Share

Bab 4 pneumonia

Penulis: Lia fr
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tok tok tok!

"Assalamualaikum, Bu! Selamat pagi! Bagaimana keadaan Dek Raffa hari ini?" tanya dokter Danu

"Waalaikumsalam Dok, untuk diarenya sudah mendingan tapi sesak napasnya belum ada perubahan. Bagaimana hasil laboratorium dan foto Rontgennya Dok," tanya Tia.

"Untuk hasil laboratoriumnya, Dek Raffa alergi protein susu sapi dan untuk hasil foto Rontgennya Dek Raffa positif pneumonia, Bu,"

"Pneumonia?? Penyakit apa Dok?

"Pneumonia adalah Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru, yang dapat berisi cairan atau nanah," Jelas Dokter Danu.

"Apa penyebabnya, Dok?"

"Penyebabnya adalah virus, bakteri atau jamur.kalau Faktor penyebab dari lingkungan adalah perokok pasif,rumah dengan minim ventilasi, rumah penuh sesak dan asap dari bakaran sampah atau kotoran hewan,"

"Aku jadi teringat Mas Irvan sering sekali merokok didekat Raffa. Kalau saja aku tahu dampak buruknya seperti ini. Ahh, sudahlah menyesal pun sudah terlambat. Kasihan sekali kamu nak, mempunyai Ibu yang bodoh sepeti ku," batin Tia lagi-lagi air matanya lolos begitu saja.

"Nanti kami akan memasang selang makan lewat hidung sampai lambungnya Dek Raffa. Jadi untuk sementara waktu Ibu tidak boleh menyusui secara langsung. Asi Ibu diperah terus dikasihkan ke Dek Raffa lewat selang,"

"Loh, kenapa Dok?" Ucap Tia bingung.

"Bu, Dek Raffa sesak napas kalau dibiarkan menyusu langsung dia akan tersedak. Kalau sampai itu terjadi akan sangat membahayakan nyawa Dek Raffa," jelas Dokter Danu.

"Apa gak ada cara lain Dok? Aku takut itu akan menyiksanya," jawab Tia.

"Itu tidak akan menyiksanya Bu, cuma mungkin Dek Raffa akan merasa risih. Jadi Ibu awasi tangannya agar tidak menarik selang tersebut."

Tia terdiam hatinya menangis pilu membayangkan hidung sekecil itu harus dimasukan selang oksigen dan selang makan secara bersamaan. Air mata terus mengalir membasahi pipinya.

Dokter Danu yang melihat hal tersebut ikut merasa iba." Sabar ya, Bu," ucapnya sambil mengusap pundak Tia.

mendapat perlakuan tersebut tangis Tia semakin tersedu-sedu tubuhnya sampai bergetar tak kuasa menahan rasa sedih dalam dadanya.

***

Semakin hari kondisi Raffa tidak kunjung membaik. Suara tangisan, jeritan sang anak seakan-akan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Tia. Bagai mana tidak hampir setiap hari infus Raffa rusak dan harus dipasang lagi.

Satu kali pasang tidak langsung jadi kadang Raffa harus menerima tiga sampai empat kali tusukan baru jadi.

Hal itu umum terjadi pada bayi karena pembuluh darahnya masih sangat kecil jadi mudah rusak.

Hilang sudah keceriaan diwajahnya. Senyum tawanya seakan terbang entah kemana.

Sekarang tubuh mungil itu tergeletak lemas tak berdaya dengan selang infus dan oksigen melekat ditubuhnya.

Sedangkan sang ayah tak sekalipun memperlihatkan Batang hidungnya untuk melihat sang buah hati. Jangankan datang, menanyakan kabar lewat pesan pun, tidak.

Satu bulan sudah Raffa dirawat di rumah sakit. Harapan buat sembuh kayaknya masih jauh panggang dari api. Kalau biasanya anak terkena pneumonia akan sembuh dalam waktu satu minggu entah kenapa Raffa berbeda.

Air mata sang ibu seakan telah habis untuk menangisi nasib anaknya. Tapi Tia masih sangat berharap keajaiban itu datang Padanya.

