Seminggu sudah pasca keluar dari ruang PICU keadaan Raffa mulai membaik tinggal selang makannya saja yang belum dilepas. Tok tok tok! "Assalamualaikum, selamat pagi Bu! Bagaimana keadaan Dek Raffa hari ini?" Dokter Danu datang visit pagi. "Sudah mulai membaik Dok, cuma masih lemas saja," jawab Tia sedih. Bukannya Tia tidak bersyukur anaknya mulai membaik tapi hati ibu mana yang tidak pilu melihat kondisi anaknya. Sejak keluar dari PICU Raffa lupa cara menelan dan sekarang dia harus menjalani terapi agar bisa mengembalikan refleks menelannya. "Untuk minumnya gimana Bu?" Tanya dokter Danu "Minumnya masih belum lancar Dok, masih banyak yang masuk lewat selang," "Gak papa tetap harus dilatih terus ya Bu! Minumnya pake botol saja biar tahu seberapa banyak cairan yang masuk!" Selama dia sakit, berat badan Raffa memang tidak turun tapi juga tidak naik, makanya Tia harus lebih ekstra lagi dalam mengejar ketinggalan berat badan agar Raffa tidak stunt
"Ma-maksud Dokter?" "Bukan apa-apa! Ya, sudah aku ngurus berkas-berkas ini dulu kamu bereskan saja barang-barangmu nanti kalau aku datang kita tinggal berangkat."Tia pun segera membereskan barang-barang yang akan dibawa pulang. Ia juga tidak menganggap serius apa yang keluar dari mulut dokter Danu barusan. Sesekali ia melirik ke arah Raffa."Sayang kamu gak bobok?" Tanyanya saat tahu sang anak juga menatapnya.Tia pun menghentikan aktivitasnya dan mendekati sang anak."Sayang ..., Raffa sudah boleh pulang hari ini! Cepat sehat ya Nak cepat bisa menelan lagi, biar selang NGTnya bisa dilepas." Anak itu hanya diam menatap sang bunda. Tia langsung mencium dan memeluk tubuh kecil itu. Walaupun sudah seminggu bersama rasa rindu Tia belum terobati juga."Ehemm ehemmm! Gimana sudah selesai beres-beresnya? Tanya dokter Danu.Dokter Danu terharu melihat kegigihan Tia dan perjuangannya Raffa dalam melawan penyakit. Dokter Danu sampai meneteskan air mata tapi buru-buru dihapusnya, takut Tia mel
Selesai menyuapi Raffa, Tia masuk kedalam dia berjalan ke belakang melihat-lihat dapur."MasyaAllah dapurnya luas sekali peralatannya juga lengkap," gumam Tia.Di sebelah dapur ada sebuah kamar dan sebelahnya lagi ada kamar mandi yang lumayan besar."Non nyariin Bibik?" Tanya bik Ina yang baru keluar dari kamar didekat dapur " Oh, ini kamar bik Ina!" gumam Tia"Enggak bik ini cuma lagi lihat kondisi rumah saja biar gak tersesat. Rumah ini sangat besar bagi orang seperti saya, Bik!""Oh ya Bik, besok rencananya saya mau berjualan empek-empek saya minjam dapur sama alat-alatnya ya bik!" ujar Tia"Silahkan saja Non!" "Terima kasih, Bik!"**** Hari ini Tia sudah mulai menata bahan-bahan untuk membuat empek-empek. Pagi tadi Tia sudah meminta bik Ina belanja semua yang dibutuhkan. Tia berjualan secara online, hari ini dia hanya membuat sedikit untuk diambil gambarnya dan di unggah di applikasi biru, hijau dan merah. Tia juga sudah menyetel pengaturan handphonenya agar sang matan tidak da
