“Pa, Ma, Ayu sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga ini. Terima kasih ya, Papa sama Mama selalu memberikan perhatian dan perlakuan yang baik selama ini. Papa sama Mama tidak pernah membeda-bedakan kita dengan Edgar,” ucap Ayu.
“Iya, sama-sama, Nak,” jawab Pak Erwin.
Perbincangan mereka bertiga terasa hangat. Ayu tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Pak Erwin dan Bu Tina, orang tua angkatnya yang telah merawatnya dengan baik. Mereka adalah para penolong berhati malaikat yang datang di saat mereka ditelantarkan oleh ayah kandung mereka sendiri.
“Terima kasih, Ya Allah, Engkau telah mengirimkan orang-orang baik ini. Hamba tidak bisa membayangkan bagaimana hidup hamba jika Engkau tidak mempertemukan hamba dengan mereka,” ucap Ayu dalam hati.
Memang, ingatan akan masa lalu masih melekat di benak Ayu maupun Andre. Selama 10 tahun ini, mereka masih belum menemukan jawaban dari pertanyaan tentang keberadaan orang tua mereka. Terbayang bagaimana perasaan Andre dan Ayu saat mengetahui bahwa Pak Guntur, ayah mereka, menelantarkan mereka dengan sengaja.
Pagi ini, Ayu berangkat ke sekolah bersama Bu Tina. Tak biasanya Bu Tina bisa mengantarkan Ayu ke sekolah. Kebetulan, hari ini Bu Tina berangkat lebih pagi dari biasanya. Setelah tiba di sekolah, Ayu pun memutuskan untuk membeli alat tulis terlebih dahulu di KOPSIS. Suasana KOPSIS pada saat itu masih sepi. Maklum, hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur semester.
“Semuanya jadi tiga puluh ribu, Dik,“ ucap penjaga KOPSIS.
“Ini uangnya, makasih ya, Mbak,” kata Ayu sambil memberikan uang kepada penjaga KOPSIS.
Ayu pun langsung menuju ke kelasnya. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya.
Saat Ayu melangkah keluar, datanglah security yang membawa tumpukan kardus, mereka sama-sama tidak melihat ke arah depan , dan ... .
Ayu dan security itu pun terjatuh, kardus yang tadinya tertumpuk rapi menjadi berserakan di lantai. Mereka pun saling bermaafan dan saling menanyakan keadaan satu sama lain. Beruntungnya, keduanya baik-baik saja. Kejadian tersebut disaksikan oleh penjaga KOPSIS dan salah satu siswa, akhirnya siswa tersebut pun lari menghampiri.
“Kalian baik-baik aja?” Sini biar saya bantu.” Siswa tersebut pun membantu Ayu dan security itu untuk kembali berdiri sekaligus merapikan kardus-kardus yang masih berserakan di lantai.
“Saya enggak apa-apa, Mas, terima kasih ya sudah membantu kami. Mbak, terima kasih, ya,” ujar security itu kepada penjaga KOPSIS dan siswa itu.
“Iya, Pak, sama-sama, lu enggak apa-apa kan?” Siswa itu pun berganti menanyakan keadaan Ayu.
“Gue enggak apa-apa, kok, makasih ya,” balas Ayu.
Ayu dan security itu pun akhirnya pergi meninggalkan tempat.
“Ini kalung siapa?” ucap siswa itu dalam hati sambil memegangi sebuah kalung.
Siswa tersebut menemukan sebuah kalung yang berada di depan KOPSIS. Kalung emas putih tersebut tampak indah dengan liontin bunga krisan sebagai hiasannya.
“Cantik ... bagus juga selera pemilik kalung ini,” puji siswa tersebut sambil memandangi kalung itu.
Akhirnya, ia memutuskan untuk membawa kalung tersebut. Sebenarnya, siapakah pemilik kalung itu?
“Yongki, Salsa, kangeenn,” ucap Ayu sambil memeluk sahabat-sahabatnya setelah tiba di kelas.
“Kita juga kangen lu, Yu,” sahut Yongki.
“Eh, Dito mana, Sal?” tanya Ayu ketika ia menyadari bahwa sahabatnya, Dito, belum datang.
