejauhan. Seorang pria dengan jas warna hitam dan kemeja biru gelap. Tyo tersenyum canggung. Ia berjalan menghampiri orang itu lalu menepuk bahunya sekedar menyapa ringan. 

"Tyo, datang juga kamu. Malam ini habiskan saja apa yang kamu mau." Abizar, pria yang tadi menegur Tyo. Pria tampan yang sudah mapan di usia tiga puluh dengan segudang privilage dari orangtuanya. 

Pria itu menatap Tyo sebentar lalu meneguk minuman di gelas kecil yang ada di depannya. 

"Aku tidak minum. Ada perlu apa mengajakku kesini?" Tyo tak perlu basa-basi. Ia sudah cukup muak menjadi tameng Abizar. Kedatangannya kemari mungkin saja hanya untuk meminta bantuannya. 

"Ayolah Tyo. Aku bosan di rumah. Kamu tahu, aku akan dijodohkan oleh orangtuaku," racau Abizar. Tyo tak peduli. Matanya menatap sekeliling ruangan. Bar yang ia masuki cukup teduh tanpa kebisingan musik dan suara dentuman musik EDM. 

Tyo kembali menepuk bahu Abizar. Pria itu butuh motivasi. "Lakukan saja sesuai keinginan orangtuamu."

Abizar menggelengkan kepalanya. Jari telunjuk ia mainkan di depan mata Tyo. Abizar pasti sedang mabuk, pikir Tyo. 

"No. Aku tidak menyukainya dan dia juga tak menyukaiku. Kasihan kekasihku jika aku harus menikahi wanita itu," racau Abizar lagi. 

"Lalu, apa masalahmu bercerita padaku?" 

"Berikan saran."

Tyo menghela napas panjang. Ia menariknya perlahan lalu mengembusnya. "Ikuti kata hatimu."

"Kata hati?"

Tyo mengangguk. "Ikuti kata hatimu yang terdalam. Karena ia tak pernah bohong." Tyo mengecek arlojinya. Sudah pukul delapan lewat dan ini sudah masuk waktu tidurnya. 

"Baiklah, aku ikuti kata hatiku. Aku akan menolaknya."

"Terserah."

Tyo memilih pergi dari tempat yang sebenarnya tak ia sukai itu. Abizar sudah tak bisa diajak bicara lagi. Pria itu mabuk hanya dengan segelas Vodka. Langkah Tyo terhenti sesaat melihat seseorang yang ia kenal melangkah ke arahnya. Tyo terpaku sejenak lalu tersenyum canggung. Sosok itu, Diana. Wanita yang dikaguminya tapi tak berani ia dekati. 

"Hai, pak Tyo juga ada disini?" Diana mendekat dan menyapanya. Tyo seketika menjadi kaku di tempat. Ia membalas sapaan dengan senyuman yang lagi-lagi canggung. 

"Hai, Bu Diana. Saya lagi cek section bar baru saja. Kalau Bu Diana?" 

"Ingin bertemu seseorang tapi sepertinya lebih baik saya pulang."

Diana berbalik. Ia dan Tyo berjalan berdampingan menuju lift. Namun belum sampai di depan lift, Diana kembali bertanya pada Tyo. "Pak Tyo, ada tempat di hotel ini yang bisa dipakai untuk teriak?"

"Kamu mau teriak?" Diana mengangguk. "Ada. Di penthouse, kebetulan saya ada akses kesana."

"Boleh?" 

"Boleh, asal dengan saya."

Entah apa yang ada di dalam kepala Tyo dan Diana. Keduanya baru saja kenal lebih dalam siang tadi. Kini keduanya berada di tempat yang sama dengan masalah yang berbeda. Lain Tyo lain pula Diana. Keduanya larut dalam keheningan di atas atap berpayungkan awan malam yang indah.

"Kita bicara sebagai seorang teman, bisa?" Tyo menoleh. Satu alisnya terangkat. "Aku butuh teman seperti kamu."

"Boleh saja."

"Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan besok. Bagaimana, kamu bisa kan?" 

