Pak Guntur telah mempunyai firma hukum paling sukses di Jakarta dengan nama GUNJARUS & Partners. Istrinya, Bu Susan, telah menjelma menjadi seorang business woman yang tajir melintir. Kekayaan yang didapatnya berasal dari Ro Ra Petersen (Royal Rajata Petersen) yang dimilikinya. Ro Ra Petersen merupakan sebuah perusahaan perhiasan perak yang saat ini telah memiliki 15 cabang di berbagai kota di seluruh dunia.
“Kalau Papi masih bersama dengan Tika, mungkin Papi tidak akan pernah merasakan kebahagiaan seperti ini,” kata Bu Susan.
“Iya, kamu benar, Mom, aku sangat bersyukur mempunyai istri hebat seperti kamu,” balas Pak Guntur.
Keinginan Pak Guntur dan Bu Susan untuk hidup bahagia bersama benar-benar terwujud. Perjalanan rumah tangga mereka sudah 10 tahun. Selama itu pula mereka menjalani kehidupan bersama sebagai pasangan suami istri. Karir keduanya pun semakin menanjak seiring berjalannya waktu. Kehidupan Pak Guntur dan Bu Susan sudah pasti bahagia dengan limpahan materi yang mereka miliki.
“Kehidupanku jauh lebih baik sekarang. Pilihanku memang tepat, Susan adalah satu-satunya wanita yang mampu membuatku bahagia,” ujar Pak Guntur dalam hati.
“Mom, terima kasih sudah menjadi istri yang baik,” ucap Pak Guntur kepada Bu Susan.
“Sama-sama, Pi, Mommy juga merasa lebih baik dan bahagia dengan kehidupan yang sekarang,” balas Bu Susan.
“Sepertinya, Guntur sudah terlepas dari bayang-bayang Tika dan anak-anaknya itu. Baguslah,” ucap Bu Susan dalam hati.
Lalu, bagaimana dengan Andre dan Ayu? Apakah mereka sudah terlepas dari bayang-bayang orang tua mereka?
Lain halnya dengan Andre dan Ayu, mereka sering diganggu oleh rasa penasaran akan keberadaan orang tuanya, yaitu Pak Guntur dan Bu Tika. Mereka sangat berharap agar bisa bertemu dengan orang tuanya. Rasa sedih dan rindu kepada orang tuanya kerap kali mereka rasakan. Sebenarnya, apa yang telah terjadi dengan ayah dan ibuku di masa lalu? Dimana mereka sekarang? Apakah ayah dan ibuku masih hidup? Itulah beberapa pertanyaan yang sering muncul di benak mereka.
Hari ini, Andre dan Ayu berencana untuk pergi ke Serang, tempat kelahirannya, untuk mencari ayah dan ibu mereka. Sekitar pukul 7 pagi, mereka bersiap-siap untuk berangkat ke sana.
“Pagi-pagi udah rapi aja, mau kemana kalian?” tanya Edgar.
“Kita mau ke Serang, Gar, doain kita ya,” balas Andre.
“Tunggu ... maksud lu, lu mau nyari orang tua lu?” tanya Edgar yang sedang penasaran.
“Iya, Gar, daripada kita terus-terusan penasaran kaya gini, lebih baik kita cari tahu. Kita sih berharap masih bisa ketemu sama Ayah Ibu,” sahut Ayu.
“Ayu sama Andre ternyata masih belum bisa move on dari orang tuanya. Kalau mereka berhasil menemukan ayah dan ibunya, berarti mereka akan pergi dari sini,“ kata Edgar dalam hati.
Entah mengapa, Edgar merasa bahwa dirinya tidak rela jika Andre dan Ayu kembali kepada orang tua kandung mereka. Mungkin, karena rasa sayang Edgar yang sangat dalam kepada kakak beradik itu.
“Oke, deh, good luck, ya, “ ucap Edgar dengan ekspresi wajah yang datar.