“Dito belum masuk hari ini, masih di Palembang. Katanya sih dia baru flight ke sini jam 4 sore,” jawab Salsa.
“Ih ... Dito enggak asyik banget, deh, baru hari pertama masuk aja udah izin. Gue udah kangen banget sama lu, Dit,” celetuk Ayu.
Bel masuk pun berbunyi. Para siswa ada yang bergegas masuk ke dalam kelas, ada juga yang telah bersiap duduk manis di bangkunya masing-masing. Tak lama kemudian, datanglah Pak Agung, guru Sosiologi yang akan mengajar di kelas Ayu. Rupanya, Pak Agung datang bersama seorang siswa baru kelas XI-IPS 1 dan Pak Agung mempersilahkannya untuk memperkenalkan diri.
“Silahkan, perkenalkan diri kamu,” pinta Pak Agung kepada siswa baru itu.
Nama siswa baru itu adalah Kevin. Dia menghabiskan masa SMA 1 tahun saat kelas 10 di Denmark. Dia baru saja pulang ke Jakarta 2 hari yang lalu dan memutuskan untuk bersekolah di SMA Tarumanegara. Semua siswi seisi kelas pun bagaikan terhipnotis oleh pesona siswa baru itu. Mereka pun tak berkedip saat melihat siswa baru tersebut masuk ke dalam kelas.
“Lho, cowok yang tadi?” Ayu pun tak menyangka bahwa Kevin akan menjadi teman sekelasnya.
Pak Agung pun mempersilahkan Kevin untuk duduk. Saat berjalan menuju tempat duduknya, Kevin tak sengaja melihat ke arah Ayu dan pada saat itu Ayu juga melihat ke arahnya.
“Lho, ini kan cewek yang tadi?” katanya dalam hati.
Mereka pun beradu pandangan, saling bertatapan walaupun dari jauh. Pertemuan kedua yang tak disangka dan tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Bel istirahat berbunyi, Ayu dan Salsa pun langsung pergi meninggalkan kelas.
“Lho, Sal, kok kalung gue enggak ada?” Ayu pun panik saat berkaca dan mengetahui bahwa kalung kesayangannya itu tidak ada.
“Ketinggalan di rumah kali, Yu, coba lu inget-inget,” jawab Salsa.
“Enggak, Sal, gue pake kok kalungnya, tadi pagi masih ada,” sanggah Ayu.
Mungkinkah, kalung milik Ayu yang hilang itu adalah kalung berliontin bunga krisan yang dibawa oleh Kevin?
Ayu pun tak henti-hentinya mengutarakan kepanikannya saat berjalan dari toilet menuju ke kelas. Kalung kesayangannya itu merupakan kalung yang sangat berarti bagi dirinya.
“Aduh, Sal, gimana kalau kalung gue bener-bener hilang?” Tanpa sengaja, Kevin mendengar percakapan tentang hilangnya kalung Ayu tersebut.
“Apa mungkin, kalung ini adalah kalung Ayu yang hilang?” ujar Kevin dalam hati sambil menyentuh saku jas almamaternya yang berisi kalung tersebut.
Tepat setelah jam sekolah berakhir, Kevin pun langsung menghampiri Ayu. Ia mengajak Ayu ke taman belakang sekolah.
“Yuk, ikut gue, ada yang mau gue omongin sama lu,” ajak Kevin.
Ayu pun kaget saat Kevin tiba-tiba memegang tangannya dan mengajaknya untuk bicara empat mata.
“Eh, lu mau ngomong apaan, sih?” tanya Ayu.
Kevin pun membawa Ayu keluar dari kelas.
Setibanya di taman belakang sekolah, Ayu langsung menanyakan apa sebenarnya maksud Kevin.
“Ini punya lu?” tanya Kevin sambil memperlihatkan kalung yang ia temukan tadi.
“I ... i ... iya, ini kalung gue, kok bisa ada di lu?” tanya Ayu dengan gugup karena dilanda rasa tak percaya.
“Gue enggak bisa cerita sekarang, lain kali aja, ya. Oh iya, nama lu siapa?” tanya Kevin yang belum sempat berkenalan dengan Ayu.
“Nama gue Ayu, salam kenal, ya. By the way, makasih udah jagain kalung gue,” tutur Ayu.