Pertanyaan Diana membuat Tyo tak mampu berkata-kata. Apa alasan yang tepat untuk menolaknya? Sejujurnya, Tyo ada rasa ingin kenal lebih dekat dengan Diana seperti tekatnya saat itu tapi tiba-tiba semuanya menghilang begitu saja, yang tersisa hanyalah rasa takut.

"B-bisa saja. Memangnya kamu mau ajak aku kemana?" 

"Kita cari tempat bagus di kota Bandung." Tyo mengangguk pelan. Tangannya mengepal menahan sesuatu. Melirik perlahan pada Diana yang terlihat antusias membuatnya tak tega untuk menolak. 

"Aku tidak punya kendaraan di Bandung. Mobilku sudah dijual. Kita pakai kendaraan operasional hotel?" 

Diana tertawa pelan lalu menggeleng. "Aku bawa mobil, nanti aku jemput."

"Wah, aku jadi malu."

Keduanya pun terdiam. Jari Tyo mengetuk pelan besi pegangan yang tingginya hampir sedadanya. Pandangannya lurus ke depan menatap langit di atas atap hotel. Napasnya teratur mengalun di setiap detiknya, halus terdengar. Diana hanya menoleh sejenak. Siluet Tyo yang hanya tertimpa sinar samar rembulan terasa lebih syahdu terlihat. Bagaikan lukisan di atas kanvas. 

Satu jam mereka habiskan dengan hanya berdiam diri sambil berceloteh ringan tak terasa sudah hampir larut malam. Tyo mengecek arlojinya lagi. Sudah melebihi jam tidurnya tapi tubuhnya masih diam berdiri di atap hotel. Rasa dingin menyergap keduanya. 

Dilihatnya Diana berkali-kali mengusapkan tangannya pada lengan. Ditiup-tiupnya juga kedua tangan yang terkepal. Tyo refleks membuka jaketnya dan menaruhnya di pundak sempit Diana. 

"Dingin. Kita masuk ke dalam." 

Tyo menggenggam tangan Diana mengajaknya masuk ke dalam. Ini baru pertama kalinya ia menggenggam lagi tangan wanita. Setelah hampir sepuluh tahun ia berkelana mencari pasangan. 

"Tunggu dulu." Diana melepaskan genggaman tangan Tyo lalu kembali berdiri di dekat besi pegangan. Ia menarik napas panjang lalu menghempasnya perlahan. Matanya terpejam lalu berteriak, " Aaaaaaaaaa...."

Diana belum membuka matanya. Ia masih menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya dan membisikkan sejuta kalimat penyemangat. Tyo masih berdiri di tempatnya menatap sendu pada wanita cantik yang dulu pernah ia sukai. 

"Sudah selesai?" Diana berbalik lalu mengangguk. "Ayo kita turun."

"Terima kasih."

"Untuk?"

"Semuanya." Diana kembali menggosok tangannya, Tyo menyambar tangan itu lalu menggenggamnya. Diana pun membalas genggaman itu dan mengeratkannya. Hatinya menghangat. 

"Diana, kamu mau aku antar ke—"

"Aku menginap di hotel ini." Tyo mengerutkan dahinya. "Aku buka kamar setiap weekend. Kebetulan, aku lagi banyak pekerjaan jadinya tidak bisa pulang ke rumah."

"Pak Sofyan ada di Bandung?" Diana mengangguk. "Lalu adik kamu?" 

Diana tertawa. Tak sadar tangannya menepuk bahu Tyo hingga terdorong ke belakang. Tyo refleks menarik tangan Diana, karena tak kuat akhirnya mereka berdua jatuh ke atas lantai bersamaan. Tubuh Diana menindih dada Tyo, dua mata itu pun bertemu. Diana menatap mata Tyo tanpa berkedip begitu pula sebaliknya. 

Tyo menarik tangan Diana agar semakin mendekat padanya. Satu kakinya mendorong kaki Diana yang tertekuk dan mengapitnya dengan kedua kakinya. Satu tangannya kemudian berpindah di pinggang dan tangan lainnya menjalar dari dahi hingga menuju bibir Diana menyusuri indahnya ciptaan tuhan yang tengah ia kagumi. 