Sebenarnya, Edgar sadar dengan posisinya, dia tidak berhak untuk melarang Andre dan Ayu kembali ke orang tua kandungnya. Tapi, hati tidak bisa berbohong, Edgar tidak rela jika Andre dan Ayu pergi meninggalkannya. Dirinya merasa sangat bahagia dapat menjalani kehidupan bersama saudara angkatnya itu.
“Bagaimana kalau sampai mereka ketemu sama ayah ibu mereka?” Edgar merasa khawatir, ia belum siap menerima kenyataan jika harus kehilangan saudara angkatnya itu.
“Ndre, kok gue deg-degan, ya?” kata Ayu.
“Udah, tenang aja, lu berdoa aja semoga Ayah sama Ibu masih ada disini.” Andre memang terlihat lebih tenang bila dibandingkan dengan Ayu.
Mereka pun telah sampai di depan rumah mereka. Rupanya, rumah Andre dan Ayu tersebut telah mengalami banyak perubahan. Suasana lingkungan sekitar rumah mereka pun juga telah berubah.
“Rumah kita udah jauh beda, gue aja sampe pangling,” ucap Andre.
Andre dan Ayu memang memiliki ingatan yang sangat baik. Walaupun sudah 10 tahun berlalu, mereka tidak lupa dengan letak rumahnya. Bahkan, hari ini merupakan kedatangan pertama mereka setelah kejadian yang menimpa mereka 10 tahun silam. Mungkinkah hal tersebut merupakan bentuk pertolongan dari Tuhan? Apakah Tuhan memang mengizinkan mereka untuk bertemu orang tuanya?
“Eh, gue masih penasaran banget, kira-kira Kevin sama Ayu kemarin ngomongin apaan, ya?” kata Yongki.
“Mana gue tahu, Ayu kan belum cerita. Tapi, kok aneh banget ya, mereka berdua tuh kaya orang yang udah saling kenal gitu,” jawab Salsa.
Saat kedua sahabat Ayu tersebut tengah asyik berbincang-bincang, tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampirinya.
“Kalian udah dari tadi?” Rupanya, laki-laki tersebut adalah Kevin.
Rupanya, Kevin bersama Pak Guntur tengah menanti santapan siang pesanannya. Kebetulan, Yongki dan Salsa juga tengah bersantap siang di sana.
“Kevin, lu disini juga?” celetuk Yongki.
“Iya, gue diajak ke sini sama bokap gue, kok kalian cuma berdua, Ayu mana?” tanya Kevin.
“Ayu lagi ada urusan sama kakaknya ke Serang,” sahut Salsa.
“Kalau gitu gue ke sana dulu, ya, salam buat Ayu,” kata Kevin sambil menunjuk ke arah mejanya.
“Oke, Vin,” jawab Yongki dan Salsa dengan kompak.
Apakah Kevin dan Ayu memang sudah saling mengenal? Yongki dan Salsa pun dibuat bertanya-tanya oleh Kevin.
“Siapa mereka, Vin?” tanya Pak Guntur.
“Mereka teman kelas aku, Pi. Mereka tuh punya sahabat, namanya Ayu,” jawab Kevin.
“Ayu?” kata Pak Guntur dalam hati.
Nama itu membuatnya teringat kepada putri bungsunya yang telah ia telantarkan 10 tahun silam.
“Ah, kenapa aku jadi teringat anak itu? Ingat, Gun, anak kamu sekarang adalah Kevin, bukan dia,” ucapnya dalam hati.
Sebesar itukah rasa cinta Pak Guntur kepada Bu Susan? Bahkan, dirinya telah berjanji kepada Bu Susan untuk membuang jauh-jauh kenangan masa lalunya bersama Andre, Ayu dan Bu Sartika.
Pencarian Andre dan Ayu ternyata nihil. Rupanya, rumah mereka sudah berpindah tangan kepada penghuni baru sejak 9 tahun yang lalu. Mereka tidak tahu harus mencari informasi kemana karena semua tetangga di sekeliling rumahnya juga merupakan para penghuni baru.
