Alia menunggu di jam yang tepat untuk menggeledah mobil milik Fahmi. Rasanya tidak sabar ingin mengetahui sesuatu apa yang disembunyikan oleh suaminya di bagasi mobil.
Tengah malam setelah Fahmi tidur. Alia beranjak dari tempat tidur tanpa menimbulkan suara. Secara diam-diam Alia mengambil kunci mobil di nakas, lalu segera turun dari tangga, dan langsung menuju garasi mobil depan rumah.
Alia mulai menggeledah.
Dia menemukan tas besar di dalam bagasi. Kening Alia berkerut melihat Isi tas ada kaos putih polos, pakaian dalam lainnya, dan sandal rumah. Kenapa Fahmi menyimpan barang-barang itu di tas dan diletakkan di bagasi?
Namun, Alia menyadari sesuatu. Dia menemukan dompet lain milik Fahmi, dan ada kartu ATM. Sejak kapan Fahmi memiliki rekening lain? Alia juga tidak tahu, kapan Fahmi membuat rekening baru.
Kemudian matanya melebar ketika tangannya menga
Sepanjang dinas Alia tak fokus sama sekali. Dia berulang kali ditegur oleh Linda yang galak. Pikiran Alia entah kemana, tapi badannya di rumah sakit Fortis.Banyak pikiran.Masih sulit menerima kenyataan tentang Cincin berlian yang harganya melambung tinggi. Untuk apa Fahmi membeli cincin berlian sangat mahal pada wanita lain.***Di lorong rumah sakit Fortis.“La! Tunggu!”Langkah Alia terhenti kala Abian memanggil namanya usai jam makan siang. Memejamkan mata sesaat. Oh, Ya Tuhan. Dia lagi.“Iya, Dok. Ada apa?” tanya Alia sesopan mungkin. Jujur, tidak ingin berurusan dengan Abian lagi.Tapi... Lelaki berjas putih dokter itu tidak pernah untuk menyerah mendekati Alia. Secara terang-terangan memperlihatkan bentuk sikap dan ucapan tertarik pada Alia. Selalu mencuri kesempatan supaya bisa ber
Di rumah sakit Havanna, jam sembilan pagi. Dokter Fahmi melakukan USG pada seorang ibu hamil. “Ini sudah masuk 25 minggu kehamilan Anda. Bayinya sehat. Anda lihat kepala di sini, kan?” jelas dokter Fahmi menunjuk layar monitor. Ibu hamil tidak melihat jelas lebih tepatnya tidak mengerti di mana posisi kepala bayi yang baru masuk 25 minggu. “Apakah kamu melihat kepalanya?”tanya Ibu hamil pada suaminya. Suami itu mengangguk. “Oh, ya. Aku melihatnya,“ jawab sang suami. Sang istri bertanya pada suaminya di mana letaknya, sang suami pun menunjukkan di mana letaknya, namun dokter Fahmi memberitahu yang ditunjuk suaminya itu sebenarnya bukan kepala. “Itu bukan kepala, melainkan kaki,“ ujar Fahmi. ”Kepala berada di sini.“ Fahmi pun menunjukkan. Sang suami merasa malu. “Oh ... begitu. Aku kira bayi kita memiliki kaki yang sangat besar sepertiku, sayang,” ucap sang suami untuk menutupi rasa malunya. “Kehadirannya sangat dinantikan ol
Alia sengaja pulang malam, menghabiskan waktu bersama rekan kerjanya. Berkumpul di salah satu cafe terkenal, membicarakan hal random. Sesekali mengecek ponsel untuk memastikan apakah ada pesan masuk dari suaminya. Tidak ada. Saking sibuk dengan pekerjaan hingga tidak menghubungi Alia? Setelah mandi dan mengenakan pakaian, Alia turun dari kamar sambil membawa laptop. Duduk di ruang makan sembari menikmati teh hangat buatannya. Sudah lama Alia tidak membuka akun media sosialnya. Dia membuka f4cebook, melihat banyak notifikasi di pemberitahuan dan banyak yang mengajak berteman. Tapi belum di konfirmasi. Alia mencari akun Fahmi. Siapa tahu suaminya masih aktif bermain media sosial. Dan, ketemu! Alia menyeruput teh hingga tandas sembari menggeser layar laptop ke bawah dengan mouse. Tidak ada foto yang aneh atau mencurigakan. Alia tidak sengaja menekan nama salah satu di pertemanan Fahmi. “Lvyrsf?" gumam Alia membaca uname itu. “Pasti ak
