"Tentu saja, jika kamu tertangkap oleh Nyai Sri. Nyawa kamu akan dalam bahaya. Aku dengar istri kamu juga ditahan oleh Nyai Sri." Kata penjual itu.
"Ani? Nyai Ani maksud kamu?" tanya Yudi sambil terkejut.
"Benar, dia sudah ditangkap sejak lama. Dan berada di kampung Lamuna." Jawab penjual itu.
"Begitu." Kata Yudi.
"Sepertinya kamu tidak khawatir dengan keadaan Nyai Ani." Kata penjual itu.
"Untuk apa? Aku lebih khawatir nasib aku jika tertangkap oleh Nyai Sri." Kata Yudi.
"Dari dahulu kamu tidak penegakan berubah. Tetap mementingkan diri sendiri." Kata penjual itu.
"Jelas, aku Yudi dan tidak akan lenyap dengan sangat mudah. Apalagi ditangan Nyai Sri. Itu tidak akan pernah terjadi." Kata Yudi.
"Dia itu sangat kuat dan semua makhluk takut terhadap dia." Kata penjual itu.
"Nyai Sri sudah menjadi sangat hebat." Kata Yudi.
"Dia juga tetao memikirkan kecantikan yang abadi.
"Nyai Sri, aku tidak menyangka anda akan memberitahukan kami tentang Yudi. Terima kasih!" Kataku."Tidak, aku mengatakan ini hanya ingin supaya kalian semua cepat menangkap dia. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan dia. Aku akan menghancurkan dia sampai dia mengerti arti dari menderita. Dia adalah orang yang menghancurkan hidup orang lain saja. Dia tidak pantas untuk tetap tinggal di hutan ini. Dia harus lenyap dari dunia ini." Kata Nyai Sri."Apa dendam Nyai Sri begitu besar?" tanyaku."Itu bukan urusan kamu lebih baik kamu cepat mencari dia sekarang juga." Jawab Nyai Sri."Aku hanya tidak ingin dendam Nyai Sri menghancurkan Nyai Sri sendiri. Setelah kematian dialami pasti Nyai Sri ingin merasa damai dan bahagia." Kataku."Benar dan bahagia aku adalah melenyapkan dia." Kata Nyai Sri."Kenapa aku tidak yakin tentang itu?" tanyaku."Sudah hentikan! Kamu dia semua teman kamu harus mencari Yudi. Bukan
"Biar saja." Kataku. "Aku tidak tahan melihat senyum kamu." Kata Rafael. "Sengaja." kataku sambil tersenyum. "Ada apa ini? Pasti kamu ada sesuatu ini." Kata Rafael. "Aku ingin berbicara Berdua beneran kamu." Kataku. "Ada apa lagi? Pasti ini mengenai masalah kemarin." Kata Rafael. "Kak belum juga bicara kepada aku. Aku tidak ingin kamu berdiam diri terus. Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud jika kamu tidak berbicara kepada aku." Kataku. "Sudah, aku tidak ingin membahas ini lagi." Kata Rafael. "Kenapa? Kamu harus jujur kepada aku!" Kataku. "Sudah hentikan! Aku bosan dan lelah mendengar ini semua. Lebih baik kamu tidur saja." Kata Rafael. "Tidak, aku akan tetap berdiri di sana. Menjauh dari mereka semua sampai kamu ingin berbicara dengan aku." Kataku sambil menjauh dari Rafael. Aku pergi ke tempat yang lebih jauh supaya Rafael ingin berbicara
Perjalanan mencari Yudi sangat sulit sebab aku belum mengetahui wajah dia sama sekali. Dan semua orang juga tampak menyembunyikan dia dari kami semua. Tidak ada yang dapat memberikan informasi terhadap kami mengenai Yudi. Aku hanya berharap bahwa nanti aku akan bermimpi tentang wajah dan keberadaan Yudi. Sehingga kami semua cepat menemukan dia. "Bagaimana ini?" tanya Vita. "Aku juga tidak tahu." Jawab Daffa. "Sudah kita berjalan saja sampai kita dapat bertemu dengan seseorang dan bisa bertanya kepada dia tentang Yudi." Kata Rafael. "Bagaimana, kita harus terus berjalan saja." Kata Daffa. ""Apa sebaiknya kita beristirahat dulu saja." kata Ilham. "Boleh itu ide yang sangat bagus." Kata Vita. "Kita istirahat saja di sebelah sana." Kata Rafael. "Baik." Kataku. Aku dan semua teman aku duduk dahulu. Rafael, Ilham dan Daffa pergi mencari Air untuk kami semua. "Kit
