"Jika kalian berdua masih mendesak Ayuna lebih baik kalian berdua pergi dari tempat ini. Kalian hanya dapat membuat Ayuna merasa sedih saja." Kata Rafael sambil marah.
"Tenang saja, tidak perlu marah. Aku dan Vita juga tidak akan datang kemari jika tidak diminta oleh Nyai Sri. Kami hanya tidak ingin nyawa kamu terancam sebab kelalaian kalian bertiga. Kalian bertiga itu sangat lambat." Kata Daffa.
"Siapa pria yang tidak akan marah jika wanita dia disalahkan terus? Katakan kepada aku!" Kata Rafael sambil marah.
Aku berusaha menenangkan Rafael.
"Sudah kamu tenang saja! Kita harus tetap tenang dan jangan marah. Aku tidak ingin ada pertengkaran diantara kita semua. Aku mohon terhadap kamu, Rafael." Kataku.
"Baik, aku akan lebih tenang lagi. Maafkan aku, Ayuna." Kata Rafael sambil memegang wajah aku.
"Aku mengerti." kataku sambil memegang tangan Rafael.
"Kamu tidak perlu memikirkan mereka berd
"Jadi begitu, kamu sudah sangat mencintai dia. Selamat atas kebersamaan kalian berdua." Kataku."Terima kasih, Ayuna. Ini terjadi juga karena kamu." Kata Vita."Aku? Kenapa aku?" tanyaku sambil merasa bingung."Jika kamu menerima cinta dia dan bukan Rafael. Pasti kamu sudah bersama Daffa. Itu akan membuat aku tidak memiliki kesempatan bersama Daffa." Kata Vita."Begitu, tidak juga itu semua karena usaha dan kesabaran kamu dalam mempertahankan cinta kamu terhadap Daffa." Kataku."Aku senang memiliki sahabat seperti kamu, Ayuna." Kata Vita."Aku juga, kamu dan yang lainnya adalah teman terbaik aku. Aku beruntung mengenal kalian berdua." Kataku."Aku juga ingin bertanya sesuatu terhadap kamu, Ayuna." Kata Vita."Apa itu?" tanyaku."Sebenarnya apa alasan kamu menerima Rafael dahulu?" tanya Vita."Aku menerima Rafael sebab dia sungguh mencintai aku dengan dalam." Ja
"Apa? Ilham mencintai kamu meski kamu sudah bersama Rafael. Dia tetap mencintai kamu." Kata Vita dengan sangat terkejut."Benar, Vita. Maafkan aku belum menceritakan ini terhadap kamu. Aku tidak ingin Ilham merasa malu dengan orang lain mengetahui jika aku tidak dapat membalas perasaan dia. Aku hanya ingin berteman dengan Ilham. Tapi yang terjadi justru membuat jurang diantara kita bertiga." Kataku."Apa Rafael mengetahui ini semua?" tanya Vita."Benar, dia mengetahui semuanya." Jawabku."Apa? Terus bagaimana dengan reaksi dia?" tanya Vita dengan sangat terkejut."Dia merasa cemburu dan aku merasa telah menyakiti mereka berdua. Aku bingung ini bisa terjadi diantara kami bertiga. Ternyata Ilham masih belum bisa melupakan aku." Jawabku."Jadi begitu ceritanya, sekarang aku mengerti. Kamu mungkin terlalu cantik sampai semua pria jatuh cinta terhadap kamu." Kata Vita."Tidak, aku biasa saja." Kata
"Baik, aku berjanji." Kata Rafael. "Aku pergi ke sana." Kataku. "Aku temani kamu saja." Kata Rafael. "Boleh." Kataku. Aku dan Rafael menemui Ilham. "Ilham!" Kataku. "Ayuna! Rafael!" Kata Ilham. "Sedang apa kamu di tempat seperti ini? Gelap dan sunyi." Kata Rafael. "Aku sedang duduk." Kataku. "Aku juga tahu itu, maksud aku itu untuk apa?" tanya Rafael. "Tidak apa apa, aku hanya ingin sendiri saja." Jawab Ilham. "Kamu pasti merasa tidak enak dengan tatapan Vita tadi. Dia seperti itu sebab dia mengetahui yang telah terjadi diantara kita bertiga. Aku mengatakan yang sebenarnya sebab suara itu yang membicarakan hubungan kita di depan aku dan Vita. Jadi, aku terpaksa mengatakan itu. Maafkan aku, Ilham." Kataku. "Tidak apa apa, kamu tidak salah dan tidak perlu meminta maaf. Aku hanya merasa sudah mengganggu hubungan kalian berdua
"Jadi begitu yang sebenarnya terjadi. Kamu tidak seharusnya mengatakan seperti itu terhadap Vita. Dia pasti merasa tidak enak terhadap aku sekarang. Kamu juga akan dinilai tidak baik oleh Vita. Rafael juga pasti marah mendengar jika kamu membela aku di hadapan Vita. Lain kali aku minta kamu jangan seperti itu. Aku tidak ingin kamu disalahkan oleh orang lain hanya karena telah membela aku. Aku memang salah sebab aku jahat, mencintai teman aku sendiri padahal dia adalah kekasih teman aku juga. Tapi kamu jangan merasa bersalah tentang itu, aku mencoba melupakan kamu. Aku juga mendukung kamu dan Rafael untuk bersama. Kalian berdua harus bahagia. Tidak boleh sampai berpisah. Mengerti?" tanya Ilham."Tentu saja, terima kasih." Jawabku."Tidak, aku tidak melakukan sesuatu yang harus mendapat ucapan terima kasih dari kamu. Lebih baik kita tidur sebelum waktu pagi hari datang." Kata Ilham."Benar itu." Kataku.Aku dan Ilham pergi dari tempa