“Cakep, baik, bertanggung jawab, friendly lagi. Siapa yang enggak meleleh hatinya kalau ditolongin sama malaikat kaya dia? Benar-benar sosok laki-laki yang sempurna. Betapa beruntungnya cewek yang bisa jadi pacar dia,” kata Ayu dengan penuh rasa kekaguman.
Apakah Ayu mulai terpikat hatinya oleh Kevin?
Kevin pun bergegas menuju ke gerbang sekolah. Tiba-tiba, seorang siswi datang menghampiri Kevin dan memeluknya.
“Itu kan Martha, apa mungkin Kevin pacaran sama si senior angkuh itu?” ujar Ayu dalam hati saat melihat pemandangan tersebut.
Rupanya, siswi tersebut adalah Martha, anak kelas XII IPS-4 yang terkenal angkuh. Dialah pacar Kevin, perempuan yang telah berhasil meluluhkan hatinya. Lantas, apakah Ayu cemburu saat melihat Kevin tampak bahagia berpelukan dengan Martha?
Sebuah mobil mewah berwarna putih terlihat stand by di depan pintu gerbang sekolah.
“Vin, ayo cepat kita pulang, Papi harus buru-buru ke kantor lagi,” kata orang yang mengendarai mobil tersebut.
Sungguh tak ada yang menyangka, ternyata orang yang menjemput Kevin itu adalah Pak Guntur. Rupanya, Kevin adalah putra semata wayang Bu Susan dan Pak Hendra yang saat ini menjadi anak tiri Pak Guntur. Entah kebetulan atau memang takdir, anak kandung dan anak tiri Pak Guntur bersekolah di tempat yang sama, bahkan menjadi teman sekelas.
Ingin rasanya hal ini cepat sampai ke telinga Ayu, bahwa sebenarnya ayah yang selama ini ia cari berada di dekatnya. Apakah kehadiran Kevin merupakan jalan bagi Ayu untuk bertemu dengan ayahnya? Namun, apakah Ayu masih mempunyai keinginan untuk mencari orang tuanya? Apakah benar Pak Guntur telah menelantarkan Andre dan Ayu di masa lalu? Lantas, bagaimana reaksi Ayu jika dirinya mengetahui identitas Kevin?
Pak Guntur telah mempunyai firma hukum paling sukses di Jakarta dengan nama GUNJARUS & Partners. Istrinya, Bu Susan, telah menjelma menjadi seorang business woman yang tajir melintir. Kekayaan yang didapatnya berasal dari Ro Ra Petersen (Royal Rajata Petersen) yang dimilikinya. Ro Ra Petersen merupakan sebuah perusahaan perhiasan perak yang saat ini telah memiliki 15 cabang di berbagai kota di seluruh dunia. “Kalau Papi masih bersama dengan Tika, mungkin Papi tidak akan pernah merasakan kebahagiaan seperti ini,” kata Bu Susan. “Iya, kamu benar, Mom, aku sangat bersyukur mempunyai istri hebat seperti kamu,” balas Pak Guntur. Keinginan Pak Guntur dan Bu Susan untuk hidup bahagia bersama benar-benar terwujud. Perjalanan rumah tangga mereka sudah 10 tahun. Selama itu pula mereka menjalani kehidupan bersama sebagai pasangan suami istri. Karir keduanya pun semakin menanjak seiring berjalannya waktu. Kehidupan Pak Guntur dan Bu Susan suda
“Tante Christie!” teriak Andre dan Ayu secara bersamaan. Tante Christie mengira bahwa dirinya sedang berhalusinasi. Namun, laki-laki dan perempuan yang mendatanginya itu memang benar-benar Andre dan Ayu. Keinginan Tante Christie untuk bertemu dengan mereka akhirnya terwujud. Rasa rindu, terharu, senang dan sedih bercampur menjadi satu di hati Tante Christie. “Tante kangen sekali dengan kalian, kalian kemana saja selama ini?” ucap Tante Christie sambil memeluk Andre dan Ayu dengan erat. Mereka bertiga pun tak kuasa menahan air mata. Kedekatan antara mereka layaknya kedekatan antara orang tua dan anak. Tante Christie sudah menganggap Andre dan Ayu seperti anaknya sendiri. Hal itulah yang membuat dirinya sangat terpukul dan kehilangan saat Andre dan Ayu dinyatakan hilang 10 tahun yang lalu. Tante Christie pun akhirnya mengajak Andre dan Ayu masuk ke dalam rumahnya. “Terima kasih, Ya Allah, Engkau telah memberi kes