Lantunan ayat-ayat Al-Qur'an Tia baca dari handphonenya semoga saja bisa meringankan beban sang anak.

Tokk! Tok!! Tokk!!

"Assalamualaikum, selamat pagi Bu!" Dokter Danu melihat kondisi Raffa.

"Waalaikumsalam, Dok!"

"Bu, kondisi Dek Raffa semakin memburuk kami sudah meningkatkan anti biotik sebanyak tiga kali tapi tidak ada perubahan sama sekali. Dengan sangat terpaksa Dek Raffa harus kami rujuk ke rumah sakit yang lebih besar.

Dek Raffa butuh ruang PICU yang ada ventilatornya, dirumah sakit ini belum punya alat itu. Gimana mau ya dirujuk?" Tanya Dokter Danu.

"Iya Dok, saya mau apapun yang bisa membuat anak saya sehat kembali saya mau Dok!" jawab Tia.

"Baiklah kalau begitu kami akan mempersiapkan ambulans, Ibu bisa ikut mbak suster buat tanda tangan persetujuan di rujuk!" ujar Dokter Danu

Dengan segala pertimbangan akhirnya Tia mengirim pesan pada suaminya berharap sang suami mau melihat kondisi anaknya.

["Mas, Raffa dirujuk ke rumah sakit S. Seandainya Mas masih punya hati nurani datanglah kasih semangat pada anakmu yang lagi berjuang untuk hidup!"] isi pesan Tia.

Lama Tia menunggu tak ada balasan dari sang suami. Dia mengambil napas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa sesak dalam dadanya.

"Ya Allah, manusia seperti apa sebenarnya yang hamba jadikan suami ini? kenapa dia begitu tega pada darah dagingnya sendiri? Berikan hamba kekuatan ya Allah sembuhkan lah anak hamba, aminnn!" do'a Tia dalam hati

"Mari Bu, kita berangkat sekarang!" ajak suster Ratna.

Tia berjalan menggendong Raffa dengan selang oksigen masih tertancap di hidungnya dan jarum infus masih tertancap ditangannya. Sedangkan suster Ratna berjalan di samping menyeret tabung oksigen ditangan kirinya dan tangan kanannya memegang berkas serta botol cairan infus.

Saat didalam mobil ambulans Raffa melihat ke kiri-kanan mungkin dia bingung akan dibawa kemana

"Dek, kita pergi cari obat! Ibu mohon berjuanglah Nak, jangan tunggu ayahmu, Ibu bisa menjadi Ibu sekaligus ayah buatmu Nak!" bisik Tia ditelinga Raffa lagi-lagi air mata itu lolos membasahi pipi Raffa

Raffa menatap wajah sang Ibu tanpa berkedip sepertinya dia sangat faham kesedihan sang Ibu. Tangan kecilnya bergerak seakan-akan ingin menghapus air mata sang bunda dan berkata" Ibu aku baik-baik saja, Ibu jangan sedih!" tapi sayangnya tubuh kecilnya terlalu lemah untuk melakukan itu.

Suster Ratna yang melihat Tia menangis tersedu-sedu mencoba menenangkan.

"Ibu yang sabar ya, Ibu harus kuat kalau Ibu kuat Dek Raffa juga akan kuat. Lihat itu Dek Raffa dari tadi menatap Ibunya, pasti dia sedih melihat ibunya sedih," bujuk suster Ratna

Sebenarnya Tia gak mau tangisannya dilihat sang anak. Tapi kali ini hatinya sungguh hancur mengingat sang suami yang tak kunjung datang menengok anaknya ditambah melihat kondisi sang anak yang tak kunjung membaik.

Sesampainya dirumah sakit S.

"Selamat siang Dok, ini pasien rujukan dari rumah sakit P," ucap suster Ratna

"Oh baik mba! minta datanya," jawab Dokter jaga,Mengulurkan tangan.

"Ini, Dok. Kalau begitu kami permisi ya Dok," pamit suster Ratna. " Bu, kami permisi dulu ya, kami do'akan semoga Dek Raffa lekas sembuh!"

