Fahmi kaget sambil memegang pipinya yang kesakitan. Lelaki itu juga menahan rasa takutnya, sebab raut wajah Papa mertuanya begitu penuh amarah.
"Ada apa ini, Pa?" Fahmi bertanya mengapa Robert Begitu marah padanya dengan suara bergetar. “A-apa salahku?”Tak berhenti disitu Robert menampar lagi untuk kedua kalinya, karena mendengar Fahmi memanggilnya sebutan Papa."Jangan sekali-kali memanggil Papa. Saya bukan Papamu! Tidak sudi Saya, kamu memanggil saya Papa. Brengsek!" bentak Robert tanpa menahan lagi.Fahmi tak memiliki kesempatan untuk protes atau bertanya lagi. Pipinya sangat kesakitan akibat dua tamparan keras itu. Robert benar-benar mengerahkan semua tenaganya untuk menampar Fahmi."Dulu saya sangat mempercayai kamu Fahmi, bahkan saya juga memberikan restu untuk menikahi putri saya. Apalagi saya juga mempercayakan sebuah perusahaan untuk kamu. Tetapi apa sekarang? Kamu tidak becus bekerja dan malah membuat perusahaan itu bangkrut. KRobert tersenyum sinis. "KELUAR DARI SINI DAN HIDUPLAH MENJADI GELANDANG!” usianya tak kalah keras dengan suara Fahmi.Mata Fahmi memerah, menahan tangis. Berusaha menguatkan diri agar butiran kristal tidak berhasil lolos dari kelopak mata.“BAWA DIA KELUAR!” ucap Robert pada bodyguard agar menyeret Fahmi secara paksa. Bibirnya juga membentuk senyum miring mengejek.***Setelah terusir dengan memalukan, Fahmi pergi ke hotel untuk tempatnya bermalam hari ini. Ia memilih hotel terbaik, karena ia tak biasa dengan tempat dengan fasilitas rendah. Selera Fahmi tak mungkin langsung terjun bebas setelah diusir dari keluarga kaya."Permisi, masih ada kamar VIP kosong di hotel ini?" tanya Fahmi pada Resepsionis."Baik Tuan, sebentar akan saya cek dulu," jawab Resepsionis sambil mengecek kamar pada komputernya.Tak berapa lama, "Masih ada kamar tuan, untuk satu orang.""Oke, saya pesan kamar itu," ujar Fahmi sambil menyerahkan kartu debitnya."Baik, saya terima," ujar sang Resepsionis sambil men
“Cih, kenapa datang ke sini?”Alia kedatangan tamu di siang bolong, dia bertanya dengan tatapan malas setelah membuka pintu apartemen. Bola mata Alia bergerak dari atas turun ke bawah melihat secara detail di hadapannya sosok lelaki dengan muka kusut, rambut acak-acakan, dan pakaian lusuh, ditambah sepatu yang dikenakan lelaki itu kotor.“Ada apa dengannya? Mengapa seperti gembel,” celutuk Alia dalam hati.“A-anu ....” Fahmi menggaruk kepalanya dengan canggung, sangat malu berhadapan dengan Alia dengan keadaannya yang sekarang. Akhirnya memutuskan untuk pergi dari hadapan Alia tanpa berkata apa-apa. Fahmi berbalik badan, berjalan ke lift mengurungkan niat berbicara dengan Alia.“Ada masalah apa? Kenapa kamu terlihat kotor,” ejek Alia dan terdengar oleh Fahmi.Di depan lift yang terbuka, Fahmi terdiam, menerima ejekan Alia, sama sekali tidak marah.“Kemarilah, apa yang membuatmu ke sini.” Sebenarnya Alia tidak peduli, tetapi sanga
“Saya mendapatkan laporan, Nona.” Sang pengawal pribadi Misella dengan sopan berdiri di depan Misella yang sedang duduk santai meminum secangkir teh hangat. Melaporkan informasi yang diminta oleh Misella.“Ya? Cepat katakan!”“Baik, Nona.” Pengawal pribadi berbadan besar itu mengangguk tegas. “Seperti yang Nona minta untuk mengawasi Pak Fahmi.”“Bagaimana hidupnya?” tanya Misella penasaran.“Pak Fahmi kelihatannya sangat frustasi dengan hidupnya dan Saya mendapat informasi bahwa Pak Fahmi baru saja datang ke apartemen Belleza.”Mata Misella memincing, curiga. “Untuk apa dia datang ke apartemen?”“Saya melihat dari rekaman CCTV, Pak Fahmi sempat menginjak kaki di unit 002 ini. Lalu setelah itu, menaiki lift ke unit 001,” jelasnya. “Pak Fahmi sepertinya mendatangi mantan istrinya yang dulu,” tebak pengawal itu.“Ehem. Kamu mengawasinya?” Suara berat berdehem dari arah belakang tangga.Misella menoleh. Kaget meliha
“Kok jalur ini sepi sekali.”Abian hanya menanggapinya dengan senyuman.Sebagai orang kaya, Abian sengaja memesan 'private jet' untuk penerbangan Jakarta-Bali untuknya dan Alia. Abian menyewa jet pribadi dengan Tarif USD 38.000 atau Rp592,8 juta. Tarif tersebut termasuk izin penerbangan dan biaya ground handling bandara, makan dan minum selama penerbangan, serta fasilitas lounge bandara."Kita akan naik private jet," ucap Abian santai.Alia terbengong, begitu juga Davina saat mengetahui Abian sewa jet pribadi. Para wanita itu tentu tahu sebanyak apa uang yang dihabiskan Abian untuk liburan ini. Alia menjadi semakin penasaran, sekaya apa suaminya dan sekaya apa keluarga Abian.Sebab, hingga saat ini hal itu masih menjadi rahasia. Alia belum mengenal jauh keluarga Abian. Karena mereka jarang bertemu, apalagi Abian juga cenderung menutupi, dan hanya menjawab sekenanya. Tak pernah gamblang menjelaskan kekayaannya dan juga keluarganya.