Entah ada bisikan dari mana, tiba-tiba saja keduanya saling menempelkan bibir mereka. Tak ada gerakan, keduanya saling menahan napas dan sesuatu yang mungkin saja timbul. 

"Maaf." Tyo perlahan mengajak Diana beringsut dari dinginnya lantai. "Aku antar kamu ke kamar."

"Tyo, kamu lupa sesuatu di masa lalu?" 

"Masa lalu?" 

"Sudahlah. Mungkin aku saja yang terlalu berharap. Selamat malam."

Diana berjalan cepat menuju lift tamu yang jaraknya tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tyo masih diam membisu di tempatnya. Ia meraba bibirnya dan mengusapnya. Rasanya, tak bisa hilang. Tyo memejamkan matanya meresapi pertemuan tadi dan pertanyaan aneh yang meluncur dari bibir Diana. 

"Siapa kamu?"

Related chapters

  • Kamu adalah takdirku   Pengakuan kedua kali

    Suara denting jam dinding menyapa indera pendengaran Tyo pagi ini. Pukul lima tepat, saatnya bangun dan bersiap-siap. Setelah berolahraga dan membersihkan diri, segera ia menghubungi petugas hotel untuk membawakan sarapan paginya yang berharga.Salad sayuran dan roti gandum dengan selai strawberry menjadi andalannya. Tak lupa telur rebus dengan cincangan tomat dan daun ketumbar dengan minyak zaitun. Aneh memang, tapi Tyo suka dengan rasanya.Sambil sibuk merapikan pakaian, Tyo sesekali melirik arlojinya. Semalam ia belum sempat meminta nomor telpon Diana. Kini, ia bingung bagaimana cara menghubungi wanita itu. Dua kali Tyo mengembuskan napas gelisahnya, dua kali pula ia melirik arloji dan pintu kamar."Aku harus ke kamarnya."Tyo pun menyambar ponsel dan dompet serta jasnya. Yang ada di kepalanya saat ini adalah lantai dan kamar berapa Diana menginap di hotel ini. Dapat! Tyo m

    Last Updated : 2022-03-01
  • Kamu adalah takdirku   Harus saling jatuh cinta

    Setelah hari itu, Diana dan Tyo tak ada lagi komunikasi. Semuanya terasa asing. Diana tak menghubungi Tyo begitupun sebaliknya. Diana memutuskan kembali ke Jakarta sementara waktu dan Tyo pun kembali dengan aktivitasnya sebagai manajer hotel.Tak ada yang berbeda. Hanya Tyo saja yang merasa ada sesuatu yang kurang di dalam dadanya. Sesuatu yang membuatnya hampa dan kosong. Seperti ada yang pergi dan berlalu dari sana.Sesuatu itu pula yang membuatnya tak bisa makan dengan tenang. Bahkan dengan menu kesukaannya pun tak bisa dirinya menelan lebih banyak. Semua karena sesuatu yang kosong tadi."Pak Tyo, mau dipesankan makanan penutup?" tanya Winda membuyarkan lamunan Tyo. Sudah hampir setengah jam dirinya hanya terdiam mengaduk-aduk sup jamur kesukaannya. Kepalanya mendongak. Winda menatapnya dengan pandangan aneh."Puding saja."Winda mengangguk. Tanga

    Last Updated : 2022-03-17
  • Kamu adalah takdirku   Pasangan baru

    Suara ketukan pintu membangunkan dua insan yang sedang tertidur lelap di atas ranjang mewah kamar hotel. Diana terbangun lebih dulu. Matanya tertuju pada jam dinding yang menghadap ke arahnya. Matanya mengerjap perlahan.Perlahan ia turun dan berjalan gontai menuju pintu. Diliriknya Tyo masih tertidur lelap tanpa pakaian. Mungkin ini sudah kebiasaannya, pikir Diana."Selamat pagi. Kami dari—"Kedua orang yang berdiri di depan kamar Tyo terdiam seketika saat melihat sosok yang membukakan pintu bukanlah si pemilik kamar melainkan sosok Diana yang memang sudah cukup terkenal namanya di hotel ini.Diana terlihat santai dengan reaksi kedua orang tadi. Lalu bertanya pada salah satunya, "Kalian petugas room service?"Keduanya mengangguk pelan."Taruh saja makanannya di tempat biasa." Diana membuka lebar pintu kamar dan menyuruh ke