"Amiiinn, makasih mbak sudah membantu saya sejauh ini!"ucap Tia tulus.

"Itu sudah tugas kami Bu!" jawabnya lalu berlalu pergi.

"Selamat siang Ibu, pasien bernama Raffa Syaputra, umur enam bulan, benar apa salah?" Tanya Dokter ryan, nama yang tertulis di bajunya.

"Siang juga Dok, iya benar"

"Ibu tau gak kenapa Dek Raffa dirujuk kesini?

"Tau Dok, karna Dek Raffa butuh alat yang namanya ventilator,"

"Ibu tau itu alat apa? Gunanya apa? Dipasang dimana?" Tanya Dokter ryan.

"Enggak Dok," jawab Tia singkat

"Ventilator adalah alat bantu pernapasan,gunanya ya membantu pernapasan Dek raffa,dipasang dimana? di mulut sampai ke paru-paru Dek Raffa. Kenapa Dek Raffa membutuhkan alat ini karena napas Dek Raffa sangat berat jika dipaksakan terus menerus paru-parunya bisa capek dan akhirnya henti napas, kalau sudah begitu Ibu tau 'kan artinya? Dek Raffa meninggal," jelas Dokter ryan

Mendengar kata meninggal tubuh Tia gemetar "ya Allah jangan ambil Raffa dari sisi hamba, hamba gak punya siapa-siapa lagi selain dia!" air mata meleleh ke pipinya.

"itu sakit gak Dok?"

"Pasti sakit Bu, makanya Dek Raffa kami bikin tidak sadarkan diri agar tangannya tida menarik selang tersebut. Gimana apa Ibu setuju dengan pemasangan alat tersebut?"

Bersambung

Bab terkait

  • Kami Yang Kau Buang   bab 5 pov Irvan

    "Rencananya kapan kamu mau melamar selly, Van?" Ibu mendekat saat aku memasang sepatu mau berangkat kerja. "Belum tau Bu, lagian kita juga baru saja jadian masih butuh banyak waktu untuk saling kenal," Ya, aku sekarang lagi dekat dengan seseorang yang bernama selly dia rekan kerjaku. Orangnya cantik modis rambut panjang, kulit putih beda jauh lah sama si Tia yang kucel,bau enggak pernah dandan sama sekali, liatnya saja eneg. Aku sangat bersyukur dia pergi dari rumah membawa Raffa anaknya yang penyakitan itu. Jadi aku gak perlu repot-repot lagi untuk mengusirnya! Lagian Ibu juga enggak pernah suka sama dia. Dari awal aku memang sudah ingin menceraikan Tia cuma aku lagi mikirin cara buat ngambil Raffa darinya. Tapi kalau dipikir-pikir sekarang buat apa juga aku ngambil Raffa toh anak itu tidak bisa diharapkan, penyakitan hanya merepotkan saja. Sekarang aku sudah punya Selly, dia lebih baik segalanya dibandingkan Ti

  • Kami Yang Kau Buang   Bab 6 kamu datang, Mas!

    "Apa tidak ada cara lain Dok? Kasihan dia msih sangat kecil!" jawab Tia dengan berlinangan air mata. Tia enggak tega jika harus menyiksa anaknya. "Tidak ada Bu! Ya, sudah saya berikan waktu untuk Ibu berfikir sejenak baik buruknya, tapi jangan lama-lama karena kami tidak tahu seberapa lama Dek Raffa akan bertahan,"tegas dokter Ryan "Ba-baiklah Dok saya setuju," dengan sangat terpaksa Tia menyetujuinya "Kalau begitu silahkan tanda tangani surat persetujuan pemasangan alat ventilator!"Tia pun menandatangani surat tersebut."Maafin Ibu ya Nak, Ibu terpaksa biar Raffa cepat sembuh." Tia memeluk tubuh anaknya seakan-akan anak itu akan pergi jauh darinya. Lagi-lagi Tia harus mendengar jeritan kesakitan sang anak saat pemasangan alat ventilator tersebut, Raffa sudah dibius total tapi tubuhnya masih tetap bisa merasakan sakitnya alat itu. Bisa dibayangkan bagaimana jika tidak dibius. Setelah pemasang

  • Kami Yang Kau Buang   Bab 7 Dia Anakmu, Mas!

