"Biar saja." Kataku.
"Aku tidak tahan melihat senyum kamu." Kata Rafael.
"Sengaja." kataku sambil tersenyum.
"Ada apa ini? Pasti kamu ada sesuatu ini." Kata Rafael.
"Aku ingin berbicara Berdua beneran kamu." Kataku.
"Ada apa lagi? Pasti ini mengenai masalah kemarin." Kata Rafael.
"Kak belum juga bicara kepada aku. Aku tidak ingin kamu berdiam diri terus. Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud jika kamu tidak berbicara kepada aku." Kataku.
"Sudah, aku tidak ingin membahas ini lagi." Kata Rafael.
"Kenapa? Kamu harus jujur kepada aku!" Kataku.
"Sudah hentikan! Aku bosan dan lelah mendengar ini semua. Lebih baik kamu tidur saja." Kata Rafael.
"Tidak, aku akan tetap berdiri di sana. Menjauh dari mereka semua sampai kamu ingin berbicara dengan aku." Kataku sambil menjauh dari Rafael.
Aku pergi ke tempat yang lebih jauh supaya Rafael ingin berbicara
Perjalanan mencari Yudi sangat sulit sebab aku belum mengetahui wajah dia sama sekali. Dan semua orang juga tampak menyembunyikan dia dari kami semua. Tidak ada yang dapat memberikan informasi terhadap kami mengenai Yudi. Aku hanya berharap bahwa nanti aku akan bermimpi tentang wajah dan keberadaan Yudi. Sehingga kami semua cepat menemukan dia. "Bagaimana ini?" tanya Vita. "Aku juga tidak tahu." Jawab Daffa. "Sudah kita berjalan saja sampai kita dapat bertemu dengan seseorang dan bisa bertanya kepada dia tentang Yudi." Kata Rafael. "Bagaimana, kita harus terus berjalan saja." Kata Daffa. ""Apa sebaiknya kita beristirahat dulu saja." kata Ilham. "Boleh itu ide yang sangat bagus." Kata Vita. "Kita istirahat saja di sebelah sana." Kata Rafael. "Baik." Kataku. Aku dan semua teman aku duduk dahulu. Rafael, Ilham dan Daffa pergi mencari Air untuk kami semua. "Kit
Suasana yang tadinya terasa sangat dingin dan sunyi menjadi sedikit lebih terang. Aku merasa sudah tidak ketakutan seperti tadi lagi. Suara misterius itu juga sudah hilang dan tidak terdengar lagi oleh aku dan Vita. Akhirnya mereka bertiga juga sudah kembali lagi. "Aku takut sekali." Kata Vita. "Takut kenapa? Ada apa ini?" tanya Daffa. "Tadi ada suara misterius itu lagi. Suara itu menghilang saat kalian semua kembali kemari." Jawabku. "Jadi begitu." Kata Rafael. "Benar." Kataku. "Apa yang dia katakan kepada kalian berdua?" tanya Ilham. "Dia mengatakan bahwa kita seharusnya pergi dari tempat ini. Dia bertanya kenapa kita semua kembali kemari. Aku dan Vita merasa takut dan tidak menjawab dia. Tapi aku merasa jika suara itu terus sama mengganggu kita semua." Jawabku. "Kamu jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti kamu." Kata Rafael. "Baik, Rafael
"Apa kamu serius?" tanya Rafael."Tentu saja, kamu tidak percaya?" tanyaku."Sebenarnya satu hal yang membuat aku tidak percaya diri adalah bernyanyi. Tapi kamu terlihat senang saat aku bernyanyi. Apa kamu sangat menyukai ini?" tanya Rafael."Tentu saja, aku baru tahu rasanya dinyanyikan oleh seorang pria. Tapi aku baru tahu kamu bisa merasa minder juga. Padahal kamu itu orang yang paling percaya diri yang pernah aku kenal." Jawabku."Kamu bisa saja tapi aku serius aku tidak percaya diri saat bernyanyi. Aku juga tidak tahu alasan aku merasa minder itu apa. Tapi aku senang saat kamu menyukai aku sedang bernyanyi. Padahal suara itu biasa saja. Itu tanda mnta kamu sangat mencintai aku." Kata Rafael."Kamu yang lebih mencintai aku. Aku yakin itu." Kataku."Itu sudah jelas." Kata Rafael."Kau ingin bertanya sesurau tapi kamu jangan marah." Kataku."Apa yang membuat aku marah? Aku tidak
"Aneh saja di tempat seperti ini ada yang sangat sunyi dan menakutkan ada mayat manusia. Itu artinya dahulu pernah ada manusia yang tinggal di tempat ini." Kata Rafael."Tidak mungkin, ini kampung Lamuna kampung di mana hanya makhluk halus yang tinggal di sini. Tidak ada manusia kecuali kita berlima. Jadi, aku merasa itu tidak mungkin terjadi." Kataku."Lalu, Kenapa bisa ada mayat di hutan sekitar kampung Lamuna?" tanyaku."Kampung Lamuna ini tidak ada penghuninya kecuali Nyai Sri dan semua warga yang berada di kampung Lamuna ini." Kataku."Mungkim kamu benar aku hanya takut apa yang dikatakan kakek tua itu benar." Kata Rafael."Ada apa?" tanyaku"Tidak ada." Jawab Rafael."Kamu bohong lagi?" tanyaku."Tidak, maksud aku lalu tua itu selalu mengatakan sesuatu yang aneh. Mungkin saja ini ada hubungannya dengan perkataan dia." Jawab Rafael."Begitu, itu mungkin karena kakek tu