“Ndre, gue udah enggak tahu harus nyari Ayah sama Ibu kemana lagi,” tutur Ayu yang merasa sedih dan kecewa. Dirinya merasa sudah tidak ada lagi harapan untuk bertemu dengan orang tuanya.
“Yu, kita pasrahkan saja semuanya kepada Allah, kita doakan yang terbaik untuk Ayah sama Ibu,” kata Andre yang berusaha menguatkan Ayu.
“Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk bertemu Ayah sama Ibu di lain hari,” imbuhnya.
Saat Andre dan Ayu tengah bersiap untuk pulang, mereka melihat sebuah mobil berhenti di depan rumah Tante Christie, tetangga mereka yang dulu. Tampak seorang wanita turun dari mobil tersebut.
“Yu, Tante Christie!” seru Andre sambil menunjuk ke arah wanita itu.
“Iya, Ndre ... ayo kita ke sana,” pekik Ayu.
Mereka pun turun dari mobil dan berlari ke arah seberang jalan.
Sesampainya di sana, Ayu pun langsung memanggil wanita itu. Wanita itu pun menoleh ke arah belakang, dan ... ia memang benar-benar Tante Christie. Lalu, apakah Tante Christie dapat memberikan petunjuk mengenai keberadaan orang tua mereka? Bagaimana perasaan Andre dan Ayu jika mereka mengetahui kejadian buruk yang menimpa ibunya 10 tahun yang lalu? Mampukah mereka berbesar hati menerima kenyataan bahwa kemungkinan besar ibu mereka telah pergi untuk selamanya?
“Tante Christie!” teriak Andre dan Ayu secara bersamaan. Tante Christie mengira bahwa dirinya sedang berhalusinasi. Namun, laki-laki dan perempuan yang mendatanginya itu memang benar-benar Andre dan Ayu. Keinginan Tante Christie untuk bertemu dengan mereka akhirnya terwujud. Rasa rindu, terharu, senang dan sedih bercampur menjadi satu di hati Tante Christie. “Tante kangen sekali dengan kalian, kalian kemana saja selama ini?” ucap Tante Christie sambil memeluk Andre dan Ayu dengan erat. Mereka bertiga pun tak kuasa menahan air mata. Kedekatan antara mereka layaknya kedekatan antara orang tua dan anak. Tante Christie sudah menganggap Andre dan Ayu seperti anaknya sendiri. Hal itulah yang membuat dirinya sangat terpukul dan kehilangan saat Andre dan Ayu dinyatakan hilang 10 tahun yang lalu. Tante Christie pun akhirnya mengajak Andre dan Ayu masuk ke dalam rumahnya. “Terima kasih, Ya Allah, Engkau telah memberi kes
Ayu pun tak habis pikir dengan sikap Kevin yang sejauh itu. “Kenapa sih, Kevin sepeduli ini sama gue?” tanyanya dalam hati. “Vin, gue mohon banget sama lu, lu ngertiin gue, “ pinta Ayu kepada Kevin. “Masalah ini enggak mau gue umbar ke orang lain, Vin, cukup gue aja yang tahu. Bahkan, sahabat-sahabat gue pun juga enggak ada yang tahu,” lanjut Ayu. Ayu tak sengaja melihat ke arah Martha dan kawan-kawannya, dan ia baru tahu bahwa Martha mengawasi pembicaraannya dengan Kevin. Jam istirahat pun dimulai, Martha langsung pergi menuju ke kelas Ayu. Apa yang akan dia lakukan? “Sayang, tadi aku lihat kamu lagi ngobrol berdua sama Ayu di samping perpus. Kalian ngomongin apaan sih, kok kaya serius gitu?” tanya Martha penuh selidik. “Dia tuh lagi sedih terus sering menyendiri, enggak seperti biasanya. Aku penasaran, masalah apa yang sebenarnya lagi dia hadapi,” jawab Kevin. “Ken