Ayu pun tak habis pikir dengan sikap Kevin yang sejauh itu. “Kenapa sih, Kevin sepeduli ini sama gue?” tanyanya dalam hati. “Vin, gue mohon banget sama lu, lu ngertiin gue, “ pinta Ayu kepada Kevin. “Masalah ini enggak mau gue umbar ke orang lain, Vin, cukup gue aja yang tahu. Bahkan, sahabat-sahabat gue pun juga enggak ada yang tahu,” lanjut Ayu. Ayu tak sengaja melihat ke arah Martha dan kawan-kawannya, dan ia baru tahu bahwa Martha mengawasi pembicaraannya dengan Kevin. Jam istirahat pun dimulai, Martha langsung pergi menuju ke kelas Ayu. Apa yang akan dia lakukan? “Sayang, tadi aku lihat kamu lagi ngobrol berdua sama Ayu di samping perpus. Kalian ngomongin apaan sih, kok kaya serius gitu?” tanya Martha penuh selidik. “Dia tuh lagi sedih terus sering menyendiri, enggak seperti biasanya. Aku penasaran, masalah apa yang sebenarnya lagi dia hadapi,” jawab Kevin. “Ken
“Edgar, Andre, Ayu, kalian kok diam aja dari tadi? Kalian kenapa?” tanya Pak Erwin. “Enggak apa-apa kok, Pa ... Ayu berangkat dulu ya, Pa, Ma. Assalamualaikum,” jawab Ayu sambil pamit pergi ke sekolah. “Pa, Ma, Andre ke kamar dulu, ya” kata Andre. Pak Erwin dan Bu Tina merasa aneh dengan sikap anak-anak mereka. “Gar, ada apa sih sebenarnya?” tanya Bu Tina. “Edgar enggak tahu, Ma,” jawab Edgar. “Andre dan Ayu beneran marah sama gue. Gue harus minta maaf ke mereka.” Edgar merasa tak enak melihat sikap Andre dan Ayu. ”Edgar berangkat dulu deh, Ma, Pa. Assalamualaikum.” Edgar pun berangkat ke kampus dengan perasaan tidak tenang, memikirkan sikap Andre dan Ayu yang seketika berubah. Pagi ini, Ayu berangkat ke sekolah bersama Yongki. Ayu dan Yongki berboncengan menggunakan motor Yongki, sementara motor Ay
Pemotor yang ditabrak oleh Kevin dan sahabat-sahabatnya itu akhirnya dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di sana, ia langsung mendapatkan penanganan.“Dok, bagaimana kondisinya?” tanya Kevin kepada dokter yang menangani.“Alhamdulillah, luka-lukanya tidak begitu parah. Kita tinggal menunggu sampai dia siuman,” jawab dokter tersebut.“Saya minta tolong kepada kalian agar tetap kondusif. Jangan sampai dia terganggu,” pintanya kepada Kevin dan sahabat-sahabatnya. Setidaknya, Kevin bisa bernapas lega. Ternyata, kondisi pemotor itu tidak separah yang dipikirkannya. Ia akan membiayai biaya perawatan pemotor itu sebagai bentuk tanggung jawabnya.“Biaya rumah sakitnya gimana dong, guys?” tanya Bastian.“Biar gue aja yang tanggung,” sahut Kevin.“Lho, enggak bisa gitu dong, Yang. Ini semua kan gara-gara Leon, gara-gara dia yang nyeti
Semua mata tertuju kepada Kevin. Ayu, Andre, Salsa, Dito, dan Yongki melihat ke arah Kevin yang sedang memperlihatkan raut muka tegang. Detak jantung Kevin pun makin kencang, dan sangat kencang.“Yu ... gue ... gue mau ... .” Kemudian, Kevin pun terdiam.“Gue minta maaf, Yu, gue enggak sengaja,” lanjutnya.Mereka bingung dengan ucapan Kevin tersebut. Mereka dibuat salah fokus dengan ketegangan Kevin yang sangat terlihat itu.“Kak, aku minta maaf, aku enggak hati-hati dan kebanyakan bercanda sama teman-teman tadi,” sambung Kevin.“Jadi ... lu yang udah bikin Kak Andre kaya gini?” celetuk Yongki.Kevin pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala.“Kok bisa sih, Vin?” tanya Dito.Kemudian, Kevin menceritakan kronologi kejadian tertabraknya Andre. Kevin menceritakan semuanya dengan jujur dan apa adanya. Ia sangat merasa bersalah dan benar-