    "kamu datang, Mas!" Tia langsung berdiri, ada sedikit senyum kebahagiaan tampak di bibirnya. Dia mengira kedatangan sang suami untuk melihat keadaan Raffa, putra mereka."Heh, Kamu jangan bahagia dulu, kami kesini bukan untuk melihat anakmu yang penyakitan itu!" Ibu Sutri berbicara dengan lantang.Mendengar ucapan sang mertua seketika senyum di bibir Tia memudar."Maksud Ibu apa? Tia melihat kearah bu Sutri terus berbalik menatap sang suami."Ini ada apa Mas? kenapa ada koperku disini? Dan siapa wanita ini?" Rona kebingungan nampak jelas diwajahnya."Ibu benar Tia, kami kemari bukan untuk menjenguk Raffa tapi unt ....""Untuk apa Mas?" sahut Tia yang mulai tersulut emosi."Kita kesini untuk mengantarkan ini!" Irvan menyerahkan koper yang tadi dia bawa."Apa ini? Ini maksudnya apa, Mas? "Ini sisa pakaianmu dan Raffa dirumah. Aku ingin kita bercerai!""Be-bercerai? Kamu tidak sedang bercanda kan, Mas?""Aku serius Tia, aku ingin kita bercerai!""Tapi kenapa, Mas? Apa salahku? Apa masi

  • Kami Yang Kau Buang   Bab 8

    "Tia aprianti ....""Mas, jangan main-main dengan kata talak! Aku yakin Mas, Raffa pasti sembuh. Dia hanya butuh dukungan dari kita sebagai orang tua," potong Tia."Aku tidak main-main, Tia! Aku sudah memikirkannya matang-matang. Aku sudah tidak butuh kalian berdua. Aku sudah punya Selly dalam hidupku,""Kelamaan kamu, Van! Cepetan ucapin talak, Ibu sudah gak betah berada disini lama-lama! Bisa alergi!" Bu Sutri melihat sekelilingnya dengan tatapan jijik."SEPTIA APRIANTI, MULAI SAAT INI AKU TALAK KAMU DENGAN TALAK TIGA, DAN MULAI DETIK INI JUGA KAMU BUKAN ISTRIKU LAGI!" Irvan mengucap kata-kata itu dengan jelas dan lantang.Mendengar kata talak keluar dari mulut sang suami, seketika tubuh Tia merosot jatuh kelantai. Air matanya mengalir deras. Dia terdiam tak sanggup berucap sepatah katapun. Tak pernah terbayangkan sebelumnya nasib pernikahannya harus berakhir di tahun kedua.Irvan sang suami, yang selalu dia sanjung setiap orang tuanya menelpon. Tak disangka tega menghancurkan hatin

  • Kami Yang Kau Buang   Bab 9 kau Manusia Tak Berperasaan, Mas!

    "Bu, sebelumnya kami minta maaf! Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, dengan sangat menyesal dan berat hati kami harus menyampaikan bahwa Dek Raffa sudah henti nafas, dengan kata lain Dek Raffa sudah meninggal dunia!" Ucap dokter DanuTubuh Tia tiba-tiba bergetar, dia mundur beberapa langkah dari hadapan dokter Danu"Tidak ..., Itu tidak mungkin ..., Tidak mungkin! Raffaaaaa!"teriaknya histerisTia berbalik menghadap bed sang anak disana ada beberapa perawat yang sedang melepaskan alat-alat medis."Stopp! Jangan sentuh anakku!" Bentaknya pada para perawat.Tia langsung berlari memeluk jasad anaknya, tangisnya seketika pecah memenuhi seisi ruangan."Raffaaa! Raffaa, bangun nak ..., Bangun sayang! Jangan tinggalin ibu! Ibu gak punya siapa-siapa lagi selain kamu nak! Ibu mohon bangun sayang!"Bu, Dek Raffa harus segera dibersihkan kasihan, alat-alat ini menyiksa tubuhnya!" ucap seorang perawat."Diam kau! Raffaku masih hidup dibelum meninggal, dia gak akan ninggalin ibunya sendirian!"

