Share

55. Sepakat Untuk Berpisah

Penulis: Wahyuni SST
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-04 07:07:52

Mas Rian tampak terhenyak, akupun yang mendengar ucapan papa sangat tak menyangka jika papa sampai mengusir Mas Rian dari rumah ini.

Lelaki yang masih berstatus suamiku itu menatap diri ini, mungkin dia berharap agar aku mencegah kebrutalan papa. Tapi sayangnya aku justru memilih kembali masuk ke kamar.

"Tunggu apa lagi?"

"Saya bisa menjelaskan semuanya, Pa."

Aku masih mendengar pembelaan yang diajukan Mas Rian, bahkan sengaja tidak menutup rapat pintu kamar agar bisa mendengar percakapan mereka selanjutnya.

"Sudah Nak Rian, sebaiknya untuk saat ini Nak Rian pergi ke tempat lain. Biarkan situasi di rumah ini menjadi dingin baru nanti bicarakan lagi apa yang mau dijelaskan," ucap mama lembut.

Mas Rian pun akhirnya patuh dan angkat kaki dari rumah ini. Selepas kepergian suamiku itu, diri ini terduduk di atas lantai, tak bisa kucegah air mata kembali berderai di kedua pipi. Bayang pengakuan Mas Rian kembali terlintas di benak.

"Aku nggak kenal lagi siapa kamu Mas? Aku benar-benar nggak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Bu Iim
makasih thour udah up ......
goodnovel comment avatar
Winar Lee
Lihat wanita2 yg paling sempurna yaitu Maryam r.a. Asyiah r.a. Khadijjah r.a. Fatimah r.a. Mereka wanita yg lembut dan santun tp jg tangguh, punya sikap, cerdas. Terutama utk istri Fir'aun yg suaminya kuffur sangat cerdas menghadapinya.
goodnovel comment avatar
Winar Lee
Emang rencana besar kemarin apa, ga ada kan? Karna mudah terbujuk rayu suami yg kuffur dr agama. Tdk perlu jg bls dendam karna sama aja mengikuti arus suami yg jauh dr agama. Tp wanita jg hrs punya harga diri, cerdas logika dan emosional.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   56. Malangnya Nasib Pelakor

    Flash backSuasana rumah tampak sepi, perlahan aku menuruni mobil lalu berjalan memasuki kediaman Friska. Karena punya satu kunci cadangan, jadi tanpa menekan bel tubuh ini sudah bisa berada di dalam rumah.Aku melanjutkan perjalanan sampai di depan kamar, lalu membuka pintu. Friska yang mendapati keberadaanku seketika menangis kencang."Tolong aku Mas, aku mengalami perdarahan."Tak pelak dengan seketika aku berhamburan ke atas ranjang dan mengecek kebenaran ucapannya. Betapa terhenyaknya diri ini setelah memastikan dan benar mendapati Friska mengalami perdarahan."Kenapa sampai begini, kenapa tak mencari bantuan?" tanyaku berapi-api melihat dia seperti hanya pasrah menerima takdir. Padahal seyogyanya sebagai seorang dokter, dia sudah familiar dengan penanganan awal pada keadaan seperti ini tapi kenapa justru sebaliknya."Aku tak kuat berjalan."Kupejamkan mata sejenak."Sejak kapan kamu mengalami hal ini?""Baru beberapa menit yang lalu Mas, semenjak tadi malam cuma merasa nggak ena

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-05
  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   57. Semua Telah Usai