“Edgar, Andre, Ayu, kalian kok diam aja dari tadi? Kalian kenapa?” tanya Pak Erwin. “Enggak apa-apa kok, Pa ... Ayu berangkat dulu ya, Pa, Ma. Assalamualaikum,” jawab Ayu sambil pamit pergi ke sekolah. “Pa, Ma, Andre ke kamar dulu, ya” kata Andre. Pak Erwin dan Bu Tina merasa aneh dengan sikap anak-anak mereka. “Gar, ada apa sih sebenarnya?” tanya Bu Tina. “Edgar enggak tahu, Ma,” jawab Edgar. “Andre dan Ayu beneran marah sama gue. Gue harus minta maaf ke mereka.” Edgar merasa tak enak melihat sikap Andre dan Ayu. ”Edgar berangkat dulu deh, Ma, Pa. Assalamualaikum.” Edgar pun berangkat ke kampus dengan perasaan tidak tenang, memikirkan sikap Andre dan Ayu yang seketika berubah. Pagi ini, Ayu berangkat ke sekolah bersama Yongki. Ayu dan Yongki berboncengan menggunakan motor Yongki, sementara motor Ay
Pemotor yang ditabrak oleh Kevin dan sahabat-sahabatnya itu akhirnya dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di sana, ia langsung mendapatkan penanganan.“Dok, bagaimana kondisinya?” tanya Kevin kepada dokter yang menangani.“Alhamdulillah, luka-lukanya tidak begitu parah. Kita tinggal menunggu sampai dia siuman,” jawab dokter tersebut.“Saya minta tolong kepada kalian agar tetap kondusif. Jangan sampai dia terganggu,” pintanya kepada Kevin dan sahabat-sahabatnya. Setidaknya, Kevin bisa bernapas lega. Ternyata, kondisi pemotor itu tidak separah yang dipikirkannya. Ia akan membiayai biaya perawatan pemotor itu sebagai bentuk tanggung jawabnya.“Biaya rumah sakitnya gimana dong, guys?” tanya Bastian.“Biar gue aja yang tanggung,” sahut Kevin.“Lho, enggak bisa gitu dong, Yang. Ini semua kan gara-gara Leon, gara-gara dia yang nyeti
Semua mata tertuju kepada Kevin. Ayu, Andre, Salsa, Dito, dan Yongki melihat ke arah Kevin yang sedang memperlihatkan raut muka tegang. Detak jantung Kevin pun makin kencang, dan sangat kencang.“Yu ... gue ... gue mau ... .” Kemudian, Kevin pun terdiam.“Gue minta maaf, Yu, gue enggak sengaja,” lanjutnya.Mereka bingung dengan ucapan Kevin tersebut. Mereka dibuat salah fokus dengan ketegangan Kevin yang sangat terlihat itu.“Kak, aku minta maaf, aku enggak hati-hati dan kebanyakan bercanda sama teman-teman tadi,” sambung Kevin.“Jadi ... lu yang udah bikin Kak Andre kaya gini?” celetuk Yongki.Kevin pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala.“Kok bisa sih, Vin?” tanya Dito.Kemudian, Kevin menceritakan kronologi kejadian tertabraknya Andre. Kevin menceritakan semuanya dengan jujur dan apa adanya. Ia sangat merasa bersalah dan benar-
“Hai, Edgar, gue Kevin,” kata Kevin sambil mengulurkan tangan kepada Edgar.Edgar menerima ajakan Kevin untuk bersalaman.“Lu ada kepentingan apa di sini?” tanya Edgar.Kevin pun menjelaskan semuanya kepada Edgar. Lalu, bagaimanakah reaksinya?Pengakuan dari Kevin membuat api kemarahan Edgar tersulut. Ia langsung meraih dan mencengkeram baju Kevin.“Berani-beraninya lu nyelakain saudara gue!” serang Edgar.“Edgar ... hentikan!” seru Pak Erwin sambil menarik tubuh Edgar.Ia tak terima dengan perbuatan Kevin yang telah membuat Andre terbaring lemah.Sama seperti Martha, Edgar terkenal dengan temperamennya. Hal itulah yang membuat ia terkadang berani melakukan hal yang nekat di luar dugaan. Ia akan melakukan apa saja kepada orang yang tidak ia suka. Kali ini, Edgar melakukannya kepada Kevin, orang yang baru saja ia kenal.“Edgar, lu engg