  • Kami Yang Kau Buang   Bab 10 pov Ibu Sutri

    "...,Dek Raffa sudah meninggal dunia!" Begitulah yang aku dengar, sangat jelas sekali dokter itu bilang anak penyakitan itu sudah meninggal."Van, ayo cepat kita tinggalkan tempat ini, anak sialan itu sudah meninggal! Jangan sampai Tia tau kalau kita masih ada disini, bisa- bisa mayat anak penyakitan itu dibawa ke rumah kita!"Ajak ku pada Irvan dan Selly.Ya aku tidak mau mayat anak penyakitan itu dibawa ke rumahku! Aku gak mau rumahku ketiban sial. Aku gak perduli mau Tia apakan mayat anak nya? Mau dibawa ke Sumatera atau dibakar terserah. Hatiku benar-benar merasa bahagia anak itu akhirnya meninggal. Berarti sumpah yang Tia ucapkan tidak akan pernah terjadi. Bagaimana mungkin Irvan bersujud dikakinya sedangkan anak itu sudah di neraka."Iya Bu, ayo cepat kita tinggalkan tempat ini!" Irvan pun setuju dengan ajakanku.Kami berjalan setengah berlari, supaya tidak memancing keributan di rumah sakit ini.Sebenarnya aku tak punya masalah apapun sama Tia, cuma aku tidak suka saja dia me

  • Kami Yang Kau Buang   Bab 11 Tolong Rahasiakan!

    Pagi-pagi sekali Tia sudah duduk didepan ruang PICU, badannya lebih bersih dan lebih bersemangat aura positif tampak jelas diwajahnya."Selamat pagi, Bu!" Ucap dokter Danu secara tiba-tiba."Eh ..., Iya selamat pagi, Dok!" Jawab Tia kaget langsung berdiri."Pagi-pagi kok sudah melamun, ntar kesambet loh!" Candanya sambil tersenyum.Tia yang tidak biasa melihat dokter Danu tersenyum langsung terperangah."MasyaAllah, senyumnya manis sekali!" batin Tia."Kayaknya yang kesambet itu Dokter deh," "Lah emangnya saya kenapa?""Dokter dari tadi gak sadar apa, Senyam-senyum sendiri? Kayaknya Dokter Danu lagi bahagia hari ini!" Tia menatap penuh selidik."Uhuk uhuk uhuk!" Dokter Danu tiba-tiba terbatuk-batuk dan langsung membuang muka. Entah mengapa saat mendapatkan tatapan dari Tia membuatnya jadi grogi."Ya sudah, saya permisi dulu! Mau ngecek keadaan Dek Raffa!" ujarnya terburu-buru. Berulangkali dia penarik nafas panjang untuk menetralisir detak jantungnya."Sepertinya jantungku bekerja l

  • Kami Yang Kau Buang   Bab 12 Kedatangan Mantan Ibu Mertua

    "kalau boleh tau rencana kamu setelah ini apa, Tia? Kalau seandainya Raffa sudah boleh rawat jalan?" Dokter Danu duduk bersandar, kedua tangannya dilipat di dada, tatapannya tajam kearah Tia."Kalau seandainya Raffa sudah boleh pulang! Rencananya saya akan cari kontrakan dekat-dekat sini, supaya tidak mengeluarkan ongkos lagi pas kontrol! Kalau Raffa sudah benar-benar dinyatakan sembuh dan urusan saya sama mas Irvan sudah selesai, saya akan pulang ke palembang bersama Raffa. Disini saya tidak punya siapa-siapa, tidak ada yang bisa melindungi saya dan Raffa dari mereka!" Tatapan Tia menerawang jauh, sangat terlihat jelas kesedihan diwajahnya."Kalau kamu mau, aku punya kontrakan di dekat sini? Jarang aku tempati sih, aku pulang ke sana cuma pas ada jadwal praktek di rumah sakit ini saja, aku praktek disini cuma tiga hari dalam seminggu. Untuk sementara kamu bisa tinggal di sana kalau kamu mau, dari pada mahal-mahal bayar kontrakan ditempatinya cuma sebentar!""Enggak usah, Dok! Saya bi