"Tenang bagaimana?" tanya sahabat Nyai Sri."Untuk apa marah terhadap dia? Mereka semua itu tidak penting untuk kita." Kata Nyai Ani."Benar juga itu, untuk apa aku marah terhadap dia. Lebih baik aku mencari cara untuk membuat pelindung tempat ini semakin kuat." Kata sahabat Nyai Sri."Memangnya ada cara untuk memperkuat pelindung pintu gaib ini?" tanya Nyai Ani."Tidak, aku hanya berpikir saja. Siapa tahu ada caranya?" tanya sahabat Nyai Sri."Aku pikir benar ada caranya, ternyata tidak ada sama sekali. Lalu, apa yang harus kita lakukan saat ini?" tanya Nyai Ani."Kamu harus memberi aku pendapat bukan hanya banyak bertanya terhadap aku. Aku juga bingung dan tidak tahu harus melakukan apa. Kamu bantu aku memikirkan caranya juga. Bisa saja nanti mereka tahu cara masuk ke tempat ini. Jika anda pembawa perdamaian itu masih bersama mereka semua bisa saja terjadi. Aku dengar dia memiliki ke punya yang istimewa.
Aku dan semua teman aku beserta Nyai Ani dan juga sahabat Nyai Sri masuk ke kampung Lamuna. Kami langsung melihat keberadaan Nyai Sri. Dengan wajah yang sangat marah dan dipenuhi oleh dendam, membuat aku merasa sedikit takut. Aku takut jika aku dan emang teman atau juga akan dihukum oleh Nyai Sri. Aku tidak ingin membuat semua teman aku berada dalam bahaya. Nyai Sri terlihat sangat marah seperti ingin melenyapkan kami semua dari muka bumi ini. Aku merasa akan ada pertempuran antara Nyai Sri dan juga Nyai Ani. Tapi aku juga tidak dapat melakukan sesuatu untuk mencegah mereka berdua. Sebab dendam mereka sudah sangat besar dan membara. Aku mungkin hanya akan menjadi penghalang untuk mereka berdua."Aku takut sekali melihat wajah Nyai Sri." kata Vita sambil ketakutan."Kamu jangan takut, Vita." Kata Daffa."Apa kamu takut, Ayuna?" tanya Rafael."Sedikit, tapi itu bukan yang paling penti ng untuk sekarang. Kita harus menghadapi Nyai Sri
Aku dan semua teman aku ditugaskan untuk mencari keberadaan Yudi. Pahala aku belum pernah melihat sosok dia. Tapi aku harus menemukan dia. Sebelum Nyai Sri bertindak untuk menyakiti teman aku. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Tidak boleh ada teman aku yang menjadi korban sebab kami semua harus keluar dari tempat ini. Aku dan semua teman aku beristirahat di Kampung Lamuna untuk malam ini. Sampai besok pagi aku pergi mencari Yudi. Hari sudah mulai grelap dan kamu sudah bersiap untuk pergi tidur."Selamat malam, Vita." Kata Daffa."Selamat malam, Daffa." Kata Vita."Kota besok harus mencari Yudi. Kamu harus istirahat dan makan yang cukup supaya tidak jatuh sakit." Kata Daffa."Baik, aku akan mengikuti perkataan kamu." Kata Vita.Aku dan Rafael pergi berbicara sebab aku merasa ada yang aneh dari Rafael. Dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari aku."Rafael!" Kataku."Ada apa, Ayuna?" tanya R
"Tentu saja, jika kamu tertangkap oleh Nyai Sri. Nyawa kamu akan dalam bahaya. Aku dengar istri kamu juga ditahan oleh Nyai Sri." Kata penjual itu."Ani? Nyai Ani maksud kamu?" tanya Yudi sambil terkejut."Benar, dia sudah ditangkap sejak lama. Dan berada di kampung Lamuna." Jawab penjual itu."Begitu." Kata Yudi."Sepertinya kamu tidak khawatir dengan keadaan Nyai Ani." Kata penjual itu."Untuk apa? Aku lebih khawatir nasib aku jika tertangkap oleh Nyai Sri." Kata Yudi."Dari dahulu kamu tidak penegakan berubah. Tetap mementingkan diri sendiri." Kata penjual itu."Jelas, aku Yudi dan tidak akan lenyap dengan sangat mudah. Apalagi ditangan Nyai Sri. Itu tidak akan pernah terjadi." Kata Yudi."Dia itu sangat kuat dan semua makhluk takut terhadap dia." Kata penjual itu."Nyai Sri sudah menjadi sangat hebat." Kata Yudi."Dia juga tetao memikirkan kecantikan yang abadi.