    Last Updated : 2022-03-17
  • Kamu adalah takdirku   Kebiasaan aneh

    Tyo mengernyit jijik melihat pemandangan tak menyenangkan di depan matanya. Dinding putih kotor dapur hotel sangat merusak moodnya pagi ini. Asistennya yang sedari tadi berdiri di sebelahnya tak mampu berbuat banyak saat dengan mudahnya Tyo mengatakan dapur harus direnovasi ulang."Ini apa?""Wok, untuk masak pak.""Bersihkan. Saya tidak mau lihat barang di dapur berantakan dan terlihat tidak higienis," ujar Tyo yang diangguki oleh salah satu chef.Tyo tidak suka dengan barang-barang kotor dan berantakan. Untuk itu, semua barang yang ada di dalam ruangannya ia ganti. Apalagi yang tidak ditata rapi sesuai dengan urutannya. Tak pelak lagi akan jadi sasaran empuk berikutnya."Itu kenapa botol minuman ditata seperti itu?" tunjuk Tyo pada setumpuk botol minuman yang terpajang rapi di rak penyimpanan di dekat gudang.Salah satu k

    Last Updated : 2022-03-17
  • Kamu adalah takdirku   Profesional

    "Meeting jam berapa?" Tyo mengawali pagi ini dengan pertanyaan penuh tantangan untuk asistennya. "Saya maunya kamu atur sesuai jadwal tanpa ada perubahan.""Hari ini jam sepuluh di ruangan biasa, pak.""Siapkan ruangan.""Baik, pak."Tyo memejamkan matanya sejenak. Pagi hari yang seharusnya ia lewati dengan suasana yang nyaman nyatanya banyak sekali masalah. Sudah dua hari dirinya dihantui mimpi buruk yang sama. Ia terbangun hampir setiap malam menjelang pagi. Tak heran wajahnya terlihat kusam dan rapuh saat ini.Suara deritan pintu membuat mata Tyo perlahan terbuka dan mengintip dari balik tangan yang menutup sebagian wajahnya. Diana datang di pagi hari mengunjunginya sebelum memulai pekerjaannya."Hai, selamat pagi sayang. Sudah siap untuk meeting?" sapa Diana. Tyo hanya mengangguk ringan sambil bergumam."Hmm..."

    Last Updated : 2022-03-17
  • Kamu adalah takdirku   Eksistensi

    "Pak manajer ada di ruangannya?"Tiba-tiba saja seorang pria bertubuh tegap berdiri di depan meja resepsionis. Wajahnya terlihat misterius. Salah satu resepsionis yang bertugas terkesiap melihat penampilan pria itu hingga matanya membelalak tajam."Maaf, ada keperluan dengan pak manajer?" tanya si resepsionis. Pria tadi mengangguk. "Sudah buat janji?""Belum. Saya teman lamanya.""Bapak namanya siapa?""Abimanyu."Sang resepsionis langsung menghubungi sekretaris Tyo dan mengabarkan jika ada seseorang yang ingin bertemu dengannya. Menunggu beberapa menit akhirnya pria tadi diantar oleh staf lainnya menuju ruangan Bramantyo di lantai atas.Abimanyu masuk ke dalam ruangan dan duduk setelah Tyo mempersilakannya. Keduanya memilih diam setelah perkenalan. Tyo merasa tak perlu beramah tamah dengan pria b

