Ketika Sherly tiba di kantor, Zizi adalah orang pertama yang menyambutnya. Wanita berambut pendek itu segera meraih tangan Sherly dan membawanya ke sebuah sudut agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka."Sherly, akhirnya kamu masuk kerja juga." Zizi melirik kiri kanan, khawatir ada yang mengikuti langkah mereka. "Kamu pindah tidak bilang bilang pada siapa pun, bahkan tidak berpamitan dengan bu Luna. Ke mana kamu pindah? Ke mana saja kamu pergi selama ini?"Zizi telah melihat satu orang pria dan satu wanita masuk ke dalam kamar lama Sherly, membereskan semua barang barang di ruangan itu, lalu membawanya pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Aku pindah tidak jauh dari sini." Sherly enggan bercerita banyak. "Kamu masih bisa datang berkunjung kalau ada kesempatan." Setelah mengatakan itu, Sherly mengajak Zizi untuk masuk ke dalam lift. Namun, Zizi masih belum selesai dengan ceritanya. Dia menahan tangan Sherly lagi. "Masih ada yang ingin aku ceritakan padamu," kata Zizi deng
Penjelasan Sofia sontak mengagetkan Sherly. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya.Sherly memberanikan diri untuk menatap Vonny dengan teliti. Ini pertama kalinya mereka bertemu, namun sudah memberi kesan buruk pada keduanya. Pengaruh Sofia sangat buruk ketika mempengaruhi orang lain.'Siapa wanita ini untuk Hansel? Kenapa Hansel berbohong padaku? Apa semua yang dikatakannya selama ini hanya untuk memperdayaku?'Hansel sudah berulang kali mengatakan pada Sherly jika tidak memiliki kekasih, wanita simpanan atau apa pun namanya yang berhubungan dengan selingkuhan."Kenapa kamu kaget? Kamu tidak menyangka, ya, jika aku akan datang untuk menyelamatkan Hansel dari bujuk rayumu?" Vonny akhirnya angkat bicara. Suara wanita itu terdengar lembut, namun aura yang ditunjukkannya teramat buruk. Hampir sama dengan sikap bengis yang dimiliki Sofia.Sherly tidak tahu harus berkata apa. Sebelum mengambil tindakan, bukankah dia harus memastikan semua kebenarannya?Kini, Sherly hanya menjadi bulan-bula
Hansel tiba di kantor setelah jam istirahat berakhir. Akan sulit baginya untuk bertemu dengan Sherly pada jam kerja. Selain Sofia yang akan mengecoh Sherly setiap saat, kini ada Vonny yang akan menggangu hubungan Hansel dan Sherly.Di lobi perusahaan, Hansel segera menghubungi Reynand untuk mengatur pertemuan dengan Sherly. Dia perlu menjelaskan semua tentang Vonny agar tidak terjadi kesalahpahaman.Baru saja menekan nomor kontak Rey di ponselnya, pria itu sudah lebih dulu muncul.Hansel melihat Rey keluar dari lift. Langkah pria itu terlihat terburu buru. Wajahnya juga sedikit cemas seperti telah terjadi sesuatu yang serius."Hansel ... kebetulan kamu ada di sini!" Rey berkata setelah mereka berhadap-hadapan."Aku baru saja ingin meneleponmu," Dari jarak yang begitu dekat, Hansel bisa melihat jelas raut wajah Rey. "Ada apa? Kenapa kamu terlihat panik seperti itu? Apa terjadi sesuatu di dalam?""Tidak ada yang perlu dikhawatirkan di dalam. Semuanya baik-baik saja.""Bagaimana dengan S
Sherly melirik arloji yang melingkar di tangannya. Masih pukul dua, butuh dua jam lagi untuk bisa meninggalkan pekerjaan. Itu pun jika Sofia tidak melemparkan pekerjaan baru padanya.Jika disuruh lembur, Sherly hanya bisa pulang setidaknya pukul 6 sore.[Aku bosan di rumah, Mommy, tidak ada yang mengajakku bermain. Bisakah Mommy datang dan menjemputku sekarang juga?]Aarav sangat excited dan yakin jika ibunya tidak akan menolak permintaannya."Mommy sedang di tempat kerja sekarang, Aarav, jadi ...." Sherly belum selesai menjelaskan, namun Aarav sudah menyela dengan perkataan yang menyesakkan hati.[Semua orang sibuk. Tidak ada yang peduli denganku. Aku pikir Mommy Sherly berbeda dari semua orang, tapi ternyata sama saja. Aku membenci kalian semua.]Setelah mengungkapkan perasaannya, Aarav menyerahkan kembali ponsel pada Bu Nining, lalu berlari menuju ranjangnya. "Halo ... Aarav ... Aarav, sayang, dengarkan mommy!" Sherly merasa bersalah setelah mendengar kata-kata yang baru saja diu