“Hai, Edgar, gue Kevin,” kata Kevin sambil mengulurkan tangan kepada Edgar.Edgar menerima ajakan Kevin untuk bersalaman.“Lu ada kepentingan apa di sini?” tanya Edgar.Kevin pun menjelaskan semuanya kepada Edgar. Lalu, bagaimanakah reaksinya?Pengakuan dari Kevin membuat api kemarahan Edgar tersulut. Ia langsung meraih dan mencengkeram baju Kevin.“Berani-beraninya lu nyelakain saudara gue!” serang Edgar.“Edgar ... hentikan!” seru Pak Erwin sambil menarik tubuh Edgar.Ia tak terima dengan perbuatan Kevin yang telah membuat Andre terbaring lemah.Sama seperti Martha, Edgar terkenal dengan temperamennya. Hal itulah yang membuat ia terkadang berani melakukan hal yang nekat di luar dugaan. Ia akan melakukan apa saja kepada orang yang tidak ia suka. Kali ini, Edgar melakukannya kepada Kevin, orang yang baru saja ia kenal.“Edgar, lu engg
Kevin memang tidak melakukan suatu kesalahan yang fatal. Namun, kemarahan Martha tak dapat dikendalikan. Separah itukah kecemburuan Martha kepada Kevin? “Kevin nyebelin banget, sih! Sok baik banget dia sama keluarganya Ayu!” pekik Martha. “Kalau dipikir-pikir, kenapa Kevin bisa seperhatian ini sama Ayu? Ini udah kedua kalinya, lho,” gerutunya. “Sepertinya, ada suatu hal yang gue enggak tahu. Okay, gue enggak boleh tinggal diam,” ujar Martha. Wajar saja, ia memang tidak suka saat melihat Kevin begitu perhatian kepada perempuan lain. Menurutnya, perhatian Kevin kepada Ayu sudah melebihi batas maksimal. Apakah Martha mulai curiga dengan Kevin dan Ayu? Apakah dia mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara Kevin dan Ayu? Bersikap perhatian kepada perempuan selain Martha merupakan suatu tantangan tersendiri bagi Kevin. Telah tersusun rapi sebuah surat perjanjian di antara pasangan kekasih itu. Ap
“Yu, tadi kan lu udah janji sama gue, mau jelasin kronologi kecelakaan lu tadi pagi. Nah ... sekarang, saatnya lu jelasin semuanya,” pinta Kevin, masih dengan rasa penasarannya.“Gue kira, Kevin enggak akan nanya-nanya soal itu lagi. Hhhhh ... terpaksa, gue harus tutup rapat-rapat siapa pelakunya,” ucap Ayu dalam hati.Ia bingung harus menjawab pertanyaan Kevin tersebut dengan kata-kata apa. Ia pun terdiam, berusaha mencari jawaban yang tepat dan aman.“Tadi tuh ada mobil kencang banget dari arah belakang, terus nyerempet gue sama Yongki. Gue heran sih sama tuh mobil, bisa-bisanya nyerempet gue, padahal jalannya tuh lebar dan sepi,” jelas Ayu.“Setelah nyerempet gue sama Yongki, bukannya berhenti terus minta maaf, malah semakin kencang bawa mobilnya,” imbuhnya.Kevin pun semakin penasaran dengan orang di balik mobil yang menyerempet Ayu dan Yongki tersebut. Ke
“Halo, Ndre, gimana keadaan lu?” Ayu pun tak lupa untuk menanyakan keadaan kakaknya yang masih berada di rumah sakit.“Gue udah enakan kok, Yu, mungkin besok atau lusa gue udah bisa cabut dari sini,” jawab Andre.“Yu, suara lu kaya beda gitu, lu sakit?” Ayu pun terdiam ketika mendengar perkataan Andre tersebut.Suara Ayu yang tidak terdengar seperti biasanya membuat Andre melontarkan kata-kata tersebut. Tidak mungkin Ayu berkata jujur kepada Andre. Ia tak ingin membuat kakaknya itu khawatir. Ayu berusaha untuk menutupinya.“Emang suara gue kenapa? Gue enggak apa-apa, Ndre,” elak Ayu.“Dik, waktu pulang nanti Adik harus ditemenin sama teman-teman Adik, ya, karena kondisi Adik belum sepenuhnya pulih. Sekarang, waktunya Adik makan dan minum obat dulu.” Perawat UKS menghampiri Ayu sambil membawa nampan berisi makanan, air putih, dan obat.