Bab terbaru

  • Kami Yang Kau Buang   bab 56

    "ibu awaaaassss!!" Tia berteriak saat melihat mobil Avanza silver melaju kencang mendekati bu Sutri.Teriakan Tia membuat sang mantan ibu mertuanya itu tersadar dari lamunannya. Saat ia berbalik menoleh ke arah Tia, baru ia sadari mobil Avanza sudah sangat dekat dengannya. Karena syok dan kaget tulang persendiannya terasa lumpuh dan tak bisa digerakkan. Bukannya berlari menghindar, bu sutri malah terduduk di aspal.Ciiiiittttt! Braghh! Gesekan ban mobil dengan aspal membuat asap mengepul menutupi jalan raya. Namun karena kecepatan mobil yang terlalu tinggi sehingga sang sopir tak bisa mengelak. Kecelakaan itu tak bisa dihindarkan. Tubuh bu sutri terseret hingga beberapa meter dari tempat semula."Ibuuuu!" Tia menjerit lalu menutup mata dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup melihat apa yang terjadi tepat di hadapannya. Ketika ia membuka mata orang-orang sudah berkerumun mengelilingi sang mantan ibu mertua."Ibuuuu!" Tia berlari mendekat, ia menyelinap diantara banyaknya orang yang

  • Kami Yang Kau Buang   bab 55

    "Dimana Raffa, Mak?" Tia yang baru saja keluar dari kamar. Baru menyadari Raffa tidak ada di sekitar mereka. Hari ini pengasuhnya tidak masuk kerja karena ada keperluan."Loh tadi disini." Bu Anisa menunjuk tempat Raffa bermain sebelumnya. Ia lengah karena sedang menelpon kakaknya Tia yang ada di kampung. Ia memberi kabar kalau Tia mau menikah lagi. Ia berharap anak sulungnya bisa ikut menyaksikan pesta pernikahan anak bungsunya."Jangan-jangan ...." Tia berlalu ke ruang produksi. Pikiran buruk tiba-tiba saja merasukinya. Segera ia berlari memasuki ruang produksi yang terletak di sebelah rumahnya, ruangan itu baru saja selesai dibangun 2 bulan lalu."Ibu sembunyikan dimana, Raffa?" Tia membentak Bu Sutri yang sedang membuat empek-empek.Bu sutri terkejut karena kerasnya suara Tia. Ia menatap bingung kearah bu Anisa dan Tia secara bergantian. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Tia maksud."Ibu! Kenapa diam saja? Jawab, dimana ibu sembunyikan Raffa?" Kali ini Tia menarik tubuh bu su

  • Kami Yang Kau Buang   bab 54

    "ibu!" Tia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Matanya melotot, jantungnya berdegup kencang. Orang yang selama ini selalu ia Hindari kini duduk manis di ruang tamu rumahnya."Tia!" Ibu Sutri pun tak kalah terkejutnya. seketika ia berdiri dari duduknya. Ia terpaku melihat Tia yang baru saja datang dari dalam."Mau apa Ibu kesini?" Ucap Tia dingin, ia sama sekali tidak ingin berbasa-basi. sudah cukup selama ini dirinya dan Raffa tersakiti. Sungguh ia tidak ingin lagi berhubungan dengan masa lalunya."Ibu kesini mau melamar pekerjaan. Apakah ini rumahmu?" Mata bu Sutri berputar melihat-lihat seisi rumah. "Kamu sekarang benar-benar sukses, Tia," ucapnya seraya tersenyum kagum. Bu Sutri tidak menyangka jika Tia sekarang semakin sukses sedangkan dirinya dan Irvan semakin terpuruk."Sebaiknya Ibu pergi dari sini, disini tidak ada lowongan pekerjaan untuk ibu!" Tia berbalik hendak meninggalkan ruang tamu. Namu tiba-tiba saja bu Sutri berlari menghalangi jalannya. "Tia, Ibu mohon! Teri