Tapi aku tetap harus mengamati mimpi aku ini. Siapa aku mendapatkan petunjuk tentang mereka berdua. Saat ini yang bisa aku lakukan adalah mencari keberadaan mereka dan memastikan keadaan semua teman aku dalam baik baik saja. Supaya tidak berjatuhan korban dan membuat dendam diantara mereka semua semakin berkurang.Perlahan bisa menghilang supaya kampung Lamuna ini bukan menjadi tempat untuk membunuh seperti dahulu. Tidak boleh ada lagi darah yang berjatuhan di kampung Lamuna ini. Aku ini adalah anak pembawa perdamaian yang harus menjaga kampung Lamuna ini. Aku harus menghentikan semua hal buruk yang akan terjadi.Pagi hari, semua teman aku terbangun dari tidur mereka. Seperti biasa hanya aku yang masih belum bangun. Padahal aku selalu merasa jika sebelum aku berada di kampung Lamuna ini aku tidak bangun siang seperti ini. Semenjak aku memimpikan hal aneh dan menakutkan, aku menjadi bangun terlambat terus."Ayuna masih belum bangun juga?" tanya Daffa.
"Waktu itu aku pernah berbicara dengan suara itu. Dia hanya sengaja berbicara sesuatu yang buruk supaya dapat membuat pertemanan kita hancur. Dia pernah menghasut aku untuk membenci kalian semua tapi aku tidak mendengar perkataan dia. Sebab aku mengerti apa yang dia inginkan. Kita lebih baik tidak perlu mendengarkan dia. Kita jangan sampai percaya dengan perkataan dia. Dia sengaja memakai kelemahan kita dan menggunakan itu untuk menghancurkan kita semua." Jawab Ilham."Jadi begitu, dia sengaja memecahkan pertemanan kita semua supaya kita tidak bisa dikalahkan oleh Nyai Sri dan yang lainnya. Dia menginginkan kita semua tidak dapat kembali ke tempat kita berasal." Kata Rafael."Benar, jadi aku mohon kalian jangan termakan oleh ucapan dia. Dia tidak akan menyakiti kita semua. Dia mengetahui jika kita itu berhubungan dengan Nyai Sri. Sepertinya dia takut terhadap Nyai Sri." Kata Ilham."Jadi, dia takut terhadap Nyai Sri?" tanya Daffa.
Aku berpikir tentang jejak misterius kemarin. Sepertinya itu bukan burung yang terbang kemarin. Jika itu lebih besar dari burung kemarin. Saat sedang menunggu, aku ingin pergi mencari kayu bakar."Ke mana kamu akan pergi?" tanya Vita."Aku ke sana ingin mencari kayu bakar. Itu sepertinya ada kayu." Jawabku."Benar juga, itu ada kayu." Kata Vita."Ayo kita ambil sekarang." Kataku.Kami mengambil kayu itu dan langsung kembali ke tempat kami menunggu."Ayuna!" Kata Vita."Ada apa?" tanyaku."Kamu sudah lama mengenal Ilham?" tanya Vita."Sama seperti kamu, aku mengenal Ilham saat sekolah SMA." Jawabku."Begitu." Kata Vita."Memangnya kenapa?" tanyaku."Tidak, aku hanya melihat jika kalau berdua itu sangat dekat sekali." Jawab Vita."Kita itu berteman sudah seharusnya dekat." Kataku."Benar juga, tapi bagaima
Sosok hitam itu terus berjalan dan mengawasi kami dari jauh dalam mimpi aku ini. Tapi aku tidak dapat melihat seperti apa wajah dia. Saat aku terus memperhatikan dia, datang seorang pria menghampiri dia. Pria itu juga tidak jelas seperti apa wajahnya."Bagaimana? Apa kamu sudah mengawasi mereka semua?" tanya pria itu."Sudah Yudi, mereka sedang mencari keberadaan kamu. Kamu harus lebih waspada sebab aku melihat ada seorang wanita yang istimewa. Aku yakin dia adalah anak pembawa perdamaian. Jadi, dia akan terus mencari kami tanpa henti. Aku bisa melihat betapa keras usaha dia untuk mencari keberadaan kamu." Kata sosok hitam itu.Ternyata pria yang sedang berbicara dengan sosok hitam itu adalah Yudi. Tapi aku tetap tidak bisa melihat wajah dia seperti apa. Aku hanya melihat dia memakai pakaian serba hitam. Tapi aku juga tidak tahu siapa sosok hitam itu. Sepertinya dia adalah pengikut Yudi. Mungkin Yudi memerintahkan dia untuk mengawasi aku dan semua te