Suasana yang tadinya terasa sangat dingin dan sunyi menjadi sedikit lebih terang. Aku merasa sudah tidak ketakutan seperti tadi lagi. Suara misterius itu juga sudah hilang dan tidak terdengar lagi oleh aku dan Vita. Akhirnya mereka bertiga juga sudah kembali lagi. "Aku takut sekali." Kata Vita. "Takut kenapa? Ada apa ini?" tanya Daffa. "Tadi ada suara misterius itu lagi. Suara itu menghilang saat kalian semua kembali kemari." Jawabku. "Jadi begitu." Kata Rafael. "Benar." Kataku. "Apa yang dia katakan kepada kalian berdua?" tanya Ilham. "Dia mengatakan bahwa kita seharusnya pergi dari tempat ini. Dia bertanya kenapa kita semua kembali kemari. Aku dan Vita merasa takut dan tidak menjawab dia. Tapi aku merasa jika suara itu terus sama mengganggu kita semua." Jawabku. "Kamu jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti kamu." Kata Rafael. "Baik, Rafael
"Apa kamu serius?" tanya Rafael."Tentu saja, kamu tidak percaya?" tanyaku."Sebenarnya satu hal yang membuat aku tidak percaya diri adalah bernyanyi. Tapi kamu terlihat senang saat aku bernyanyi. Apa kamu sangat menyukai ini?" tanya Rafael."Tentu saja, aku baru tahu rasanya dinyanyikan oleh seorang pria. Tapi aku baru tahu kamu bisa merasa minder juga. Padahal kamu itu orang yang paling percaya diri yang pernah aku kenal." Jawabku."Kamu bisa saja tapi aku serius aku tidak percaya diri saat bernyanyi. Aku juga tidak tahu alasan aku merasa minder itu apa. Tapi aku senang saat kamu menyukai aku sedang bernyanyi. Padahal suara itu biasa saja. Itu tanda mnta kamu sangat mencintai aku." Kata Rafael."Kamu yang lebih mencintai aku. Aku yakin itu." Kataku."Itu sudah jelas." Kata Rafael."Kau ingin bertanya sesurau tapi kamu jangan marah." Kataku."Apa yang membuat aku marah? Aku tidak
"Aneh saja di tempat seperti ini ada yang sangat sunyi dan menakutkan ada mayat manusia. Itu artinya dahulu pernah ada manusia yang tinggal di tempat ini." Kata Rafael."Tidak mungkin, ini kampung Lamuna kampung di mana hanya makhluk halus yang tinggal di sini. Tidak ada manusia kecuali kita berlima. Jadi, aku merasa itu tidak mungkin terjadi." Kataku."Lalu, Kenapa bisa ada mayat di hutan sekitar kampung Lamuna?" tanyaku."Kampung Lamuna ini tidak ada penghuninya kecuali Nyai Sri dan semua warga yang berada di kampung Lamuna ini." Kataku."Mungkim kamu benar aku hanya takut apa yang dikatakan kakek tua itu benar." Kata Rafael."Ada apa?" tanyaku"Tidak ada." Jawab Rafael."Kamu bohong lagi?" tanyaku."Tidak, maksud aku lalu tua itu selalu mengatakan sesuatu yang aneh. Mungkin saja ini ada hubungannya dengan perkataan dia." Jawab Rafael."Begitu, itu mungkin karena kakek tu
Tapi aku tetap harus mengamati mimpi aku ini. Siapa aku mendapatkan petunjuk tentang mereka berdua. Saat ini yang bisa aku lakukan adalah mencari keberadaan mereka dan memastikan keadaan semua teman aku dalam baik baik saja. Supaya tidak berjatuhan korban dan membuat dendam diantara mereka semua semakin berkurang.Perlahan bisa menghilang supaya kampung Lamuna ini bukan menjadi tempat untuk membunuh seperti dahulu. Tidak boleh ada lagi darah yang berjatuhan di kampung Lamuna ini. Aku ini adalah anak pembawa perdamaian yang harus menjaga kampung Lamuna ini. Aku harus menghentikan semua hal buruk yang akan terjadi.Pagi hari, semua teman aku terbangun dari tidur mereka. Seperti biasa hanya aku yang masih belum bangun. Padahal aku selalu merasa jika sebelum aku berada di kampung Lamuna ini aku tidak bangun siang seperti ini. Semenjak aku memimpikan hal aneh dan menakutkan, aku menjadi bangun terlambat terus."Ayuna masih belum bangun juga?" tanya Daffa.