    Setelah berbicara dengan Mas Rian kemarin, akhirnya niatku untuk mengajukan gugatan cerai semakin mantap. Padahal sebelumnya, beberapa kali mama terus bertanya kepastian tentang hal ini. Dan aku masih terus saja berwacana tanpa melakukan tindakan. Tapi hari ini hal itu benar-benar kupenuhi.Setelah selesai mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, kusempatkan diri untuk singgah ke rumah yang dahulu menjadi istana terindah yang dibangun oleh Mas Rian untukku dan anak-anak.Dalam gugatan cerai aku hanya memasukkan perihal hak asuh anak tanpa menggugat harta gono gini maupun nafkah untuk ketiga anak kami. Sebab saat berbicara kemarin dengan Mas Rian, dia memang sudah memberikan rumah kepadaku. Sebab itu agar rumah ini tetap kokoh, aku menyewa jasa bersih-bersih yang setiap harinya datang untuk membersihkan halaman serta bagian dalam rumah.Jika melihat rumah ini, jujur ada rasa sedih yang menganga di dalam dada. Betapa banyak kenangan yang aku dan Mas Rian bangun di s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-06
  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   58. Arti Kesepian

    Rasanya tak pantas seorang dokter spesialis diletakkan di desa terpencil yang letaknya bahkan ada di balik lembah dan perbukitan. Sungguh tak pernah kudengar dalam sejarah. Tapi itulah yang kualami kini.Ditugaskan sebagai penanggung jawab pada puskesmas pembantu yang baru dibangun di Kampung Sodong adalah hal mustahil yang kini kualami.Untuk sampai ke desa yang mayoritas penduduknya adalah lansia ini, aku terpaksa menaiki sepeda motor sebab jalanan yang ditempuh untuk sampai ke desa tersebut terbilang cukup ekstrem.Meski jalan sudah dicor semen, terapi pinggirannya masih ditumbuhi lumut. Hal ini membuat jalan menjadi licin. Sebuah hal yang harus kubayar mahal karena kesalahanku pada Syaina.Mendekati permukiman penduduk, jalan menjadi tanah berbatu. Luar biasanya tiba-tiba hujan turun, jalan menjadi sangat licin. Aku bahkan sampai harus berpegang kuat pada tukang ojek yang mengantar sampai di kampung itu.Setelah melalui perjalanan dua jam dari puskesmas Banyumas, akhirnya aku samp

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-08
  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   59. Hanya Sebatas Mantan

    Aku menarik napas panjang, ada yang terasa menusuk di dalam dada melihat Syaina kini mulai membuka hati untuk lelaki lain. Padahal kami sah bercerai belum tiga bulan.Dengan lesu kubalikkan tubuh lalu kembali menaiki mobil. Kendaraan roda empat yang kunaiki pun melaju di atas jalanan, membawa pulang ke kampung yang serasa masih menjadi mimpi.Sampai di rumah, tidak banyak yang kulakukan selain menghabiskan waktu di dengan berbaring. Hingga kepala desa mengajakku ikut bersamanya, berkebun. Awalnya aku menolak dan berpikir akan lebih tenang di kamar beristirahat. Tapi semua berubah ketika bayang Syaina terus mengusik hati. Kuiyakan ajakan Pak Maman dan ternyata berkebun memang membuat tubuh lebih bersemangat. Usaha membakar lemak serta membuang energi kotor."Bapak dapat hasil berapa dari berkebun begini, Pak?" tanyaku penasaran. Di kebun yang dia kelola ada tanaman jagung dan kacang hijau. "Ini hanya selingan saja Pak Dok. Biasa begini ini cuma sekali dalam setahun sesaat setelah sel

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-08
  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   60. Ngajak Rujuk

    "Maaf untuk kesalahan yang mana?"Kutanggapi permintaan maafnya dengan nada jengkel. Dahulu saat masih bersama, dia jarang sekali meminta maaf. Karena yang kutahu, dia tak pernah berbuat salah. Tapi setelah satu kesalahannya terbongkar, semua kesalahan yang lain ikut terbongkar. Dan permintaan maaf yang dia ajukan terasa seperti bualan angin semata.Minta maaf, lalu akan melakukan kesalahan lain. Apakah saat ini setelah berpisah pun seperti itu?"Maaf karena tak berterus terang soal penempatan tempat kerja."Aku menghela napas panjang. Masih suka berdusta, apa karena saat ini dia sudah punya wanita lain di kota ini yang ingin dirahasiakan padaku dan Aa?"Mas nggak perlu minta maaf padaku, karena mau ditempatkan dimanapun untuk aku emang udah nggak ada masalah lagi. Hanya saja masalahnya ada di Aa. Dia itu selalu nanyain kamu, Mas. Dia selalu menunggu kedatangan Papa yang sangat ia banggakan, tapi pada kenyataannya bahkan janji pun bisa kamu batalkan," jawabku tanpa menatapnya. "Mas m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   61. Wanita Lain