Usai melapor ke ketua RT setempat Danu memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya. Danu memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran rumah mewah. Buru-buru dia keluar dari mobilnya dan berjalan setengah berlari. Tujuannya hanya satu Taman belakang rumah. Dia sangat yakin sang bidadari hatinya ada di sana. Dan benar saja orang yang dia cari lagi merapikan tanaman hiasnya dibelakang rumah karena itu sudah menjadi rutinitasnya setiap sore hari."Assalamualaikum, Ma!" Ucapnya sambil memeluk sang bunda dari belakang. "Wa'alaikumsalam, ingat jalan pulang juga kamu dasar anak nakal!" Sang ibu langsung berbalik dan ....Uhg uhg uhg! Ia memukul pundak anaknya berulangkali karena kesal.Auww ... Aaa! sakit Ma ampun! Bukannya menghindar Danu malah memeluk sang bunda " Danu kangen banget sama Mama!" Langsung diciuminya pipi wanita yang telah melahirkannya 29 tahun yang lalu."Bilangnya kangen tapi kalau gak ditelpon suruh pulang gak bakalan pulang
"Siapa yang gak normal Bik?" Danu tiba-tiba muncul dari ruang tengah.Seketika Tia Dan bik Ina melotot dan menoleh."Dokter ..., Aden ...." Ucap bik Ina dan Tia serentak."Ada apa? kenapa kalian menatapku seperti itu?" Danu jadi salah tingkah."A-anu ..., Den! Bibik permisi dulu mau ngajak Den Raffa maen ke depan!" Bik Ina menemukan alasan untuk melarikan diri karena posisi Raffa masih dalam gendongannya."Ehhh ... Bik!" Tangan Tia mengambang di udara ingin menghentikan bik Ina tapi terlambat bik Ina sudah terlalu jauh.Sekarang tinggal Tia dan dokter Danu saja yang ada di dapur. Dokter Danu berjalan perlahan mendekat dan mensejajarkan dirinya didepan Tia yang berdiri mematung."Bisa dijelaskan?" Danu berucap setelah jarak mereka tinggal satu langkah.Tia yang dari tadi menunduk dan memainkan jari tangannya hanya diam tak bergeming."Bisa dijelaskan siapa yang tidak normal?" Tanyanya lagi ketika tidak mendapatkan jawaban dari Tia.Tia pun mengangkat wajahnya sambil menggigit bibir ba
Pagi-pagi sekali Tia sudah berkutat dengan bahan-bahan membuat empek-empek. Alhamdulillah empek-empek buatan Tia semakin laris dipasaran. Meskipun demikian Tia belum berniat mencari orang untuk membantunya. Mengingat sekarang dia masih menumpang di rumah dokter Danu. Untuk belanja Tia sudah punya langganan di pasar yang mau mengantarkan bahan mentah seperti tepung tapioka, telur dan daging ikan yang sudah digiling sampai rumah. Jadi Tia gak perlu repot-repot lagi ke pasar. Tidak disangka Video Raffa yang ia unggah di akun toktok malah trending banyak yang like, share dan komen. Akun Tia yang awal jumlah pengikutnya sedikit langsung melonjak drastis. Hal itu Tia manfaatkan untuk mempromosikan empek-empek buatannya. Tia juga melakukan siaran langsung menampilkan proses pembuatan empek-empek untuk menarik pembeli, tentu yang jadi modelnya adalah bik Ina. Dan apa yang Tia lakukan berhasil meraih banyak pembeli rata-rata pembeli dari luar kota. Mereka memesan paket
"Anak siapa yang kamu gendong itu? Tangan bu surti bergerak ingin meraih Raffa.Deg! Mata Tia seketika melotot. Ini sama sekali tidak ada dalam skenarionya. Dia tak menduga bakal bertemu dengan mantan mertuanya di rumah sakit ini. Sekarang ia bingung harus menjawab apa?"Itu, anak saya!" jawab dokter Danu secara tiba-tiba. Segera dia jauhkan tangan bu bu Sutri dari tubuh Raffa"Anaknya, Dokter? Kenapa ada sama dia?" Telunjuk bu Sutri diacungkan kearah Tia."Ya karena dia sekarang bekerja sama saya, saya memintanya untuk mengasuh anak saya karena ibunya sibuk bekerja!""Ohh ..., Saya kasih tahu ya Dok! Sebaiknya dokter cari pengasuh yang lain saja, dia ini tidak becus ngerawat bayi! Dokter tahu 'kan anaknya sendiri saja mati ditangannya apa lagi anak orang lain." Bu Sutri berucap sambil menatap sinis kearah Tia."Astaghfirullahhal'azim Bu, di dunia ini tidak ada seorang Ibu pun yang ingin anaknya meninggal. Anda ini 'kan seorang Ibu, apa pantas anda berucap demikian?""Saya hanya ingin