"Waktu itu aku pernah berbicara dengan suara itu. Dia hanya sengaja berbicara sesuatu yang buruk supaya dapat membuat pertemanan kita hancur. Dia pernah menghasut aku untuk membenci kalian semua tapi aku tidak mendengar perkataan dia. Sebab aku mengerti apa yang dia inginkan. Kita lebih baik tidak perlu mendengarkan dia. Kita jangan sampai percaya dengan perkataan dia. Dia sengaja memakai kelemahan kita dan menggunakan itu untuk menghancurkan kita semua." Jawab Ilham."Jadi begitu, dia sengaja memecahkan pertemanan kita semua supaya kita tidak bisa dikalahkan oleh Nyai Sri dan yang lainnya. Dia menginginkan kita semua tidak dapat kembali ke tempat kita berasal." Kata Rafael."Benar, jadi aku mohon kalian jangan termakan oleh ucapan dia. Dia tidak akan menyakiti kita semua. Dia mengetahui jika kita itu berhubungan dengan Nyai Sri. Sepertinya dia takut terhadap Nyai Sri." Kata Ilham."Jadi, dia takut terhadap Nyai Sri?" tanya Daffa.
Saat itu, aku tahu alasan aku tidak ingin datang ke sini. Dan alasan aku mendadak meneteskan air mata sebab aku akan kehilangan orang yang aku cintai. Rasanya sangat sakit dan pedih sekali. Andai waktu bisa aku putar kembali. Aku akan menahan inilah semua supaya tidak terjadi. Aku sangat menyesal datang kemari. Aku hanya bisa menangis melihat Rafael menutup mata di sisi aku. Aku takut ini adalah kenyataan. Sampai aku tidak dapat berhenti meneteskan air mata. Lalu Nyai Sri bertanya kepada aku."Kenapa? Apa ini terlalu sakit untuk kamu? Ini tidak seberapa dengan apa yang aku rasakan?" tanya Nyai Sri sambil tersenyum."Kenapa? Apa salah aku?" tanyaku."Tidak ada." Jawab Nyai Sri.Lalu, semua teman aku tersadar juga."Rafael!" Kata Daffa sambil terkejut."Rafael! Kenapa?" tanya Vita sambil merasa heran."Rafael, ada apa ini?" tanya Ilham sambil terkejut."Kalian sudah sadar juga tapi
Semua warga kampung ini dan semua teman aku menuruti perkataan Nyai Sri. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegah mereka semua. Lalu, Vita mendadak menyerang aku. Aku menahan dia sebab aku tidak ingin melukai dia. "Kendalikan diri kamu, Vita. Sadar! Ini aku Ayuna, teman kamu." kataku sambil menahan tangan Vita. "Lepaskan!" teriak Vita. "Tidak akan!" Kataku. "Lepaskan! Kamu berada berada di hati Daffa. Aku tidak akan membiarkan kamu hidup. Kamu selalu menjadi penghalang untuk hubungan aku dan Daffa." Kata Vita. "Apa? Ini masalah Daffa lagi!" Kataku. "Bagaimana anak pembawa perdamaian? Bagaimana rasanya saat sahabat kamu sendiri menginginkan kematian kamu." Kata Nyai Sri. "Saya yakin ini bukan keinginan Vita. Ini pasti dikendalikan oleh anda, Nyai Sri. Saya tidak akan mati begitu juga semua teman saya. Kami akan kembali ke tempat kami berasal. Apa salah saya?" tanyaku.