    "Hei, apa-apaan ini?"Aku kaget sekaligus mencoba melepaskan sepasang jemari wanita yang melingkar erat dileherku. Bukannya lepas, jemari itu semakin kuat menggenggam hingga tubuhnya nyaris menempel ke belakang tubuhku."Siapa kamu? Tolong lepaskan. Ini di depan umum!"Kali ini aku membentak hingga dua tangannya pun terlepas. Aku kini berbalik untuk memastikan siapa wanita yang tanpa malu memeluk seorang lelaki di depan umum."Fena?"Tanpa berkata dia tersenyum dan kembali hendak ingin memeluk. Tapi aku dengan cepat menahan gerakannya."Apa yang kamu lakukan Fen, kenapa memelukku tanpa permisi?""Maaf Mas, habis aku kangen banget sama kamu. Dari tadi aku terus memantau, kamu itu semakin macho apalagi sambil merokok begini.""Ah, kamu ini melanggar aturan. Mana boleh langsung meluk begitu, kalau istri aku lihat gimana?""Ya tinggal jelasin aja. Ini hanya pelukan biasa, pelukan seorang teman. Apa dia akan cemburu juga?"Mimpi apa aku dulu bisa terlibat dengan wanita ini. Jika mengingat-

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   62. Kedatangan Friska

    Tak dapat berkata, aku hanya bisa tersenyum."Jadi yang benarnya yang mana ne, Mas?"Kuhela napas panjang."Apa aja benar, dikondisikan aja."Aku menjawab dengan pembawaan tenang dan santai. Wanita di hadapanku sampai menggeleng-gelengkan kepala."Udah ya, saya mau masuk ruangan dulu.""Em, iya Mas, tar kalau aku ketemu Syaina, aku mau kasih tahu dia kalau kamu dinas di sini."Lagi-lagi aku tak bisa berkata, hanya langkah yang terus terangkat hingga sampai di ruang baru di tempat baru pula. Mengabaikan siapa yang kutemui tadi, jemari justru tergerak untuk menyusun dan menata meja kerja sesuai keinginan, hingga tak lama seorang perawat masuk ke ruangan."Permisi Dok, mau nganter status pasien.""Oya, silahkan taruh di atas meja.""Baik Dok, permisi.""Iya, terima kasih ya. Oya lima belas menit lagi kita mulai.""Baik, Dok."Jam demi jam terlalui, pasien dengan berbagai jenis keluhan datang dan pergi. Ada yang sudah sering rawat jalan dan sangat terhenyak karena tak menemukan dokter yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-10
  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   63. Mengemis Kebersamaan

    Dia tampak sangat terkejut dengan kehadiranku. Bahkan menyuruh masuk saja tidak."Kamu tidak ingin menyuruhku masuk, Mas?" tanyaku membuat keterkejutannya sirna."Hah, mungkin ada baiknya kita keluar saja," sanggahnya seraya bangkit dari kursi dan berjalan mendekatiku, mungkin berniat mau membuka pintu. Namun, aku yang berdiri di depannya langsung mencoba memeluk.Untuk sepersekian detik dia terdiam, kucoba memeluk lebih erat."Tolong lepaskan aku."Deg.Ucapannya bagai panah yang menusuk hati ini begitu dalam. Sakit ketika kita masih berharap bersama tapi dianya justru menolak.Apa gunanya kuserahkan semua cinta dan hidup, jika pada akhirnya dicampakkan seperti ini."Aku tak menuntut apapun, Mas. Tidak juga untuk kau sah kan kembali hubungan ini. Aku hanya minta tetaplah bersamaku, sebab aku mencintaimu. Sangat mencintaimu."Dua tangannya berusaha melepas jemariku, sungguh di detik ini aku pasrah. Tak dapat kutahan air mata yang luruh begitu saja. Menjadi yang terabaikan ternyata ras