"Raffaaa!" Mata Tia melotot melihat pintu depan terbuka lebar. Tia sangat yakin dia sudah menutup pintu dengan rapat tidak mungkin bayi enam bulan bisa membukanya. "Non, jangan-jangan tadi ada yang masuk dan membawa Den Raffa pergi," Seketika jantung Tia berdegup sangat kencang yang ada dalam pikirannya bagaimana kalau Raffa diculik orang yang tak dikenal? Bagaimana dia menjalani hidup tanpa Raffa disampingnya? Raffa adalah sumber kekuatannya, dia mampu bertahan sampai sejauh ini karena Raffa. Gegas Tia dan bik Ina berlari keluar. Setelah tiba diluar tubuh Tia langsung terduduk lemas. "Mas kamu kalau mau membawa Raffa bilang-bilang!" Bentak Tia saat melihat Raffa berada di pangkuan Danu. "Kamu tahu gak jantungku rasanya mau copot mencari Raffa kemana-mana tapi gak ketemu." Ya Raffa tenga bermain dengan Danu di teras rumah. Raffa tertawa cekakakan karena perutnya di kelitik oleh Danu menggunakan dagunya. "Yee! Salah sendiri Raffa nangis
"ibu awaaaassss!!" Tia berteriak saat melihat mobil Avanza silver melaju kencang mendekati bu Sutri.Teriakan Tia membuat sang mantan ibu mertuanya itu tersadar dari lamunannya. Saat ia berbalik menoleh ke arah Tia, baru ia sadari mobil Avanza sudah sangat dekat dengannya. Karena syok dan kaget tulang persendiannya terasa lumpuh dan tak bisa digerakkan. Bukannya berlari menghindar, bu sutri malah terduduk di aspal.Ciiiiittttt! Braghh! Gesekan ban mobil dengan aspal membuat asap mengepul menutupi jalan raya. Namun karena kecepatan mobil yang terlalu tinggi sehingga sang sopir tak bisa mengelak. Kecelakaan itu tak bisa dihindarkan. Tubuh bu sutri terseret hingga beberapa meter dari tempat semula."Ibuuuu!" Tia menjerit lalu menutup mata dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup melihat apa yang terjadi tepat di hadapannya. Ketika ia membuka mata orang-orang sudah berkerumun mengelilingi sang mantan ibu mertua."Ibuuuu!" Tia berlari mendekat, ia menyelinap diantara banyaknya orang yang
"Dimana Raffa, Mak?" Tia yang baru saja keluar dari kamar. Baru menyadari Raffa tidak ada di sekitar mereka. Hari ini pengasuhnya tidak masuk kerja karena ada keperluan."Loh tadi disini." Bu Anisa menunjuk tempat Raffa bermain sebelumnya. Ia lengah karena sedang menelpon kakaknya Tia yang ada di kampung. Ia memberi kabar kalau Tia mau menikah lagi. Ia berharap anak sulungnya bisa ikut menyaksikan pesta pernikahan anak bungsunya."Jangan-jangan ...." Tia berlalu ke ruang produksi. Pikiran buruk tiba-tiba saja merasukinya. Segera ia berlari memasuki ruang produksi yang terletak di sebelah rumahnya, ruangan itu baru saja selesai dibangun 2 bulan lalu."Ibu sembunyikan dimana, Raffa?" Tia membentak Bu Sutri yang sedang membuat empek-empek.Bu sutri terkejut karena kerasnya suara Tia. Ia menatap bingung kearah bu Anisa dan Tia secara bergantian. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Tia maksud."Ibu! Kenapa diam saja? Jawab, dimana ibu sembunyikan Raffa?" Kali ini Tia menarik tubuh bu su