Nyai Sri Pergi menuju tempat pintu gaib itu. Akhirnya Nyai Sri sampai di pintu gaib itu dan terus memanggil namamu adiknya. "Yanti!" teriak Nyai Sri sambil terus mencari adiknya. Lalu, mereka berdua bertemu. Seakan tidak percaya bahwa. Ini akan terjadi. Hari yang telah ditunggu oleh mereka berdua. "Kak Sri!" Kata Yani. "Kamu dari mana saja? Kakak telah mencari keberadaan kamu di setiap tempat. Kakak sedih kenapa kamu meninggalkan kakak dan ibu?" tanya Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Aku tidak tahan sedangkan semua perlakuan mereka semua terhadap aku. Aku lelah dan tidak tahu apa salah aku terhadap mereka semua." jawab Yanti sambil meneteskan air mata. "Seharusnya kamu cerita kepada kakak, kakak tidak akan membiarkan kamu dan ibu tersakiti. Meski kakak sendiri juga tersakiti. Kakak juga tidak tahu harus berbuat apa." Kata Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Tidak ada yang datang
Akhirnya kami semu asalkan di perbatasan kampung Lamuna ini. Setelah beberapa hari menelusuri hutan ini. Kami bersembunyi dari tempat perbatasan supaya Cokro Artomojo tidak mengetahui keberadaan kita semua."Jika tahu tempat ini, aku tidak akan berjalan menelusuri hutan yang sangat luas itu sampai merasa kelaparan dan juga kelelahan. Jarak dia ternyata begitu dekat dengan kita semua." Kata Vita."Benar, itu artinya dia selalu berada dekat dengan Nyai Sri." Kata Daffa."Mungkin saja kesalahan dia mengikat dia dengan Nyai Sri. Jadi, tempat mereka berada sangat dekat. Tapi anehnya kenapa Nyai Sri tidak dapat mengetahui keberadaan Cokro Artomojo itu?" tanya Ilham sambil merasa heran."Mungkin saja terlalu sakit untuk memikirkan keberadaan dia. Untuk ingat hal lain juga begitu menyakitkan." Jawabku."Itu benar, lebih baik kita menunggu keberadaan Cokro Artomojo dan kita langsung menangkap dia dengan sangat cepat." Kat
"Bagus itu." Kataku.Kami semua melanjutkan perjalanan dan menelusuri hutan. Tanpa tahu informasi tentang Cokro Artomojo, kami terus mencari dia. Setelah beberapa hari menelusuri hutan tidak menemukan yang bernama Cokro Artomojo. Sulit mencari dia, aku juga belum memimpikan seperti apa dia. Tapi aku tidak boleh menyerah sebab aku tidak memiliki pilihan lain."Bagaimana ini? Kita sudah menelusuri hutan ini tapi tetap belum menemukan Cokro Artomojo itu." Kata Vita sambil kelelahan."Benar ini, jika kita tidak mengetahui apa pun tentang dia. Bagaimana secara kita menemukan dia?" tanya Daffa."Kita harus terus mencari jangan putus asa." Jawab Ilham."Kalian pikir hanya kalian berdua yang merasa lelah? Aku, Ayuna dan Ilham juga merasakan hal yang sama. Tapi kami tidak mengeluh dan terus mencari." Kata Rafael."Itu memang sudah tugas kalian bertiga. Kami itu hanya membantu kalian saja." kata Daffa sambil marah.&