“Siapa, Dit?” tanya Salsa kepada Dito yang sedang memeriksa ponselnya.“Yongki? Ngapain dia telepon?” celetuk Dito.“Halo, Ki, ada apa?” sahut Dito.Dito dan Salsa pun berkonsentrasi mendengarkan jawaban Yongki. Setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, mereka pun bergegas menuju ke UKS untuk melihat kondisi Ayu yang masih belum sadarkan diri.Tak lama setelah itu, Kevin pun datang. Setibanya di kelas, ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ia berkata, “Syukurlah, dikit lagi gue bisa kena hukum, males banget.”Secara spontan, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah bangku 4 serangkai, yaitu Ayu, Salsa, Dito, dan Yongki.“Ayu sama teman-temannya kemana, kok enggak ada? Tapi ... tasnya Salsa sama Dito kok ada di atas meja?” kata Kevin sambil melihat ke arah bangku Ayu dan sahabat-sahabatnya.
Kevin memang tidak melakukan suatu kesalahan yang fatal. Namun, kemarahan Martha tak dapat dikendalikan. Separah itukah kecemburuan Martha kepada Kevin? “Kevin nyebelin banget, sih! Sok baik banget dia sama keluarganya Ayu!” pekik Martha. “Kalau dipikir-pikir, kenapa Kevin bisa seperhatian ini sama Ayu? Ini udah kedua kalinya, lho,” gerutunya. “Sepertinya, ada suatu hal yang gue enggak tahu. Okay, gue enggak boleh tinggal diam,” ujar Martha. Wajar saja, ia memang tidak suka saat melihat Kevin begitu perhatian kepada perempuan lain. Menurutnya, perhatian Kevin kepada Ayu sudah melebihi batas maksimal. Apakah Martha mulai curiga dengan Kevin dan Ayu? Apakah dia mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara Kevin dan Ayu? Bersikap perhatian kepada perempuan selain Martha merupakan suatu tantangan tersendiri bagi Kevin. Telah tersusun rapi sebuah surat perjanjian di antara pasangan kekasih itu. Ap
“Hai, Edgar, gue Kevin,” kata Kevin sambil mengulurkan tangan kepada Edgar.Edgar menerima ajakan Kevin untuk bersalaman.“Lu ada kepentingan apa di sini?” tanya Edgar.Kevin pun menjelaskan semuanya kepada Edgar. Lalu, bagaimanakah reaksinya?Pengakuan dari Kevin membuat api kemarahan Edgar tersulut. Ia langsung meraih dan mencengkeram baju Kevin.“Berani-beraninya lu nyelakain saudara gue!” serang Edgar.“Edgar ... hentikan!” seru Pak Erwin sambil menarik tubuh Edgar.Ia tak terima dengan perbuatan Kevin yang telah membuat Andre terbaring lemah.Sama seperti Martha, Edgar terkenal dengan temperamennya. Hal itulah yang membuat ia terkadang berani melakukan hal yang nekat di luar dugaan. Ia akan melakukan apa saja kepada orang yang tidak ia suka. Kali ini, Edgar melakukannya kepada Kevin, orang yang baru saja ia kenal.“Edgar, lu engg