    Last Updated : 2022-04-08
  • Kamu adalah takdirku   Sesuatu yang terpendam

    Tentang dirinya tujuh tahun yang lalu, rasanya sangat sulit bisa menerimanya. Terlebih hari ini, Tyo terus terpuruk dalam kesedihan walau semuanya terbalut dalam hingar bingar kehidupan mewahnya.Tyo duduk beralaskan tikar kecil di samping makam kedua orangtuanya yang telah tiada tujuh tahun yang lalu. Hening di sekitarnya tak terasa sama sekali hingga akhirnya ia sadar dan memilih pergi dari tempat peristirahatan terakhir itu."Ibu ayah, Bram datang. Istirahat yang tenang. Bram sayang kalian."Di lain tempatDiana hampir bosan menunggu Tyo yang telah lebih dari satu jam menghilang entah kemana. Dua cangkir teh kesukaan Tyo pun telah mendingin sejak tadi. Ingin rasanya ia pergi dari ruangan itu, hanya saja kakinya sulit untuk digerakkan."Menunggu lama?" Tyo merangkul kekasihnya dari belakang. Diana mengangguk lalu tersenyum mendengarnya. "Aku ingin

    Last Updated : 2022-04-14
  • Kamu adalah takdirku   Insomnia

    <span;>Pusing yang menyekat kepala Bramantyo hampir membuatnya gila. Dua malam ia selalu terjaga dari mimpi yang sama. Ia sudah mencoba berbagai cara untuk menghilangkan rasa sakit itu, tapi tak bisa. Bramantyo putus asa. <span;>Malam ini setelah pulang dari apartemen milik kekasihnya, Bramantyo membaringkan tubuhnya menghalau rasa penatnya. Namun karena pusing itu kembali melanda, ia pun memutuskan untuk keluar dari dalam kamar dan pergi berjalan-jalan ke sekitar hotel. <span;>Satu tempat yang berhasil memikat matanya, ia membelalakkan matanya saat melihat sesuatu yang membuatnya bahagia. Ia pun berhenti dan berdiri tepat di depannya. <span;>"Buatkan saya satu pancake dengan taburan kismis dan sukade. Jangan lupa dengan es krim strawberry dan sausnya," pesan Bramantyo. <span;>Bramantyo amat menyukai makanan manis. Itu sebabnya, ia berdiri di depan booth pancake di lantai bawah hotel yang sedang mengadakan

    Last Updated : 2022-04-16

Latest chapter

  • Kamu adalah takdirku   Dia datang lagi

    "Kamu kenapa?" Suara Diana mengejutkan Bramantyo yang sedang sibuk memindahkan hiasan dinding di sudut ruangannya. Tak peduli dengan panggilan Diana, ia tetap meneruskan kegiatannya. "Serius sekali." ujar Diana lagi. Diana bergelayut manja di lengan Bramantyo hingga membuat kekasihnya itu risih. Dihempaskannya tangan Diana dan pandangannya kembali berfokus pada hiasan dinding itu. "Kamu tidak ada pekerjaan? Pagi hari sudah ke ruangan aku?" Bramantyo menoleh dengan lirikan ujung mata mengintimidasi Diana. "Ada. Hanya saja aku ingin mengunjungi kekasih hatiku pagi ini." Bramantyo memilih diam. Hiasan dinding yang sudah terpasang tadi dilihatnya lagi dari jarak jauh. Berkali-kali matanya memastikan arah dan sudut serta warna hiasan dinding itu. Setelah ia rasa cukup, ia pun berbalik dan mengembalikan perkakas pada tempatnya. "Aku akan buat peraturan mulai besok." Bramantyo menuliskan sesuatu di kertas kosong dan memberikannya pada Diana. "Silakan baca." Diana membaca selebaran it

  • Kamu adalah takdirku   Insomnia

    <span;>Pusing yang menyekat kepala Bramantyo hampir membuatnya gila. Dua malam ia selalu terjaga dari mimpi yang sama. Ia sudah mencoba berbagai cara untuk menghilangkan rasa sakit itu, tapi tak bisa. Bramantyo putus asa. <span;>Malam ini setelah pulang dari apartemen milik kekasihnya, Bramantyo membaringkan tubuhnya menghalau rasa penatnya. Namun karena pusing itu kembali melanda, ia pun memutuskan untuk keluar dari dalam kamar dan pergi berjalan-jalan ke sekitar hotel. <span;>Satu tempat yang berhasil memikat matanya, ia membelalakkan matanya saat melihat sesuatu yang membuatnya bahagia. Ia pun berhenti dan berdiri tepat di depannya. <span;>"Buatkan saya satu pancake dengan taburan kismis dan sukade. Jangan lupa dengan es krim strawberry dan sausnya," pesan Bramantyo. <span;>Bramantyo amat menyukai makanan manis. Itu sebabnya, ia berdiri di depan booth pancake di lantai bawah hotel yang sedang mengadakan