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-10

Bab terbaru

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   90. Pelajaran Hidup Terbaik

    Satpam yang melihat gambar CCTV yang menunjukkan Kamil, ibunya serta seorang wanita menarik paksa tangan ibunda Rian tampak begitu terhenyak. Lelaki itu segera masuk ke dalam rumah untuk mengecek keadaan.Pintu kamar terbuka, menampakkan kondisi ibunda Rian yang sangat menyedihkan. Wanita itu tergeletak di atas ranjang dengan keadaan lemah. "Ibu, Ibu kenapa, Bu?"Pak Yanto segera membantu ibunda Rian untuk bisa duduk."Kamil dan Ibunya telah membuat saya seperti ini, Pak. Tolong telpon polisi. Mereka ingin menguasai rumah ini.""Ba-baik, Bu."Pak Yanto segera menelpon polisi sementara ibunda Rian menelpon anaknya sendiri. "Hallo, Ma."Suara ibunda Rian terdengar bergetar. Membuat sang anak di seberang sana menjadi khawatir."Rian.""Iya, Ma.""Maafkan Mama Rian. Melani dan keluarganya tak sebaik yang Mama pikirkan. Mereka telah membuat masalah di rumah kita.""Masalah apa, Ma? Mama baik-baik aja 'kan?""Iya, Mama baik-baik saja. Kamil dan Ibunya, mereka ingin menghancurkan keluarga

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   89. Penyesalan Ibunda Rian

    "Sedang apa kau di sini? Apa yang mau kau lakukan pada istriku? Kau menggodanya?" teriak Kamil lantang.Tak menunggu penjelasanku, dia yang tak sabaran segera melayangkan sebuah bogem ke wajah ini hingga aku tersungkur ke lantai."Mas, sudah jangan bertengkar. Mas Rian kemari karena aku yang minta. Dia ingin membenarkan channel televisi yang rusak.""Aku nggak percaya, pasti kamu diancam 'kan sama dia? Sudah ngaku aja, kalau iya dia sudah melakukan hal tidak senonoh sama kamu, kita bawa dia langsung ke kantor polisi.""Nggak Mas, Mas Rian tidak melakukan apapun padaku."Kamil masih diluar kendali, ia terus ingin menghajarku. Syukurlah Ika menahannya. Tak menunggu lama, aku segera turun ke bawah. Tidak mungkin membela diri disaat dia sedang berapi-api dan kondisikupun sangat tidak stabil. Akhirnya dengan pertolongan Ika, aku lepas dari amukan Kamil.Sampai di gundakan terakhir tangga, tampak lah di hadapan. Mama tengah berdiri dan menatap penuh tanya ke arah diri ini."Mama sudah baika

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   88. Siapa Wanita Itu?

    "Itu Dokter Anita bukan, Mas?" tanyaku penasaran, melihat gaya berpakaian serta cadar yang menutupi wajahnya mirip sekali dengan salah satu dokter yang dikabarkan sedang proses hijrah. "Nggak tahu, tadi sewaktu Mas buka pintu kita udah sempat tatap-tatapan tapi kemudian dia seperti enggan masuk ke rumah ini. Kamil berusaha membujuk tapi wanita itu tetap ingin pergi." "Jika benaran itu dokter Anita, jadi suami yang udah buat dia hijrah itu Mas Kamil? Tapi kenapa aku merasa nggak mungkin ya Mas?" "Sepertinya bukan Anita, mungkin orang lain yang hanya mirip saja dengannya. Apalagi kalau sudah bercadar kebanyakan wajah hampir mirip-mirip begitu. Apa mungkin karena hanya kelihatan mata doank? Ah sudahlah jika mereka tak mau masuk biarkan saja. Ayo kita masuk, Yank." Mas Rian mengajakku masuk dan kembali ke ruang makan. "Siapa Rian?" tanya mama mertua yang sudah menyelesaikan makan malamnya. "Kamil sama istrinya." "Lo, mereka sudah pulang? Kenapa tidak masuk?" tanya Bu Mel kelihatan