Semua mata tertuju kepada Kevin. Ayu, Andre, Salsa, Dito, dan Yongki melihat ke arah Kevin yang sedang memperlihatkan raut muka tegang. Detak jantung Kevin pun makin kencang, dan sangat kencang.“Yu ... gue ... gue mau ... .” Kemudian, Kevin pun terdiam.“Gue minta maaf, Yu, gue enggak sengaja,” lanjutnya.Mereka bingung dengan ucapan Kevin tersebut. Mereka dibuat salah fokus dengan ketegangan Kevin yang sangat terlihat itu.“Kak, aku minta maaf, aku enggak hati-hati dan kebanyakan bercanda sama teman-teman tadi,” sambung Kevin.“Jadi ... lu yang udah bikin Kak Andre kaya gini?” celetuk Yongki.Kevin pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala.“Kok bisa sih, Vin?” tanya Dito.Kemudian, Kevin menceritakan kronologi kejadian tertabraknya Andre. Kevin menceritakan semuanya dengan jujur dan apa adanya. Ia sangat merasa bersalah dan benar-
Pemotor yang ditabrak oleh Kevin dan sahabat-sahabatnya itu akhirnya dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di sana, ia langsung mendapatkan penanganan.“Dok, bagaimana kondisinya?” tanya Kevin kepada dokter yang menangani.“Alhamdulillah, luka-lukanya tidak begitu parah. Kita tinggal menunggu sampai dia siuman,” jawab dokter tersebut.“Saya minta tolong kepada kalian agar tetap kondusif. Jangan sampai dia terganggu,” pintanya kepada Kevin dan sahabat-sahabatnya. Setidaknya, Kevin bisa bernapas lega. Ternyata, kondisi pemotor itu tidak separah yang dipikirkannya. Ia akan membiayai biaya perawatan pemotor itu sebagai bentuk tanggung jawabnya.“Biaya rumah sakitnya gimana dong, guys?” tanya Bastian.“Biar gue aja yang tanggung,” sahut Kevin.“Lho, enggak bisa gitu dong, Yang. Ini semua kan gara-gara Leon, gara-gara dia yang nyeti
“Edgar, Andre, Ayu, kalian kok diam aja dari tadi? Kalian kenapa?” tanya Pak Erwin. “Enggak apa-apa kok, Pa ... Ayu berangkat dulu ya, Pa, Ma. Assalamualaikum,” jawab Ayu sambil pamit pergi ke sekolah. “Pa, Ma, Andre ke kamar dulu, ya” kata Andre. Pak Erwin dan Bu Tina merasa aneh dengan sikap anak-anak mereka. “Gar, ada apa sih sebenarnya?” tanya Bu Tina. “Edgar enggak tahu, Ma,” jawab Edgar. “Andre dan Ayu beneran marah sama gue. Gue harus minta maaf ke mereka.” Edgar merasa tak enak melihat sikap Andre dan Ayu. ”Edgar berangkat dulu deh, Ma, Pa. Assalamualaikum.” Edgar pun berangkat ke kampus dengan perasaan tidak tenang, memikirkan sikap Andre dan Ayu yang seketika berubah. Pagi ini, Ayu berangkat ke sekolah bersama Yongki. Ayu dan Yongki berboncengan menggunakan motor Yongki, sementara motor Ay
Ayu pun tak habis pikir dengan sikap Kevin yang sejauh itu. “Kenapa sih, Kevin sepeduli ini sama gue?” tanyanya dalam hati. “Vin, gue mohon banget sama lu, lu ngertiin gue, “ pinta Ayu kepada Kevin. “Masalah ini enggak mau gue umbar ke orang lain, Vin, cukup gue aja yang tahu. Bahkan, sahabat-sahabat gue pun juga enggak ada yang tahu,” lanjut Ayu. Ayu tak sengaja melihat ke arah Martha dan kawan-kawannya, dan ia baru tahu bahwa Martha mengawasi pembicaraannya dengan Kevin. Jam istirahat pun dimulai, Martha langsung pergi menuju ke kelas Ayu. Apa yang akan dia lakukan? “Sayang, tadi aku lihat kamu lagi ngobrol berdua sama Ayu di samping perpus. Kalian ngomongin apaan sih, kok kaya serius gitu?” tanya Martha penuh selidik. “Dia tuh lagi sedih terus sering menyendiri, enggak seperti biasanya. Aku penasaran, masalah apa yang sebenarnya lagi dia hadapi,” jawab Kevin. “Ken