  • Kamu adalah takdirku   Sesuatu yang terpendam

    Tentang dirinya tujuh tahun yang lalu, rasanya sangat sulit bisa menerimanya. Terlebih hari ini, Tyo terus terpuruk dalam kesedihan walau semuanya terbalut dalam hingar bingar kehidupan mewahnya.Tyo duduk beralaskan tikar kecil di samping makam kedua orangtuanya yang telah tiada tujuh tahun yang lalu. Hening di sekitarnya tak terasa sama sekali hingga akhirnya ia sadar dan memilih pergi dari tempat peristirahatan terakhir itu."Ibu ayah, Bram datang. Istirahat yang tenang. Bram sayang kalian."Di lain tempatDiana hampir bosan menunggu Tyo yang telah lebih dari satu jam menghilang entah kemana. Dua cangkir teh kesukaan Tyo pun telah mendingin sejak tadi. Ingin rasanya ia pergi dari ruangan itu, hanya saja kakinya sulit untuk digerakkan."Menunggu lama?" Tyo merangkul kekasihnya dari belakang. Diana mengangguk lalu tersenyum mendengarnya. "Aku ingin

  • Kamu adalah takdirku   Eksistensi

    "Pak manajer ada di ruangannya?"Tiba-tiba saja seorang pria bertubuh tegap berdiri di depan meja resepsionis. Wajahnya terlihat misterius. Salah satu resepsionis yang bertugas terkesiap melihat penampilan pria itu hingga matanya membelalak tajam."Maaf, ada keperluan dengan pak manajer?" tanya si resepsionis. Pria tadi mengangguk. "Sudah buat janji?""Belum. Saya teman lamanya.""Bapak namanya siapa?""Abimanyu."Sang resepsionis langsung menghubungi sekretaris Tyo dan mengabarkan jika ada seseorang yang ingin bertemu dengannya. Menunggu beberapa menit akhirnya pria tadi diantar oleh staf lainnya menuju ruangan Bramantyo di lantai atas.Abimanyu masuk ke dalam ruangan dan duduk setelah Tyo mempersilakannya. Keduanya memilih diam setelah perkenalan. Tyo merasa tak perlu beramah tamah dengan pria b

  • Kamu adalah takdirku   Profesional

    "Meeting jam berapa?" Tyo mengawali pagi ini dengan pertanyaan penuh tantangan untuk asistennya. "Saya maunya kamu atur sesuai jadwal tanpa ada perubahan.""Hari ini jam sepuluh di ruangan biasa, pak.""Siapkan ruangan.""Baik, pak."Tyo memejamkan matanya sejenak. Pagi hari yang seharusnya ia lewati dengan suasana yang nyaman nyatanya banyak sekali masalah. Sudah dua hari dirinya dihantui mimpi buruk yang sama. Ia terbangun hampir setiap malam menjelang pagi. Tak heran wajahnya terlihat kusam dan rapuh saat ini.Suara deritan pintu membuat mata Tyo perlahan terbuka dan mengintip dari balik tangan yang menutup sebagian wajahnya. Diana datang di pagi hari mengunjunginya sebelum memulai pekerjaannya."Hai, selamat pagi sayang. Sudah siap untuk meeting?" sapa Diana. Tyo hanya mengangguk ringan sambil bergumam."Hmm..."