Malam ini Thalia Davira sangat cantik. Mengenakan little black dress to dinner with Abian Ghiffari. Kali ini Alia memakai lipstick merah tebal, rambut panjangnya dibuat bergelombang, dan bau parfum yang manis tercium di hidung Abian tak hilang-hilang."Wangi sekali," komentar Abian saat di dalam mobil, sedang menuju ke salah satu restoran."Aku memakai parfum darimu. Ternyata aromanya manis sekali. Aku suka."Abian tahu sifat Alia yang selalu menghargai barang pemberian orang lain. Apapun hadiah yang Abian berikan padanya, pasti Alia menyukai."Apa yang membuatmu malam ini kamu lebih cantik, Al?" Abian terus tersenyum melihat kecantikan Alia yang tidak biasanya. "Apa karena lipstick merahmu?"Cantik? Alia rasa malam ini berdandan tidak berlebihan. Alia menyalakan ponselnya, melihat wajahnya sendiri dari kamera ponselnya. "Ah, tidak juga. Ini biasa saja. Bukannya aku selalu berdandan seperti ini?""No." Abian menggeleng. "You're
Alia menuangkan wine ke gelas Abian sambil berkata lirih, "Kau lihat? Semua pelayan melihat ke arah kita. Itu membuatku risih." Alia tidak nyaman."Abaikan saja. Pelayan wanita pasti iri dengan kecantikanmu," tutur Abian santai meminum wine yang tadi Alia tuangkan ke gelasnya hingga habis.Alia menompangkan dagunya dengan tangan, matanya bergerak melirik ke kanan kiri. "Aku pikir mereka ingin berada di posisiku. Maksudku, mereka menginginkan menjadi istri lelaki kaya dan tampan sepertimu," balas Alia menurut pendapatnya. "Ya, kan, sayang?"Abian hanya mengangguk saja."Aku ingin ke toilet sebentar."Alia pun mengangkat tangan kanan dan memanggil salah satu pelayan untuk bertanya di mana letak toilet. Sang pelayan menjelaskan letak toilet tapi Alia tidak paham, jadi pelayan dengan inisiatif untuk mengantarkan Alia.Lima menit kemudian, Abian bosan menunggu Alia yang tak kunjung kembali dari toilet. Abian akhirnya menyusul Alia ke
"Tenang aja, semua pasti berjalan lancar. Aku yakin orang tuaku menyukai kamu," Abian menenangkan Alia.Alia mengangguk paham, dia percaya apa kata Abian.Perjalanan itu mereka lewati dengan keheningan. Abian fokus ke jalanan, sedangkan Alia sedang sibuk dengan pikirannya. Dia mempersiapkan bagaimana kalimat dan sikap yang akan dia tunjukkan kepada keluarga Abian.Hingga mobil mereka tiba di pelataran sebuah villa yang diketahui milik keluarga Abian. Tapi Abian tidak memberi tahu itu villa milik keluarganya. Walaupun Alia tahu bagaimana keluarga Abian yang sangat berada. Hati kecilnya sedikit merasa rendah diri. Apalagi Alia hanyalah orang biasa."Ayo turun," Abian mengajak Alia setelah membukakan pintu untuk wanita itu.Mereka berjalan bersama, menuju ke pintu depan. Villa itu memiliki taman yang cukup luas, sebelum sampai ke pintu masuk. Abian tak lupa menggenggam tangan Alia yang dingin, antara karena cemas atau memang udara malam.
Abian dan Ayahnya memiliki wajah yang mirip. Meski Ayah Abian sudah cukup berumur, beliau masih nampak begitu tampan dan berwibawa. Apalagi dengan bahu yang masih tegap, mungkin beliau masih bisa di panggil dengan sebuatan Hot Papa. Banyak wanita muda yang rela menjadi wanita simpanan, tapi Maria tetap setia pada Caroline. Semoga saja sifat Abian persis seperti Mario. Lelaki setia dan tulus menemani sang istri hingga akhir hayatnya. Dan yang paling Abian tunggu, sosok terakhir yang dia sapa. Siapa lagi kalau bukan Kakaknya, Amber Hailey. Wajah kakaknya sekrang jadi terlihat lebih dewasa, mungkin karena dia sudah melewati beberapa fase hidup yaitu pernikahan, memiliki anak, dan masih kelihatan cantik dengan body goals karena hobi gym. "Long time no see, Sis," sapa Abian dengan senyuman lebarnya dan hendak memeluk Kakaknya itu. Amber menurunkan Xylia dari gendongannya. Membalas pelukan hangat untuk melepaskan kerinduan pada sang adiknya.