Kevin memang tidak melakukan suatu kesalahan yang fatal. Namun, kemarahan Martha tak dapat dikendalikan. Separah itukah kecemburuan Martha kepada Kevin? “Kevin nyebelin banget, sih! Sok baik banget dia sama keluarganya Ayu!” pekik Martha. “Kalau dipikir-pikir, kenapa Kevin bisa seperhatian ini sama Ayu? Ini udah kedua kalinya, lho,” gerutunya. “Sepertinya, ada suatu hal yang gue enggak tahu. Okay, gue enggak boleh tinggal diam,” ujar Martha. Wajar saja, ia memang tidak suka saat melihat Kevin begitu perhatian kepada perempuan lain. Menurutnya, perhatian Kevin kepada Ayu sudah melebihi batas maksimal. Apakah Martha mulai curiga dengan Kevin dan Ayu? Apakah dia mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara Kevin dan Ayu? Bersikap perhatian kepada perempuan selain Martha merupakan suatu tantangan tersendiri bagi Kevin. Telah tersusun rapi sebuah surat perjanjian di antara pasangan kekasih itu. Ap
“Siapa, Dit?” tanya Salsa kepada Dito yang sedang memeriksa ponselnya.“Yongki? Ngapain dia telepon?” celetuk Dito.“Halo, Ki, ada apa?” sahut Dito.Dito dan Salsa pun berkonsentrasi mendengarkan jawaban Yongki. Setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, mereka pun bergegas menuju ke UKS untuk melihat kondisi Ayu yang masih belum sadarkan diri.Tak lama setelah itu, Kevin pun datang. Setibanya di kelas, ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ia berkata, “Syukurlah, dikit lagi gue bisa kena hukum, males banget.”Secara spontan, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah bangku 4 serangkai, yaitu Ayu, Salsa, Dito, dan Yongki.“Ayu sama teman-temannya kemana, kok enggak ada? Tapi ... tasnya Salsa sama Dito kok ada di atas meja?” kata Kevin sambil melihat ke arah bangku Ayu dan sahabat-sahabatnya.
“Yu, tadi kan lu udah janji sama gue, mau jelasin kronologi kecelakaan lu tadi pagi. Nah ... sekarang, saatnya lu jelasin semuanya,” pinta Kevin, masih dengan rasa penasarannya.“Gue kira, Kevin enggak akan nanya-nanya soal itu lagi. Hhhhh ... terpaksa, gue harus tutup rapat-rapat siapa pelakunya,” ucap Ayu dalam hati.Ia bingung harus menjawab pertanyaan Kevin tersebut dengan kata-kata apa. Ia pun terdiam, berusaha mencari jawaban yang tepat dan aman.“Tadi tuh ada mobil kencang banget dari arah belakang, terus nyerempet gue sama Yongki. Gue heran sih sama tuh mobil, bisa-bisanya nyerempet gue, padahal jalannya tuh lebar dan sepi,” jelas Ayu.“Setelah nyerempet gue sama Yongki, bukannya berhenti terus minta maaf, malah semakin kencang bawa mobilnya,” imbuhnya.Kevin pun semakin penasaran dengan orang di balik mobil yang menyerempet Ayu dan Yongki tersebut. Ke
“Halo, Ndre, gimana keadaan lu?” Ayu pun tak lupa untuk menanyakan keadaan kakaknya yang masih berada di rumah sakit.“Gue udah enakan kok, Yu, mungkin besok atau lusa gue udah bisa cabut dari sini,” jawab Andre.“Yu, suara lu kaya beda gitu, lu sakit?” Ayu pun terdiam ketika mendengar perkataan Andre tersebut.Suara Ayu yang tidak terdengar seperti biasanya membuat Andre melontarkan kata-kata tersebut. Tidak mungkin Ayu berkata jujur kepada Andre. Ia tak ingin membuat kakaknya itu khawatir. Ayu berusaha untuk menutupinya.“Emang suara gue kenapa? Gue enggak apa-apa, Ndre,” elak Ayu.“Dik, waktu pulang nanti Adik harus ditemenin sama teman-teman Adik, ya, karena kondisi Adik belum sepenuhnya pulih. Sekarang, waktunya Adik makan dan minum obat dulu.” Perawat UKS menghampiri Ayu sambil membawa nampan berisi makanan, air putih, dan obat.