"ibu!" Tia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Matanya melotot, jantungnya berdegup kencang. Orang yang selama ini selalu ia Hindari kini duduk manis di ruang tamu rumahnya."Tia!" Ibu Sutri pun tak kalah terkejutnya. seketika ia berdiri dari duduknya. Ia terpaku melihat Tia yang baru saja datang dari dalam."Mau apa Ibu kesini?" Ucap Tia dingin, ia sama sekali tidak ingin berbasa-basi. sudah cukup selama ini dirinya dan Raffa tersakiti. Sungguh ia tidak ingin lagi berhubungan dengan masa lalunya."Ibu kesini mau melamar pekerjaan. Apakah ini rumahmu?" Mata bu Sutri berputar melihat-lihat seisi rumah. "Kamu sekarang benar-benar sukses, Tia," ucapnya seraya tersenyum kagum. Bu Sutri tidak menyangka jika Tia sekarang semakin sukses sedangkan dirinya dan Irvan semakin terpuruk."Sebaiknya Ibu pergi dari sini, disini tidak ada lowongan pekerjaan untuk ibu!" Tia berbalik hendak meninggalkan ruang tamu. Namu tiba-tiba saja bu Sutri berlari menghalangi jalannya. "Tia, Ibu mohon! Teri
"Septia Aprianti bersediakah engkau menikah denganku? Bersediakah engkau Menua bersamaku, mengarungi suka dan duka dalam biduk rumah tangga? Bersediakah engkau kau menjadi ibu dari anak-anakku?" Danu berucap dengan lantang dan tegas.Semua mata kini tertuju pada Tia. Wanita itu menundukkan wajahnya sejenak lalu mengangkatnya kembali. "Ya, saya bersedia!" jawabnya singkat"Allhamduillah!" Semua orang yang ada di ruangan itu mengucap syukur saat mendengar jawaban dari Tia."Alhamdulillah ya Allah, tinggal selangkah lagi Tia akan menjadi milikku seutuhnya," Danu berucap dalam hati.Matanya berkaca-kaca karena bahagia. Dia tidak menyangka bisa melangkah sejauh ini. Tia sudah merubah segalanya dalam hidupnya. Rasa yang dulu dia pikir Hanya sebatas rasa kagum atas perjuangannya kini sudah berubah menjadi cinta."Tia aku berjanji tidak akan ada lagi tangisan kesedihan dalam hidupmu. Yang ada hanyalah tangisan kebahagiaan. Apa yang diperbuat papaku pada aku dan Mama, aku jamin tidak akan terj
Prannng! Gelas yang ada di tangan Bu Sutri jatuh karena tangannya di dorong oleh perawat."Haduhhh, 'Kan jadi pecah! Mbak ini ada masalah apa sih sebenarnya? Kenapa main dorong aja!" Bu Sutri membentak suster rumah sakit."Bu, pasien yang baru saja selesai menjalani operasi tidak boleh langsung diberi minum tunggu dulu beberapa saat,""Tapi anak saya haus, gimana dong? Harus nunggu berapa lama?" tanya Bu Sutri sewot."Tunggu pasien bisa kentut! Setelah itu beri minum sedikit demi sedikit dulu, jangan langsung habis satu gelas Ya, pak!" Lalu suster mengecek kondisi irvan. Setelah dipastikan semua baik-baik saja suster pun berlalu pergi.Setelah beberapa hari dirawat inap, hari ini Irvan sudah diperbolehkan pulang."Bu, kaki Irvan ...." Irvan terkejut saat ia turun dari tempat tidur, ia tidak merasakan sakit pada kakinya. Ia melihat kebawah lalu menghentakkan kakinya ke lantai.Bu Sutri yang melihat pun ikut terkejut. "Apa yang kamu lakukan, Irvan!" teriaknya. Ia takut kaki anaknya bert
"Maaf pak dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan testis Bapak mengalami cidera yang membuat terjadinya kerusakan dan malfungsi pada testis Bapak,""Lalu apa yang harus di lakukan, Dok?" Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di jelaskannya.Kami harus segera melakukan operasi pengangkatan kedua testis bapak. Untuk meminimalisir terjadinya infeksi yang berkelanjutan,""A-apa? Pengangkatan testis? Apa itu arti saya tidak akan memilih anak lagi Dok?" Aku sangat terkejut bagaimana bisa seorang laki-laki bisa hidup tanpamu testis."Dengan sangat menyesal saya jawab, iya! Kenapa apa Bapak belum punya anak?""Alhamdulillah sudah, Dok! Satu. Apa tidak ada cara lain, Dok?" Aku sangat berharap masih bisa mempertahankan Karena aku Masih pengen punya anak kelak jika aku kembali bersama Tia."Sayangnya tiga ada, pak! Kerusakannya sudah sangat parah. Jaringan testis bapak sudah mati karena terlambat penanganannya.""Ya Allah, apakah ini karma? Karena aku sudah menyia-nyiakan titipan