Fahmi tertegun. Cincin itu telah hilang dan selama ini dicari. “Dari mana kamu menemukan cincin ini, La?" Alia tidak mau menjawab. Tidak mungkin mengatakan menemukan di mobil Fahmi, sementara dia telah menggeledah mobil secara diam-diam. “Kenapa kamu membeli cincin semahal itu? Cincin untuk siapa?” tanya Alia the points. Menuntut penjelasan. “Untuk wanita lain?” sindir Alia dengan senyuman sinis. Fahmi gelagapan. “Aku membeli untukmu," jawabnya ragu-ragu. “Yakin cincin itu buat aku? Harga sampai 53 jt lho, Mas.” Fahmi mengangguk cepat. “Ya, yakin dong! U-u-untuk siapa lagi?" Dia meyakinkan Alia. Alia yang tahu kenyataan cincin itu bukan untuk dirinya hanya bisa tertawa. “Bullshit! Mau sampai kapan kamu bohongin aku, Mas? Aku tuh capek dibohongi terus!” Alia meluapkan apa yang dirasakan. “Kamu sadar? Sudah berapa kali berbohong! Bohong terus-terusan, sampai kamu bohong sudah menjadi makanan keseharian aku!” tegas Alia,
Misella menyapa Alia seperti menyapa pasien lainnya."Sebelumanya kita pernah bertemu?" ucap Alia. "Wajahmu tidak asing lagi."Misella tersenyum. Senyuman mengerikan. "Benar! Kita pernah bertemu dua kali. Pertemuan pertama saat tidak sengaja menjatuhkan ponsel dan pertemuan kedua di Mall saat membeli anting-anting."Alia terkagum. "Ingatan Dokter tajam juga.""Kamu istrinya dari Dokter Fahmi bukan?"Alia menjawab dengan anggukan."Dia dokter yang sangat terkenal di rumah sakit Havanna," ujar Misella.Alia hanya tersenyum. Sekarang tidak ingin membahas Fahmi. Ya. Fahmi memang sebagai dokter profesional, bertanggung jawab pada pasien, tapi orang-orang tidak tahu betapa bejatnya Fahmi."Okay. Mari kita mulai konsultasinya. Apa yang menggangu pikiranmu Alia?" tanya Misella.Diam."Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau kamu diam saja."Ah, tujuan Alia ke rumah sakit Havanna sebenarnya untu
Misella menjadi canggung pada Alia. Pasalnya, dirinya sebagai orang ketiga dalam keluarga Alia dan Fahmi."Ah ..." Misella menjeda ucapannya. "Mungkin, aku akan mencari bukti perselingkuhan yang dilakukan suami dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Sepemikiran dengan Alia. Alia ingin mencari bukti kuat terlebih dahulu."Lalu, melabrak orang tiga. Itu solusi yang tepat?"Lagi-lagi Misella dibuat diam. Jangan-jangan Alia ingin melabrak dirinya? Misella tidak bisa membayangkan jika Alia datang padanya untuk melabrak dan berteriak sebagai pelakor. Reputasi akan buruk. Nama Misella sebagai dokter kejiwaan akan tercoreng hanya karena menjadi orang ketika."Pertimbangkan akan melabrak orang ketiga atau tidak.""Okay. Sekarang aku paham."Hei. Sadarlah. Wanita yang selama ini Alia cari, sudah ada di depan mata! Dia wanita yang telah membuat suami berpaling dari Alia."Oh, ya. Apakah kamu mau datang ke pesta ulang tahunku
“Dokter psikiater siapa?”Kenapa Fahmi bertanya? Mungkin saja Alia berkonsultasi dengan Yura atau dokter kejiwaan lainnya.“Dokter Misella,” jawab Alia.Rahang Fahmi mulai mengeras saat mendengar jawabannya. “Kenapa kamu berkonsultasi dengannya? Apa tidak ada rumah sakit yang ingin kamu kunjungi hah?!” Fahmi menjadi sensitif, marah dan kesal.Alia tidak mengerti pada perubahan mood Fahmi yang mendadak memarahi dirinya. “Kenapa kamu jadi marah hanya karena aku mendatanginya sebagai pasien?”Fahmi menarik napas. “Maaf.”“Bukankah sebelumnya kamu mengizinkan aku datang ke sini? Jadi, kenapa kamu seperti tidak nyaman aku datang?“ Alis Alia terangka
Seketika Erza menoleh ke samping, di mana Alia berdiri. “Dokter Sella?”Alia mengangguk. Dia melihat perubahan ekspresi dari Erza, tampak tegang. “Kamu mengenali Dokter yang bersama Sella? Aku sudah bertanya pada yang lain, tidak ada yang mengenalinya. Dia bekerja di rumah sakit ini, 'kan?”Berbagai pertanyaan Alia, Erza tidak bisa menjawab. Terjebak dalam pikirannya sendiri, dia tahu siapa sebenarnya Dokter Sella. Siapa lagi kalau bukan Misella? Hanya beberapa orang yang tahu nama panggilan Misella adalah Sella bukan Misella.“Um ... A-anu ....” Erza menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Bingung. Bimbang. Gelisah. Apa harus mengatakan sejujurnya atau berpura-pura tidak tahu?“Bagaimana?” Alia sudah tidak sabar