Pada malam hari, kami semua tertidur. Aku mulai bermimpi lagi tentang sebuah tempat yang tak asing bagi aku. Tapi aku masih belum mengetahui tempat apa itu. Tempat itu dihuni oleh seorang pria tua yang entah berasal dari mana dan tidak diketahui siapa dia. Aku terus memperhatikan dia dengan teliti. Aku sangat penasaran siapa dia. Tidak biasanya mimpi aku tidak jelas sama sekali. Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam mimpi aku ini. Terasa Sangat berbeda dari Semua mimpi yang aku alami saat berada di kampung Lamuna ini. "Aku tidak boleh tertangkap oleh Nyai Sri atau mereka semua. Nyai Sri pasti menyuruh anak pembawa perdamaian itu untuk mencari aku. Tapi aku tidak bisa pergi dari tempat ini. Tempat ini seolah mengikat jiwa aku untuk tetap berada di tempat ini." Kata pria tua itu. Aku terus melihat wajah dia meski tidak jelas sama sekali. Aku terus memperhatikan dia. Tempat ini sungguh terasa tidak asing bagi aku. Tapi aku tetap tidak dapat mengingat tem
Saat sampai di kampung Lamuna, kami semua langsung bertemu dengan Nyai Sri. Dengan wajah yang terlihat sangat marah dan juga tatapan penuh kebencian. Nyai Sri mendekati Yudi, dan langsung memukul dia sampai Yudi tidak berdaya. Pertarungan yang begitu dahsyat terjadi. Nyai Sri tidak memberi ampun sedikit pun terhadap Yudi. Dengan penuh amarah dan dendam, Nyai Sri langsung tanpa henti menyiksa Yudi. Aku ingin sekali menghentikan pertarungan mereka berdua tapi aku sangat mengerti perasaan yang dialami oleh Nyai Sri. Rasa kesal, malu, sedih dan juga menderita menyatu dalam hati Nyai Sri. Dia sangat marah terhadap Yudi. Aku tidak bisa menghentikan pertarungan mereka berdua. Lalu, Yudi berbicara kepada aku."Ayo bertindak! Kenapa kamu diam saja? Sebagai anak pembawa perdamaian harus menghentikan pertarungan seperti ini. Jangan membiarkan ini terjadi. Dendam dan juga amarah akan semakin membesar dan juga tidak dapat terkendali." kata Yudi sambil berteriak kepada aku.&nbs
Pagi hari datang, aku terbangun dari tidur. Semua teman aku juga sudah bangun tidur."Ayuna, kamu sudah bangun?" tanya Rafael."Sudah." Jawabku."Apa kamu bermimpi lagi?" tanya Ilham.Aku tersenyum sebab setiap pagi Ilham selalu bertanya hal yang sama. Itu terdengar lucu sekali bagi aku."Kenapa kamu tersenyum? Apa ada yang lucu?" tanya Rafael."Tidak, hanya saja setiap pagi Ilham selalu saja bertanya hal yang sama. Apa aku bermimpi? Dan menang benar, aku bermimpi." Jawabku."Begitu, aku hnya ingin mengetahui saja mimpi kamu." Kata Ilham."Apa isi mimpi kamu, Ayuna?" tanya Daffa."Aku bermimpi tentang gadis kecil yang aku temui kemarin ternyata dia bernama Yanti. Dia adalah adil dari Nyai Sri." Jawabku."Benarkah?" tanya Vita sambil terkejut."Benar sekali, dahulu mereka tinggal bertiga dengan ibunya. Kasihan sekali hidup mereka sudah menjadi
Yudi kembali ke tempat duduk dan berbicara dengan pak Jaka."Bagaimana? Apakah yang dikatakan oleh Ning sih?" tanya pak Jaka."Maaf pak Jaka, acara ini masih belum selesai. Kita harus menunggu sebentar lagi." Jawab Yudi."Baik kalau begitu, saya akan menunggu Sri. Dia sangat cantik sampai saya merelakan waktu saya untuk menunggu dia. Padahal saya masih banyak urusan yang belum diselesaikan malam ini." Kata pak Jaka."Terima kasih, pak Jaka!" Kata Yudi.Akhirnya acara pertunjukan selesai, dan Sri dijebak oleh Ningsih."Sri, ikut aku!" Kata Ningsih."Maaf tapi aku ingin segera pulang. Aku sangat lelah sekali." Kata Nyai Sri."Sudah ikut saja, aku akan mempertemukan kamu dengan ibu kamu." Kata Ningsih."Apa kamu serius?" tanya Nyai Sri."Aku sangat serius, ayo ikut dengan aku!" jawab Ningsih."Baik, aku ilang mengikuti kamu." Kata Nyai Sri.