PLAK!Tamparan itu membuat Fahmi terkejut. Dia meraba pipinya yang mulai terasa panas dan meringis, sama sekali tidak menyangka bahwa Alia akan melakukan hal tersebut padanya.“Mengapa kamu malah menamparku?!”“Sadarlah, Fahmi! Sadar!!!” pinta Alia memohon agar Fahmi bisa mengendalikan diri.Sorot mata Fahmi melemah. “Aku masih sangat mencintai kamu, Alia.” Dia berbicara dengan sungguh-sungguh. “Aku ingin kembali padamu.”Bug!Bug!Alia menghantam tubuh Fahmi dengan sangat keras, dia ingin Fahmi menjauhinya karena sungguh Alia benar-benar merasa bahwa Fahmi telah berbuat kurang ajar pada dirinya.Bug!Satu pukulan keras mendarat di bahu kiri Fahmi.“Demi Tuhan! Aku bersumpah tidak menginginkanmu kembali!”
"Aku mohon Alia dengarkan aku, hanya aku yang bisa membuat kamu bahagia. Aku mohon Alia. Beri aku kesempatan sekali ini."Fahmi benar-benar memohon, tapi Alia sudah tidak peduli."Keluar!! Aku bilang keluar ya keluar!!!"Alia berteriak-teriak seperti orang gila, dia benar-benar merasa jijik melihat Fahmi yang saat ini ada di depannya."Kamu laki-laki kotor! Keluar kamu dari apartemen ini atau aku akan berbuat lebih nekat lagi," ancam Alia.Alia mengusir Fahmi dengan sekuat tenaga, dia begitu serius menghardik Fahmi dan meminta Fahmi untuk segera pergi.Saat ini Alia dan Fahmi sudah bercerai sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi di antara mereka. Terlebih Alia sudah menikah dengan Abian jadi tidak ada alasan lagi bagi Fahmi untuk mendekati apalagi merayunya."Beri aku kesempatan Alia ...."Fahmi berbicara dengan
Di kamar.Misella duduk ditemani oleh cahaya lampu tidur. Dengan memakai lingerie sexy. Mengigit kuku menandakan cemas. Berulang kali melirik ponsel barunya di meja, berharap ada panggilan masuk dari orang yang ditunggu.Siapa lagi kalau bukan menunggu Fahmi?Misella menyentuh layar dengan wallpaper foto pernikahannya. Jam sudah menunjukkan pukul 1 AM dan Fahmi belum pulang.Dia memencet nama kontak 'Suami.' Mencoba menelpon Fahmi lagi. Berharap kali ini panggilan terangkat.Tidak terjawab.Misella mendesah kasar. “Liat saja. Aku akan menunggu sampai Fahmi pulang, meminta penjelasan detailnya!” geramnya.Misella bahkan rela menahan kantuk. Tubuhnya terasa lelah sekali, sudah mengurus bayi kini menahan kantuk demi menunggu suami pulang.***
Fahmi menoleh dan terkejut. “K-kau belum tidur?” Bertanya balik. Sedikit gelagapan.Misella menggelang cepat, mendekat Fahmi. Membantu melepaskan dasi dan jas hitamnya. “Ini jas hitam kesayanganmu. Jadi, Aku akan mencuci pakaianmu, tidak aku laundry,” jelas Misella sembari tersenyum kecil.“Tidak perlu, sayang. Nanti kamu capek.”Awalnya Fahmi menolak, tapi Misella memaksa. “Sudah. Jangan kamu tolak niat baik istrimu.”Mau tidak mau menuruti dengan tersenyum kecut. Lelaki itu naik ke lantai atas setelah disuruh oleh Misella.Di depan mesin cuci, Misella melihat jas dengan cukup lama. Dia sengaja meminta Fahmi melepaskan jas itu sebab mencium parfum berbeda, seperti parfum wanita lain.Misella curiga. Kecurigaan bertambah dengan raut wajah Fahmi.“Ada yang tidak beres.”