  • Kami Yang Kau Buang   bab 53

    "Septia Aprianti bersediakah engkau menikah denganku? Bersediakah engkau Menua bersamaku, mengarungi suka dan duka dalam biduk rumah tangga? Bersediakah engkau kau menjadi ibu dari anak-anakku?" Danu berucap dengan lantang dan tegas.Semua mata kini tertuju pada Tia. Wanita itu menundukkan wajahnya sejenak lalu mengangkatnya kembali. "Ya, saya bersedia!" jawabnya singkat"Allhamduillah!" Semua orang yang ada di ruangan itu mengucap syukur saat mendengar jawaban dari Tia."Alhamdulillah ya Allah, tinggal selangkah lagi Tia akan menjadi milikku seutuhnya," Danu berucap dalam hati.Matanya berkaca-kaca karena bahagia. Dia tidak menyangka bisa melangkah sejauh ini. Tia sudah merubah segalanya dalam hidupnya. Rasa yang dulu dia pikir Hanya sebatas rasa kagum atas perjuangannya kini sudah berubah menjadi cinta."Tia aku berjanji tidak akan ada lagi tangisan kesedihan dalam hidupmu. Yang ada hanyalah tangisan kebahagiaan. Apa yang diperbuat papaku pada aku dan Mama, aku jamin tidak akan terj

  • Kami Yang Kau Buang   Bab 52

    Prannng! Gelas yang ada di tangan Bu Sutri jatuh karena tangannya di dorong oleh perawat."Haduhhh, 'Kan jadi pecah! Mbak ini ada masalah apa sih sebenarnya? Kenapa main dorong aja!" Bu Sutri membentak suster rumah sakit."Bu, pasien yang baru saja selesai menjalani operasi tidak boleh langsung diberi minum tunggu dulu beberapa saat,""Tapi anak saya haus, gimana dong? Harus nunggu berapa lama?" tanya Bu Sutri sewot."Tunggu pasien bisa kentut! Setelah itu beri minum sedikit demi sedikit dulu, jangan langsung habis satu gelas Ya, pak!" Lalu suster mengecek kondisi irvan. Setelah dipastikan semua baik-baik saja suster pun berlalu pergi.Setelah beberapa hari dirawat inap, hari ini Irvan sudah diperbolehkan pulang."Bu, kaki Irvan ...." Irvan terkejut saat ia turun dari tempat tidur, ia tidak merasakan sakit pada kakinya. Ia melihat kebawah lalu menghentakkan kakinya ke lantai.Bu Sutri yang melihat pun ikut terkejut. "Apa yang kamu lakukan, Irvan!" teriaknya. Ia takut kaki anaknya bert

  • Kami Yang Kau Buang   bab 51

    "Maaf pak dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan testis Bapak mengalami cidera yang membuat terjadinya kerusakan dan malfungsi pada testis Bapak,""Lalu apa yang harus di lakukan, Dok?" Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di jelaskannya.Kami harus segera melakukan operasi pengangkatan kedua testis bapak. Untuk meminimalisir terjadinya infeksi yang berkelanjutan,""A-apa? Pengangkatan testis? Apa itu arti saya tidak akan memilih anak lagi Dok?" Aku sangat terkejut bagaimana bisa seorang laki-laki bisa hidup tanpamu testis."Dengan sangat menyesal saya jawab, iya! Kenapa apa Bapak belum punya anak?""Alhamdulillah sudah, Dok! Satu. Apa tidak ada cara lain, Dok?" Aku sangat berharap masih bisa mempertahankan Karena aku Masih pengen punya anak kelak jika aku kembali bersama Tia."Sayangnya tiga ada, pak! Kerusakannya sudah sangat parah. Jaringan testis bapak sudah mati karena terlambat penanganannya.""Ya Allah, apakah ini karma? Karena aku sudah menyia-nyiakan titipan