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   87. Keputusan Ibu Mertua

    "Rumah? Kamu kalau minta sesuatu itu yang wajar."Suara Mas Rian terdengar sedikit meninggi."Kau kalau bicara yang sopan, aku ini Abangmu.""Sudah, sudah. Rian, jangan lagi berdebat. Begini Nak Kamil dan Ibunda, ini adalah rumah yang sudah kami tempat semenjak dahulu, semenjak pertama kali saya dan Mas Arya menikah. Jadi rumah ini punya banyak sejarah yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Mengenai hak waris, sesuai aturan semua harta peninggalan almarhum akan dikumpulkan menjadi satu lalu barulah dibagi sesuai dengan aturan pembagian hak waris menurut Islam.""Oke, saya mengerti maksud Mbak tersebut. Tapi maksud anak saya mengharap rumah ini, karena sebagai anak kandung Mas Arya, dia tak pernah mendapatkan apa yang seharusnya juga dia dapatkan seperti Rian. Tinggal di rumah mewah, disekolahkan sampai menjadi dokter, mau kemana-mana dengan mobil mewah. Padahal Kamil dan Rian statusnya sama, sama-sama anak kandung. Jadi coba Mbak bayangkan, wajar tidak jika kini Kamil menginginkan

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   86. Hak Waris (Season 2)

    Hari ini adalah hari paling membahagiakan, setelah tiga bulan menanti akhirnya benih yang telah bertumbuh di dalam rahim kini terlihat jelas jenis kelaminnya."Gimana Mira, laki-laki atau perempuan?" tanyaku antusias. Mas Rian hanya tersenyum, baginya perempuan atau lelaki tak masalah yang penting sehat dan lahir dengan selamat. Tapi tidak dengan diri ini, semenjak awal dinyatakan positif hamil, aku sudah mengidam-idamkan anak perempuan. Supaya Lita punya teman bermain."Masya Allah ...."Mira tersenyum menatapku. "Seperti keinginanmu Sya, perempuan," ucapnya semangat yang kusambut dengan senyum bahagia. Mas Rian ikut semang dan merangkul bahu ini."Perkembangannya gimana, Dek? Sehat 'kan?" tanya Mas Rian yang lebih mengkhawatirkan kondisi fisik bayi kami. Tersebab sudah bertahun-tahun dia mendapati kemoterapi dan sangat takut akan rusaknya gen-gen yang seharusnya menjadi pembentuk bayi kami.Awalnya Mas Rian memang melarangku hamil, dia bahkan meminta agar aku memakai spiral. Tapi a

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   85. Bahagiakan Aku

    Tangis haru mewarnai pemakaman papa pagi ini. Mama masih tak stabil, sebentar pingsan, nanti sadarkan diri kembali. Begitulah semenjak semalam. Namun, tiga jam ini keadaannya sudah lebih membaik. Lebih tiga jam sudah ia sadarkan diri.Walaupun begitu, aku tetap tak bisa mengantar jenazah Papa untuk terakhir kalinya. Sebab tak mungkin meninggalkan Mama yang tak stabil seorang diri di rumah. Meski keinginan sedemikian besar, tapi kucoba mengikhlaskan dan menyerahkan pemakaman papa sepenuhnya pada Mas Rian dan adik semata wayang, Biantara Atha Arif.Kurang lebih dua jam, semua kembali ke rumah. Arif kini mendekati Mama dan memeluk wanita itu sejenak, postur tinggi serta bentuk tubuh dan wajah yang mewarisi Papa sepenuhnya, membuatku seolah melihat papalah yang kini tengah memeluk Mama."Sudah selesai pemakaiannya?" tanya Mama dengan suara serak. "Udah, Ma.""Sekarang Papa kalian sudah sendiri, biasanya semua Mama yang ngurus. Sekarang Papa kalian gimana? Dia pasti merasa sedih."Mama ke