Ya. Jawaban Fahmi semua bohong. Misella tahu Fahmi berbohong. Pasalnya sekitar pukul sembilan malam, Misella menghubungi sekretaris Tony. Dia mendapatkan informasi kalau Fahmi tidak lembur sampai larut malam dan Fahmi keluar kantor sekitar jam delapan malam bukan jam 11 malam.“Kamu tidak percaya?”Misella tak berkata apa-apa. Hanya diam. Tak menyangka. Dirinya sudah dibohongi oleh suaminya sendiri. Dia teringat saar menjadi selingkuhan Fahmi. Misella tahu betul, Fahmi dulu selalu berbohong pada Alia hanya untuk bertemu dengan dirinya.Misella sekarang sadar bagaimana rasanya di posisi Alia dan menjadi Alia yang dulu. Sakit teramat sakit.Kepercayaan dalam rumah tangga lambat laun akan menghilang.Saat Misella melihat ke arah tangan Fahmi, dia seperti teringat pada sesuatu. Ada yang janggal dalam pandangannya."Kenapa kamu tidak menggu
"Kamu sudah berani membohongiku!"Fahmi mengacak rambut berpura-pura sebal pada Misella, nyatanya sedang menyembunyikan kebohongannya. "Aku sudah menjelaskan bahwa aku tadi mandi dan aku meletakkan cincin di sana."Misella memincingkan matanya. "Cincin itu hilang atau memang kamu sengaja melepaskan?" terkanya."Aku lupa memakai cincin kembali, seingatku seperti itu."Fahmi berusaha untuk menjelaskannya lagi. Tapi tetap saja Misella tidak percaya."Oke aku akan mempercayaimu dan aku akan terus percaya setiap apa yang kamu sampaikan! Asalkan kali ini kamu bisa membuktikan bahwa cincin kawin itu memang benar-benar ada," tuntut Misella.Misella dan Fahmi berdebat, perdebatan paling panjang yang pernah terjadi sepanjang pernikahan mereka. Fahmi berusaha tetap membuatMisella percaya kepadanya, sementara Misella dengan kecurigaannya membantah semua hal yang dipaparkan oleh Fahmi.Misella merasa bahwa Fahmi sudah keterlaluan. Melepaskan cincin kawin saat mandi, kemudian lupa memakainya kemba
"Kenapa diam? Apakah kamu tidak sanggup melakukan apa yang aku katakan?!" Robert emosi ketika Fahmi hanya diam saja. Fahmi mendongakkan kepalanya, dia menoleh ke arah Robert juga Tiffany yang masih berada di ruang makan itu kemudian berbicara, “Aku berjanji tidak akan pernah menyakiti hati Misella dan aku akan berusaha sebaik mungkin mengurus perusahaan.” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Fahmi berpamitan pada Misella, "Aku mau berangkat ke kantor dulu." Fahmi membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan Robert dan Tiffany yang masih berada di sana. Kemudian berpamitan ke kedua orang tua Misella. "Ma, Pa. Aku harus siap-siap untuk pergi ke kantor," pamit Fahmi dengan mencium punggung tangan mereka berdua. “Tolong temani Sella, ya. Maaf merepotkan Mama dan Papa.” Robert menepuk bahu Fahmi. Fahmi dengan cepat-cepat meninggalkan ruang makan, naik ke atas untuk mengambil tas kerja dan ponsel, kemudian keluar dari unit tersebut. Lelaki itu harus secepatnya mengambil cincin kawinny
“Ada apa sayang?” tanya Alia belum menyadari Abian sedang memegang cincin.“Ini.” Abian memperlihatkan cincin itu pada Alia. “Cincin siapa ini, sayang? Bagaimana bisa ada di dalam unit 001?” tanyanya dengan penuh keheranan dan bingung.WOW.Alia merasa terkejut. Keringat dingin mulai menjalari tubuhnya. Kejadian nista itu berputar-putar di kepalanya.Alia menjadi emosi dan geram pada mantan suaminya itu. “ASTAGA! FAHMI SI*ALAN! BAGAIMANA MUNGKIN MENINGGALKAN CINCIN INI DI SINI?!” jerit Alia dalam hati.Alia menarik napas lalu dihembuskan. Berusaha bersikap biasa saja seakan tidak ada hal yang telah terjadi.“Aku tidak tahu cincin itu milik siapa, sayang." Alia berusaha mengelak karena dia tidak mungkin berkata jujur bahwa itu adalah cincin milik Fahmi.Jika sampai Alia mengatakan itu maka akan terjadi peperangan."Kamu yang seharian berada di rumah waktu kemarin dan aku yakin pasti kamu tahu siapa saja yang datang ke apartemen kita!” Abian sedikit jengkel."Kemarin tidak ada siapa-sia