“Siapa, Dit?” tanya Salsa kepada Dito yang sedang memeriksa ponselnya.“Yongki? Ngapain dia telepon?” celetuk Dito.“Halo, Ki, ada apa?” sahut Dito.Dito dan Salsa pun berkonsentrasi mendengarkan jawaban Yongki. Setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, mereka pun bergegas menuju ke UKS untuk melihat kondisi Ayu yang masih belum sadarkan diri.Tak lama setelah itu, Kevin pun datang. Setibanya di kelas, ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ia berkata, “Syukurlah, dikit lagi gue bisa kena hukum, males banget.”Secara spontan, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah bangku 4 serangkai, yaitu Ayu, Salsa, Dito, dan Yongki.“Ayu sama teman-temannya kemana, kok enggak ada? Tapi ... tasnya Salsa sama Dito kok ada di atas meja?” kata Kevin sambil melihat ke arah bangku Ayu dan sahabat-sahabatnya.
Kevin memang tidak melakukan suatu kesalahan yang fatal. Namun, kemarahan Martha tak dapat dikendalikan. Separah itukah kecemburuan Martha kepada Kevin? “Kevin nyebelin banget, sih! Sok baik banget dia sama keluarganya Ayu!” pekik Martha. “Kalau dipikir-pikir, kenapa Kevin bisa seperhatian ini sama Ayu? Ini udah kedua kalinya, lho,” gerutunya. “Sepertinya, ada suatu hal yang gue enggak tahu. Okay, gue enggak boleh tinggal diam,” ujar Martha. Wajar saja, ia memang tidak suka saat melihat Kevin begitu perhatian kepada perempuan lain. Menurutnya, perhatian Kevin kepada Ayu sudah melebihi batas maksimal. Apakah Martha mulai curiga dengan Kevin dan Ayu? Apakah dia mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara Kevin dan Ayu? Bersikap perhatian kepada perempuan selain Martha merupakan suatu tantangan tersendiri bagi Kevin. Telah tersusun rapi sebuah surat perjanjian di antara pasangan kekasih itu. Ap
“Hai, Edgar, gue Kevin,” kata Kevin sambil mengulurkan tangan kepada Edgar.Edgar menerima ajakan Kevin untuk bersalaman.“Lu ada kepentingan apa di sini?” tanya Edgar.Kevin pun menjelaskan semuanya kepada Edgar. Lalu, bagaimanakah reaksinya?Pengakuan dari Kevin membuat api kemarahan Edgar tersulut. Ia langsung meraih dan mencengkeram baju Kevin.“Berani-beraninya lu nyelakain saudara gue!” serang Edgar.“Edgar ... hentikan!” seru Pak Erwin sambil menarik tubuh Edgar.Ia tak terima dengan perbuatan Kevin yang telah membuat Andre terbaring lemah.Sama seperti Martha, Edgar terkenal dengan temperamennya. Hal itulah yang membuat ia terkadang berani melakukan hal yang nekat di luar dugaan. Ia akan melakukan apa saja kepada orang yang tidak ia suka. Kali ini, Edgar melakukannya kepada Kevin, orang yang baru saja ia kenal.“Edgar, lu engg