  • Kamu adalah takdirku   Kebiasaan aneh

    Tyo mengernyit jijik melihat pemandangan tak menyenangkan di depan matanya. Dinding putih kotor dapur hotel sangat merusak moodnya pagi ini. Asistennya yang sedari tadi berdiri di sebelahnya tak mampu berbuat banyak saat dengan mudahnya Tyo mengatakan dapur harus direnovasi ulang."Ini apa?""Wok, untuk masak pak.""Bersihkan. Saya tidak mau lihat barang di dapur berantakan dan terlihat tidak higienis," ujar Tyo yang diangguki oleh salah satu chef.Tyo tidak suka dengan barang-barang kotor dan berantakan. Untuk itu, semua barang yang ada di dalam ruangannya ia ganti. Apalagi yang tidak ditata rapi sesuai dengan urutannya. Tak pelak lagi akan jadi sasaran empuk berikutnya."Itu kenapa botol minuman ditata seperti itu?" tunjuk Tyo pada setumpuk botol minuman yang terpajang rapi di rak penyimpanan di dekat gudang.Salah satu k

  • Kamu adalah takdirku   Pasangan baru

    Suara ketukan pintu membangunkan dua insan yang sedang tertidur lelap di atas ranjang mewah kamar hotel. Diana terbangun lebih dulu. Matanya tertuju pada jam dinding yang menghadap ke arahnya. Matanya mengerjap perlahan.Perlahan ia turun dan berjalan gontai menuju pintu. Diliriknya Tyo masih tertidur lelap tanpa pakaian. Mungkin ini sudah kebiasaannya, pikir Diana."Selamat pagi. Kami dari—"Kedua orang yang berdiri di depan kamar Tyo terdiam seketika saat melihat sosok yang membukakan pintu bukanlah si pemilik kamar melainkan sosok Diana yang memang sudah cukup terkenal namanya di hotel ini.Diana terlihat santai dengan reaksi kedua orang tadi. Lalu bertanya pada salah satunya, "Kalian petugas room service?"Keduanya mengangguk pelan."Taruh saja makanannya di tempat biasa." Diana membuka lebar pintu kamar dan menyuruh ke

  • Kamu adalah takdirku   Harus saling jatuh cinta

    Setelah hari itu, Diana dan Tyo tak ada lagi komunikasi. Semuanya terasa asing. Diana tak menghubungi Tyo begitupun sebaliknya. Diana memutuskan kembali ke Jakarta sementara waktu dan Tyo pun kembali dengan aktivitasnya sebagai manajer hotel.Tak ada yang berbeda. Hanya Tyo saja yang merasa ada sesuatu yang kurang di dalam dadanya. Sesuatu yang membuatnya hampa dan kosong. Seperti ada yang pergi dan berlalu dari sana.Sesuatu itu pula yang membuatnya tak bisa makan dengan tenang. Bahkan dengan menu kesukaannya pun tak bisa dirinya menelan lebih banyak. Semua karena sesuatu yang kosong tadi."Pak Tyo, mau dipesankan makanan penutup?" tanya Winda membuyarkan lamunan Tyo. Sudah hampir setengah jam dirinya hanya terdiam mengaduk-aduk sup jamur kesukaannya. Kepalanya mendongak. Winda menatapnya dengan pandangan aneh."Puding saja."Winda mengangguk. Tanga

  • Kamu adalah takdirku   Pengakuan kedua kali

    Suara denting jam dinding menyapa indera pendengaran Tyo pagi ini. Pukul lima tepat, saatnya bangun dan bersiap-siap. Setelah berolahraga dan membersihkan diri, segera ia menghubungi petugas hotel untuk membawakan sarapan paginya yang berharga.Salad sayuran dan roti gandum dengan selai strawberry menjadi andalannya. Tak lupa telur rebus dengan cincangan tomat dan daun ketumbar dengan minyak zaitun. Aneh memang, tapi Tyo suka dengan rasanya.Sambil sibuk merapikan pakaian, Tyo sesekali melirik arlojinya. Semalam ia belum sempat meminta nomor telpon Diana. Kini, ia bingung bagaimana cara menghubungi wanita itu. Dua kali Tyo mengembuskan napas gelisahnya, dua kali pula ia melirik arloji dan pintu kamar."Aku harus ke kamarnya."Tyo pun menyambar ponsel dan dompet serta jasnya. Yang ada di kepalanya saat ini adalah lantai dan kamar berapa Diana menginap di hotel ini. Dapat! Tyo m

DMCA.com Protection Status