  • Kami Yang Kau Buang   bab 50

    "Makasih ya, Mas! Mas sudah melindungi aku sama Raffa. Mas datang di waktu yang tepat," ucap Tia saat mereka sudah berada di dalam mobil. Danu duduk di belakang kemudi sedangkan Tia duduk di sampingnya. Raffa, Danu letakan di car seat tepat di belakang Tia. Car seat ya Ia beli khusus untuk calon anaknya. Ia sudah membayangkan jika nanti mereka menikah. Ia akan membawa Tia dan Raffa jalan-jalan kemana pun yang mereka mau."Iya, sayang! Mulai sekarang kamu gak perlu takut lagi, ada aku yang akan selalu melindungi kalian. Aku harap, ini terakhir kalinya kamu menangis karena laki-laki itu." Danu menggenggam tangan Tia. ia berharap Tia bisa hidup tenang mulai sekarang."Oh, iya! Sebenarnya, Mas mau membawa kita kemana?" tanya tia karena Danu tidak memberi tahu sebelumnya."Kamu ikut aja, aku mau ngenalin kamu dan Raffa sama seseorang!" Danu menoleh kearah Tia lalu tersenyum. Sesekali ia melihat Raffa lewat kaca spion. Anak itu tengah asyik melihat keluar jendela."Semoga saja kejadian ta

  • Kami Yang Kau Buang   bab 49

    Empat bulan sudah Tia menempati rumah barunya. Rumah dengan empat kamar didalamnya, memang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumah Danu. Jarak rumah ini tidak terlalu jauh dari rumah mantan suaminya, bedanya rumah Irvan masuk gang sedangkan rumah Tia dipinggir jalan. Meski begitu Tia berharap irvan tidak menggangu kehidupannya.Tia setuju membeli rumah itu karena halamannya luas. Letaknya juga strategis diapit dua PT garmen dan dekat dengan sekolah SMA. Sangat cocok dengan bisnis yang Tia jalani.Di depan rumahnya, Tia membangun resto yang menyajikan makanan khas Palembang. Saat ini usaha tia sudah berkembang pesat, ramai pengunjung yang datang silih berganti. Karyawannya saat ini sudah bertambah menjadi sepuluh orang, ia memperkerjakan warga sekitarnya.Tia juga sudah resmi bercerai dengan Irvan dan sudah terlepas dari masa Iddah. Proses perceraiannya Hanya dua Minggu karena pihak Irvan tidak ada yang datang saat persidangan. Ditambah lagi bukti-bukti yang Tia miliki sud

  • Kami Yang Kau Buang   bab 48

    "apa yang kalian lakukan disini? Ayo turun Bapak sama Nak David sudah menunggu sejak tadi!" Bu Anisa memutuskan untuk tidak membahas apa yang dia dengar. Setelah mendengar cerita Danu tidak adil rasanya kalau dia membenci hubungan mereka sedangkan mereka berdua saling mencintai. Tugasnya hanya mengawasi jangan sampai mereka terbuai bujuk rayuan setan. Godaan hawa nafsu tidak pandang usia dan status. Jadi sebagai orang tua dia harus melindungi anaknya apalagi sekarang Tia kembali menjadi tanggung jawabnya.Tia dan Danu berjalan di belakang Bu Anisa. Saat ini mereka berkumpul di ruang tamu. Tia menyerahkan syarat-syarat pengajuan gugatan cerai beserta bukti perselingkuhan Irvan ke david. Video saat Irvan dan Selly memeriksa kandungan pun Tia serahkan juga."Kira-kira memakan waktu berapa lama , Nak David?" tanya bu Anisa. Ketika melihat David menata semua berkas-berkas dan memasukkannya kedalam tas kerja."Saya perkirakan tidak akan lama, Bu! Bukti-bukti yang kita punya sudah cukup

DMCA.com Protection Status