"Makasih ya, Mas! Mas sudah melindungi aku sama Raffa. Mas datang di waktu yang tepat," ucap Tia saat mereka sudah berada di dalam mobil. Danu duduk di belakang kemudi sedangkan Tia duduk di sampingnya. Raffa, Danu letakan di car seat tepat di belakang Tia. Car seat ya Ia beli khusus untuk calon anaknya. Ia sudah membayangkan jika nanti mereka menikah. Ia akan membawa Tia dan Raffa jalan-jalan kemana pun yang mereka mau."Iya, sayang! Mulai sekarang kamu gak perlu takut lagi, ada aku yang akan selalu melindungi kalian. Aku harap, ini terakhir kalinya kamu menangis karena laki-laki itu." Danu menggenggam tangan Tia. ia berharap Tia bisa hidup tenang mulai sekarang."Oh, iya! Sebenarnya, Mas mau membawa kita kemana?" tanya tia karena Danu tidak memberi tahu sebelumnya."Kamu ikut aja, aku mau ngenalin kamu dan Raffa sama seseorang!" Danu menoleh kearah Tia lalu tersenyum. Sesekali ia melihat Raffa lewat kaca spion. Anak itu tengah asyik melihat keluar jendela."Semoga saja kejadian ta
Empat bulan sudah Tia menempati rumah barunya. Rumah dengan empat kamar didalamnya, memang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumah Danu. Jarak rumah ini tidak terlalu jauh dari rumah mantan suaminya, bedanya rumah Irvan masuk gang sedangkan rumah Tia dipinggir jalan. Meski begitu Tia berharap irvan tidak menggangu kehidupannya.Tia setuju membeli rumah itu karena halamannya luas. Letaknya juga strategis diapit dua PT garmen dan dekat dengan sekolah SMA. Sangat cocok dengan bisnis yang Tia jalani.Di depan rumahnya, Tia membangun resto yang menyajikan makanan khas Palembang. Saat ini usaha tia sudah berkembang pesat, ramai pengunjung yang datang silih berganti. Karyawannya saat ini sudah bertambah menjadi sepuluh orang, ia memperkerjakan warga sekitarnya.Tia juga sudah resmi bercerai dengan Irvan dan sudah terlepas dari masa Iddah. Proses perceraiannya Hanya dua Minggu karena pihak Irvan tidak ada yang datang saat persidangan. Ditambah lagi bukti-bukti yang Tia miliki sud
"apa yang kalian lakukan disini? Ayo turun Bapak sama Nak David sudah menunggu sejak tadi!" Bu Anisa memutuskan untuk tidak membahas apa yang dia dengar. Setelah mendengar cerita Danu tidak adil rasanya kalau dia membenci hubungan mereka sedangkan mereka berdua saling mencintai. Tugasnya hanya mengawasi jangan sampai mereka terbuai bujuk rayuan setan. Godaan hawa nafsu tidak pandang usia dan status. Jadi sebagai orang tua dia harus melindungi anaknya apalagi sekarang Tia kembali menjadi tanggung jawabnya.Tia dan Danu berjalan di belakang Bu Anisa. Saat ini mereka berkumpul di ruang tamu. Tia menyerahkan syarat-syarat pengajuan gugatan cerai beserta bukti perselingkuhan Irvan ke david. Video saat Irvan dan Selly memeriksa kandungan pun Tia serahkan juga."Kira-kira memakan waktu berapa lama , Nak David?" tanya bu Anisa. Ketika melihat David menata semua berkas-berkas dan memasukkannya kedalam tas kerja."Saya perkirakan tidak akan lama, Bu! Bukti-bukti yang kita punya sudah cukup