Semua mata tertuju kepada Kevin. Ayu, Andre, Salsa, Dito, dan Yongki melihat ke arah Kevin yang sedang memperlihatkan raut muka tegang. Detak jantung Kevin pun makin kencang, dan sangat kencang.“Yu ... gue ... gue mau ... .” Kemudian, Kevin pun terdiam.“Gue minta maaf, Yu, gue enggak sengaja,” lanjutnya.Mereka bingung dengan ucapan Kevin tersebut. Mereka dibuat salah fokus dengan ketegangan Kevin yang sangat terlihat itu.“Kak, aku minta maaf, aku enggak hati-hati dan kebanyakan bercanda sama teman-teman tadi,” sambung Kevin.“Jadi ... lu yang udah bikin Kak Andre kaya gini?” celetuk Yongki.Kevin pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala.“Kok bisa sih, Vin?” tanya Dito.Kemudian, Kevin menceritakan kronologi kejadian tertabraknya Andre. Kevin menceritakan semuanya dengan jujur dan apa adanya. Ia sangat merasa bersalah dan benar-
Pemotor yang ditabrak oleh Kevin dan sahabat-sahabatnya itu akhirnya dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di sana, ia langsung mendapatkan penanganan.“Dok, bagaimana kondisinya?” tanya Kevin kepada dokter yang menangani.“Alhamdulillah, luka-lukanya tidak begitu parah. Kita tinggal menunggu sampai dia siuman,” jawab dokter tersebut.“Saya minta tolong kepada kalian agar tetap kondusif. Jangan sampai dia terganggu,” pintanya kepada Kevin dan sahabat-sahabatnya. Setidaknya, Kevin bisa bernapas lega. Ternyata, kondisi pemotor itu tidak separah yang dipikirkannya. Ia akan membiayai biaya perawatan pemotor itu sebagai bentuk tanggung jawabnya.“Biaya rumah sakitnya gimana dong, guys?” tanya Bastian.“Biar gue aja yang tanggung,” sahut Kevin.“Lho, enggak bisa gitu dong, Yang. Ini semua kan gara-gara Leon, gara-gara dia yang nyeti
“Edgar, Andre, Ayu, kalian kok diam aja dari tadi? Kalian kenapa?” tanya Pak Erwin. “Enggak apa-apa kok, Pa ... Ayu berangkat dulu ya, Pa, Ma. Assalamualaikum,” jawab Ayu sambil pamit pergi ke sekolah. “Pa, Ma, Andre ke kamar dulu, ya” kata Andre. Pak Erwin dan Bu Tina merasa aneh dengan sikap anak-anak mereka. “Gar, ada apa sih sebenarnya?” tanya Bu Tina. “Edgar enggak tahu, Ma,” jawab Edgar. “Andre dan Ayu beneran marah sama gue. Gue harus minta maaf ke mereka.” Edgar merasa tak enak melihat sikap Andre dan Ayu. ”Edgar berangkat dulu deh, Ma, Pa. Assalamualaikum.” Edgar pun berangkat ke kampus dengan perasaan tidak tenang, memikirkan sikap Andre dan Ayu yang seketika berubah. Pagi ini, Ayu berangkat ke sekolah bersama Yongki. Ayu dan Yongki berboncengan menggunakan motor Yongki, sementara motor Ay
Ayu pun tak habis pikir dengan sikap Kevin yang sejauh itu. “Kenapa sih, Kevin sepeduli ini sama gue?” tanyanya dalam hati. “Vin, gue mohon banget sama lu, lu ngertiin gue, “ pinta Ayu kepada Kevin. “Masalah ini enggak mau gue umbar ke orang lain, Vin, cukup gue aja yang tahu. Bahkan, sahabat-sahabat gue pun juga enggak ada yang tahu,” lanjut Ayu. Ayu tak sengaja melihat ke arah Martha dan kawan-kawannya, dan ia baru tahu bahwa Martha mengawasi pembicaraannya dengan Kevin. Jam istirahat pun dimulai, Martha langsung pergi menuju ke kelas Ayu. Apa yang akan dia lakukan? “Sayang, tadi aku lihat kamu lagi ngobrol berdua sama Ayu di samping perpus. Kalian ngomongin apaan sih, kok kaya serius gitu?” tanya Martha penuh selidik. “Dia tuh lagi sedih terus sering menyendiri, enggak seperti biasanya. Aku penasaran, masalah apa yang sebenarnya lagi dia hadapi,” jawab Kevin. “Ken