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   84. Perpisahan Terindah

    Sungguh terhenyak diri ini saat pintu kamar mandi terbuka, bahkan ponsel di tangan sampai jatuh ke atas ranjang."Ma, kenapa?"Mas Rian yang melihatku tiba-tiba berdiri kaku langsung mengambil ponsel dan mengecek isinya. Dia membaca pesan Friska yang belum kukeluarkan dari layar utama. Usai membaca, lelaki itu menatapku."Aamminnn, semoga doanya diijabah."Mas Rian mematikan ponsel lalu meletakkan di atas nakas. Dia kemudian berjalan mendekatiku yang nyaris tak bergerak tersebab perasaan dipenuhi tanda tanya, bagaimana Friska bisa tahu bahwa hari ini aku dan Mas Rian menikah? Lalu perihal keluhan wanita itu, sepertinya aku menangkap jika ternyata Friska telah menikah lagi dan suaminya kemungkinan selingkuh. Benarkah?"Bagamana Friska bisa tahu jika hari ini kita menikah?" tanyaku menatap Mas Rian, seketika rasa cemburu menyergap. Apakah mereka masih berkomunikasi?"Papa nggak tahu, Ma.""Kalian masih berhubungan, ya 'kan?""Demi Tuhan, nggak Ma. Jika kami masih berhubungan kenapa dia

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   83. Impoten

    "Boleh lebih dekat?"Mas Rian memintaku untuk lebih rapat dengannya, usai pemasangan cincin dan menerima sebuah kecupan. Kini saatnya sesi foto-foto, meski tidak berdiri di atas pelaminan dan hanya duduk di atas sebuah karpet tebal berbulu lembut, acara ini tetap sesakral pernikahan pertama kami yang dilaksanakan begitu meriah.Mas Rian menyentuh kembali jemariku lalu sebuah foto tercetak dua kali."Selanjutnya foto bareng anak-anak."Seorang fotografer meminta kedua anakku bergabung. Setelah selesai mencetak foto berempat, lelaki itu kembali meminta seluruh keluarga untuk bergabung."Oke, satu dua tiga."Blast. "Sudah cukup, seadanya saja. Karena kami masih masa berkabung," ucap mama mertua meminta fotografer tidak lagi mengambil gambar. Lelaki itupun berbicara dengan Mas Rian lalu pamit pulang. Seminggu setelah jenazah Papa mertua dikebumikan adalah waktu yang baik yang sudah ditentukan oleh dua belah keluarga untuk melangsungkan pernikahan ini. Seharusnya ini menjadi suatu hal ya

  • Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu   82. Alhamdulillah, Sah

    Entah kenapa di detik ini kedua netraku tiba-tiba basah, terlebih saat melihatnya memeluk Talita seraya berucap terima kasih."Terima kasih Mama. Papa janji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang Mama berikan ini."Lagi-lagi dia meluapkan rasa bahagia pada Lita dengan mengecup pucuk kepalanya, membuat anakku keheranan."Papa kenapa sih tiba-tiba peluk dedek?""Papa sedang terharu, Nak.""Terharu karena bahagia?""Iya.""Karena Aa hebat, ya?""Salah satunya.""Dedek juga hebat?""Iya Papa tahu, kamu pasti sehebat Mamamu," ucap Mas Rian kini seraya membawa anakku dalam pelukan.Lita pun tersenyum sembari mengeratkan pelukan papanya. Melihat pemandangan itu, wajah tertunduk sejenak. Tak ada penyesalan saat niat ini sudah mantap menerimanya kembali. Setiap manusia memang sangat mungkin berbuat kesalahan, tapi Mas Rian membuktikan bahwa dia melakukan hal yang baik dengan meninggalkan kesalahannya dan beritikad untuk kembali padaku semenjak dahulu.Maaf Mas telah membuatmu terus be

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status