Sherly mengerutkan dahinya. Desas-desus apa yang dimaksud bu Nining? Dia bahkan tidak tahu menahu tentang keluarga besar Hansel. Satu satunya yang menjadi alasan utama Sherly tetap berdekatan dengan Hansel hanyalah Aarav. Seandainya pria itu menyerahkan Aarav secara sukarela untuknya, Sherly akan pergi jauh dan tidak mau tahu dengan keluarga kaya raya itu.Sherly hanya paham jika Hansel adalah salah satu konglomerat ternama di kota itu. Itu pun dia dapatkan dari gosip yang sering didengar di kantor tempatnya bekerja.Karena bingung, Sherly bertanya sungkan pada wanita yang menggunakan seragam pengasuh itu. "Maksudnya apa, Bu?" Bu Nining menatap Aarav lebih dulu. Anak itu tidak terbebani sama sekali. Sebaliknya, tampak bahagia dan nyaman ketika berdekatan dengan Sherly."Saya rasa memang benar, Bu," ucap Bu Nining merasa tenang. "Jadi tidak apa apa kan kalau den Aarav saya tinggal bersama Ibu? Dia akan baik baik saja tanpa saya," tuturnya."Tentu saja." Sherly tersenyum ramah. "Aku in
[Nining mengatakan jika kamu menjemput Aarav tadi siang. Kamu sendiri yang bilang ingin membawa anakmu ke kantor.]Hannah menoleh pada bu Nining, lantas melanjutkan obrolannya dengan Hansel.[Hansel, jangan bilang kamu sedang tidak bersama Aarav sekarang? Katakan sesuatu pada mama!] Hannah menunggu anaknya bicara sambil melempar tatapan mematikan pada bu Nining.Bu Nining menautkan jari-jemarinya. Tubuhnya bergetar hebat karena telah ketahuan berbohong pada majikan. "Jangan-jangan wanita tadi hanya penipu, matilah aku. Aku bisa dipecat," pikirnya.Di ujung telepon, Hansel langsung mendapatkan ide. Tidak ingin membuat ibunya khawatir, dia pun menjawab dengan tenang."Iya, Aarav ada di sini, Ma. Dia baik baik saja. Tidak usah khawatir!"[Kenapa sangat lambat menjawab itu saja? Ibu sampai berpikiran yang bukan bukan.] Hannah menghela napas lega. [Syukurlah kalau cucu ibu bersamamu.]Begitu juga dengan bu Nining. Wanita berstatus janda itu akhirnya bisa tenang. Sudah bertahun-tahun bekerja
Tidak ingin merugi, Sherly menghabiskan seluruh hidangan di atas meja. Hingga bumbu-bumbu dan toping yang menempel di piring pun disikat habis.Sementara Aarav sedang mencuci tangan, Sherly mengeluh sendiri. "Sayang sekali kalau sampai ada yang tersisa. Sudah bayar mahal, masak iya dibuang percuma," gumam Sherly sambil meraih sisa di piring putranya.Tagihan hari itu sudah setara gaji Sherly dalam satu bulan. Namun, dia tidak terlalu khawatir lagi, karena Reynand sudah membalas pesannya.Pada saat Sherly tengah menikmati buah cery, sesosok pria muncul di hadapannya. Perlahan, Sherly mengangkat wajahnya dan berharap jika pria yang mendatanginya adalah Reynand."Ha ... Hansel ...!" ucap Sherly terputus putus. Dia memang berencana untuk menghubungi pria itu, namun bukan pada saat ini. Setelah Aarav puas bersamanya, dan meminta pulang, Sherly akan menghubungi Hansel. Sherly melakukan itu, karena tidak ingin menggangu Hansel yang menurutnya tengah menghabiskan waktu dengan Vonny.Begitu na
Semua pengunjung terperangah melihat kelakuan Vonny dan Sofia. Lebih-lebih ketika Sofia menyebut Sherly sebagai jalang, lalu menyiramnya dengan segelas jus, wanita malang itu sontak jadi perhatian dan bahan gosip hari itu.Beberapa di antara pengunjung sempat mengabadikan momen memalukan itu ke dalam rekaman ponsel, lalu mengunggahnya ke laman media sosial.Saat Vonny melihat Hansel berlari ke arah mereka, dia segera menarik lengan Sofia. "Hansel datang, ayo kabur!" Vonny sudah merencanakan niat itu sebelumnya. Begitu Hansel melihat ulahnya dan Sofia, mereka akan langsung melarikan diri.Hansel ingin mengejar dan memberi pelajaran pada kedua wanita itu, namun Sherly sudah lebih dulu mencegahnya."Biarkan saja, jangan diperpanjang lagi!" Dalam kondisi menyedihkan, Sherly menatap kebingungan di wajah Aarav. Sang anak pasti terkejut dengan penyerangan yang datang secara tiba-tiba."Kenapa kamu hanya diam saja?" Hansel marah dengan sikap Sherly yang mudah menyerah. Sherly merasa tidak p
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung