“Tante Christie!” teriak Andre dan Ayu secara bersamaan.
Tante Christie mengira bahwa dirinya sedang berhalusinasi. Namun, laki-laki dan perempuan yang mendatanginya itu memang benar-benar Andre dan Ayu. Keinginan Tante Christie untuk bertemu dengan mereka akhirnya terwujud. Rasa rindu, terharu, senang dan sedih bercampur menjadi satu di hati Tante Christie.
“Tante kangen sekali dengan kalian, kalian kemana saja selama ini?” ucap Tante Christie sambil memeluk Andre dan Ayu dengan erat. Mereka bertiga pun tak kuasa menahan air mata.
Kedekatan antara mereka layaknya kedekatan antara orang tua dan anak. Tante Christie sudah menganggap Andre dan Ayu seperti anaknya sendiri. Hal itulah yang membuat dirinya sangat terpukul dan kehilangan saat Andre dan Ayu dinyatakan hilang 10 tahun yang lalu. Tante Christie pun akhirnya mengajak Andre dan Ayu masuk ke dalam rumahnya.
“Terima kasih, Ya Allah, Engkau telah memberi kesempatan kepada kami untuk bertemu dengan Tante Christie,“ ucap Ayu dalam hati.
Tante Christie menjelaskan kepada Andre dan Ayu bahwa dirinya sudah lama pergi meninggalkan rumahnya itu. Ternyata, rumahnya kini dialihkan menjadi rumah kontrakan.
“Setelah Tante menikah dengan suami baru Tante, Tante langsung pindah dari sini, ikut suami ke Bogor,” tutur Tante Christie.
“Oh, kalau begitu ada perlu apa Tante datang kemari?” tanya Andre.
“Tante selalu ke sini sebulan sekali untuk memeriksa kontrakan, kebetulan hari ini Tante lagi free, “ jawab Tante Christie.
“Kalian sekarang tinggal dimana? Kalian ini sebenarnya kemana, sih?” tanya Tante Christie dengan penuh rasa penasaran.
“Asal kalian tahu, waktu kalian dinyatakan hilang, Tante tuh khawatir setengah mati sama kalian,” lanjutnya.
Andre dan Ayu pun saling bertatapan. Rasanya mereka tak ingin membuka lembaran pilu itu lagi. Tapi, apa boleh buat, Tante Christie memang harus mengetahui semuanya.
“Waktu itu kami diajak Ayah ke TMII. Kami hanya pergi bertiga tanpa Ibu karena Ibu sedang tidak ada di rumah. Setelah puas berkeliling, Ayah pun mengajak kami makan. Setelah kami selesai makan, Ayah bilang kepada kami mau pergi ke toilet. Tapi, Ayah tidak kunjung kembali juga,” tutur Ayu menjelaskan kronologi perpisahan mereka dengan ayahnya.
“Kami menunggu Ayah sampai 2 jam lamanya di depan resto, dan ... Ayah memang benar-benar tidak kembali,” lanjutnya.
Hati Tante Christie seperti tersayat-sayat saat mendengar cerita Ayu. Dirinya tak menyangka, Andre dan Ayu harus menerima cobaan bertubi-tubi seperti itu.
“Jadi, Andre dan Ayu masih belum tahu tentang ibunya sampai sekarang? Pasti setelah ini mereka akan menanyakannya,” katanya dalam hati.
“Terus, setelah itu kalian gimana?” tanyanya kepada Andre dan Ayu.
“Kami berkeliling mencari Ayah, tapi Ayah tidak ada, kami sudah seperti anak terlantar waktu itu. Hingga akhirnya, kami bertemu dengan keluarga Pak Erwin dan kami pun diajak pulang ke rumah mereka di Kelapa Gading. Kami sangat beruntung sekali, kalau tidak ada mereka, saya enggak tahu apa jadinya kami sekarang,” jawab Andre.
Seakan membawa angin segar bagi Andre dan Ayu, orang-orang baik itu datang di saat mereka ditelantarkan oleh Pak Guntur. Pak Erwin dan keluarganya bagaikan malaikat penolong bagi Andre dan Ayu.
Pertanyaan Tante Christie pun terjawab sudah. Kini, giliran Andre dan Ayu yang bertanya kepada Tante Christie. Mereka yakin Tante Christie mampu memberikan sedikit informasi tentang keberadaan Bu Sartika, ibu mereka.
“Ayu, Andre, ibu kalian masuk penjara beberapa hari sebelum kalian menghilang. Ibu kalian dijebak seolah-olah dirinya adalah bandar narkoba. Ibu kalian ... ibu kalian ... divonis hukuman mati,” ujar Tante Christie sambil menangis.
Rasa sakit tertusuk pedang masih kalah sakit dengan perasaan yang mereka rasakan saat ini. Mereka tak menyangka, nasib ibu mereka jauh lebih memilukan.
“Ya Allah, berilah kekuatan kepada hamba untuk menerima semua ini,” ucap Ayu dalam hati.
“Berarti, kemungkinan besar, Ibu sudah tidak ada, Tante?” tanya Andre dengan mata yang berkaca-kaca.
Tante Christie pun mengangguk sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak kuat melihat ekspresi wajah Andre dan Ayu yang begitu terpukul.
Andre dan Ayu seperti kehilangan semangat, seperti orang yang kehilangan arah. Bukan masalah mereka kehilangan ibunya, tapi kejadian memilukan yang menimpa ibunya 10 tahun silam. Siapa yang telah menjebak ibuku? Siapa yang telah membuat ibuku menderita hingga kehilangan nyawa? Apa salah Ibu, sampai-sampai Ibu harus menanggung ini semua? Otak mereka pun dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sudah berhari-hari Ayu murung dan sering menyendiri. Saat di sekolah, ia juga sering meluangkan waktu untuk menyendiri dari sahabat-sahabatnya. Pikiran Ayu pun masih tertuju kepada ibunya. Suatu hari, ia berjalan ke kelas dengan konsentrasi yang terpecah, sampai ia tak mempedulikan sekelilingnya.
“Eh, bisa enggak sih jalannya agak minggir? Lu pikir ini jalan punya Bapak lu?” serang Martha.
“Sorry, Kak,“ jawab Ayu dengan singkat.
Tak lama setelah itu, Kevin pun datang menghampiri mereka. Martha pun langsung menggandeng tangan Kevin, seakan dirinya ingin memamerkan cowok gantengnya itu kepada Ayu.
“Sayang, nanti anterin aku pulang, ya,” kata Martha.
“Iya, Sayang, nanti aku anterin,” jawab Kevin dengan lembut.
“Eh, Yu, kita ke kelas bareng, yuk,” ajak Kevin kepada Ayu.
Martha pun dibuat terkejut saat dirinya mengetahui bahwa Ayu dan pujaan hatinya itu merupakan teman sekelas.
“Kok bisa sih, Kevin satu kelas sama anak songong itu? Kenapa sikap Kevin baik banget ya sama dia?” ujar Martha.
Apakah Martha cemburu dengan Ayu? Apakah Martha mulai mencurigai Ayu? Hal tersebut merupakan suatu kewajaran, mengingat Martha adalah sosok perempuan posesif dan pencemburu. Kevin adalah cinta matinya, ia benar-benar takut kehilangan pujaan hatinya itu.
“Oh, ini yang namanya Kevin?” ucap Dito. Hari ini merupakan hari pertama Dito masuk ke sekolah sekaligus pertemuan pertamanya dengan Kevin.
“Hai, Dito, salam kenal, ya,” jawab Kevin.
“Eh, guys, Ayu kemana, ya?” tanya Kevin kepada sahabat-sahabat Ayu.
“Dia lagi di perpus, Vin, lagi menyendiri,” jawab Salsa.
Kevin bergegas menuju ke perpustakaan untuk mencari Ayu. Kevin pun penasaran, “Kira-kira, Ayu lagi ada masalah apa, ya?” tanyanya dalam hati.
Ayu yang ceria, bersemangat, selalu bercanda dan bergurau dengan sahabat-sahabatnya, kini seperti hilang ditelan bumi. Sejak pagi, Ayu tampak murung dan tidak bersemangat. Bahkan, ia sampai mengasingkan dirinya dari Salsa, Yongki dan Dito.
“Ayu, lu ada apa sih sebenarnya?” tanya Kevin.
Tiba-tiba, Kevin menarik tangan Ayu dan membawanya keluar dari perpustakaan.
“Lu apa-apaan sih, Vin?” kata Ayu.
Ayu merasa tidak senang dengan sikap Kevin. Ia merasa bahwa sikap Kevin terlalu berlebihan.
“Yu, lu tuh kenapa, sih? Lu udah berhari-hari kaya gini terus,” kata Kevin.
Ayu pun memohon kepada Kevin agar dirinya tidak terlalu mencampuri urusan pribadinya.
Ia benar-benar merasa sangat terganggu.
Ternyata, Martha dan kawan-kawannya melihat perbincangan mereka berdua. Hal itu pun membuat Martha semakin curiga kepada Ayu.
“Ngapain dia di sini sama Kevin? Pembicaraan mereka kayanya serius banget,” celetuk Aurel, sahabat Martha.
“Jangan-jangan, kecurigaan gue benar,” sahut Martha.
“Tha, perasaan Kevin belum lama sekolah di sini, tapi kok udah sedekat itu ya sama Ayu?” celetuk Niken.
“Lu harus hati-hati sama cewek itu, Tha,” imbuhnya.
Pemandangan tersebut memang membuat Martha terganggu, sekaligus terbakar api cemburu. Sekali lagi, Martha adalah cewek posesif dan pencemburu. Lalu, apakah yang akan dilakukan oleh Martha setelah ini? Apakah maksud dari sikap Kevin yang begitu peduli dengan Ayu?
Ayu pun tak habis pikir dengan sikap Kevin yang sejauh itu. “Kenapa sih, Kevin sepeduli ini sama gue?” tanyanya dalam hati. “Vin, gue mohon banget sama lu, lu ngertiin gue, “ pinta Ayu kepada Kevin. “Masalah ini enggak mau gue umbar ke orang lain, Vin, cukup gue aja yang tahu. Bahkan, sahabat-sahabat gue pun juga enggak ada yang tahu,” lanjut Ayu. Ayu tak sengaja melihat ke arah Martha dan kawan-kawannya, dan ia baru tahu bahwa Martha mengawasi pembicaraannya dengan Kevin. Jam istirahat pun dimulai, Martha langsung pergi menuju ke kelas Ayu. Apa yang akan dia lakukan? “Sayang, tadi aku lihat kamu lagi ngobrol berdua sama Ayu di samping perpus. Kalian ngomongin apaan sih, kok kaya serius gitu?” tanya Martha penuh selidik. “Dia tuh lagi sedih terus sering menyendiri, enggak seperti biasanya. Aku penasaran, masalah apa yang sebenarnya lagi dia hadapi,” jawab Kevin. “Ken
“Edgar, Andre, Ayu, kalian kok diam aja dari tadi? Kalian kenapa?” tanya Pak Erwin. “Enggak apa-apa kok, Pa ... Ayu berangkat dulu ya, Pa, Ma. Assalamualaikum,” jawab Ayu sambil pamit pergi ke sekolah. “Pa, Ma, Andre ke kamar dulu, ya” kata Andre. Pak Erwin dan Bu Tina merasa aneh dengan sikap anak-anak mereka. “Gar, ada apa sih sebenarnya?” tanya Bu Tina. “Edgar enggak tahu, Ma,” jawab Edgar. “Andre dan Ayu beneran marah sama gue. Gue harus minta maaf ke mereka.” Edgar merasa tak enak melihat sikap Andre dan Ayu. ”Edgar berangkat dulu deh, Ma, Pa. Assalamualaikum.” Edgar pun berangkat ke kampus dengan perasaan tidak tenang, memikirkan sikap Andre dan Ayu yang seketika berubah. Pagi ini, Ayu berangkat ke sekolah bersama Yongki. Ayu dan Yongki berboncengan menggunakan motor Yongki, sementara motor Ay
Pemotor yang ditabrak oleh Kevin dan sahabat-sahabatnya itu akhirnya dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di sana, ia langsung mendapatkan penanganan.“Dok, bagaimana kondisinya?” tanya Kevin kepada dokter yang menangani.“Alhamdulillah, luka-lukanya tidak begitu parah. Kita tinggal menunggu sampai dia siuman,” jawab dokter tersebut.“Saya minta tolong kepada kalian agar tetap kondusif. Jangan sampai dia terganggu,” pintanya kepada Kevin dan sahabat-sahabatnya. Setidaknya, Kevin bisa bernapas lega. Ternyata, kondisi pemotor itu tidak separah yang dipikirkannya. Ia akan membiayai biaya perawatan pemotor itu sebagai bentuk tanggung jawabnya.“Biaya rumah sakitnya gimana dong, guys?” tanya Bastian.“Biar gue aja yang tanggung,” sahut Kevin.“Lho, enggak bisa gitu dong, Yang. Ini semua kan gara-gara Leon, gara-gara dia yang nyeti
Semua mata tertuju kepada Kevin. Ayu, Andre, Salsa, Dito, dan Yongki melihat ke arah Kevin yang sedang memperlihatkan raut muka tegang. Detak jantung Kevin pun makin kencang, dan sangat kencang.“Yu ... gue ... gue mau ... .” Kemudian, Kevin pun terdiam.“Gue minta maaf, Yu, gue enggak sengaja,” lanjutnya.Mereka bingung dengan ucapan Kevin tersebut. Mereka dibuat salah fokus dengan ketegangan Kevin yang sangat terlihat itu.“Kak, aku minta maaf, aku enggak hati-hati dan kebanyakan bercanda sama teman-teman tadi,” sambung Kevin.“Jadi ... lu yang udah bikin Kak Andre kaya gini?” celetuk Yongki.Kevin pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala.“Kok bisa sih, Vin?” tanya Dito.Kemudian, Kevin menceritakan kronologi kejadian tertabraknya Andre. Kevin menceritakan semuanya dengan jujur dan apa adanya. Ia sangat merasa bersalah dan benar-
“Hai, Edgar, gue Kevin,” kata Kevin sambil mengulurkan tangan kepada Edgar.Edgar menerima ajakan Kevin untuk bersalaman.“Lu ada kepentingan apa di sini?” tanya Edgar.Kevin pun menjelaskan semuanya kepada Edgar. Lalu, bagaimanakah reaksinya?Pengakuan dari Kevin membuat api kemarahan Edgar tersulut. Ia langsung meraih dan mencengkeram baju Kevin.“Berani-beraninya lu nyelakain saudara gue!” serang Edgar.“Edgar ... hentikan!” seru Pak Erwin sambil menarik tubuh Edgar.Ia tak terima dengan perbuatan Kevin yang telah membuat Andre terbaring lemah.Sama seperti Martha, Edgar terkenal dengan temperamennya. Hal itulah yang membuat ia terkadang berani melakukan hal yang nekat di luar dugaan. Ia akan melakukan apa saja kepada orang yang tidak ia suka. Kali ini, Edgar melakukannya kepada Kevin, orang yang baru saja ia kenal.“Edgar, lu engg
Kevin memang tidak melakukan suatu kesalahan yang fatal. Namun, kemarahan Martha tak dapat dikendalikan. Separah itukah kecemburuan Martha kepada Kevin? “Kevin nyebelin banget, sih! Sok baik banget dia sama keluarganya Ayu!” pekik Martha. “Kalau dipikir-pikir, kenapa Kevin bisa seperhatian ini sama Ayu? Ini udah kedua kalinya, lho,” gerutunya. “Sepertinya, ada suatu hal yang gue enggak tahu. Okay, gue enggak boleh tinggal diam,” ujar Martha. Wajar saja, ia memang tidak suka saat melihat Kevin begitu perhatian kepada perempuan lain. Menurutnya, perhatian Kevin kepada Ayu sudah melebihi batas maksimal. Apakah Martha mulai curiga dengan Kevin dan Ayu? Apakah dia mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara Kevin dan Ayu? Bersikap perhatian kepada perempuan selain Martha merupakan suatu tantangan tersendiri bagi Kevin. Telah tersusun rapi sebuah surat perjanjian di antara pasangan kekasih itu. Ap
“Siapa, Dit?” tanya Salsa kepada Dito yang sedang memeriksa ponselnya.“Yongki? Ngapain dia telepon?” celetuk Dito.“Halo, Ki, ada apa?” sahut Dito.Dito dan Salsa pun berkonsentrasi mendengarkan jawaban Yongki. Setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, mereka pun bergegas menuju ke UKS untuk melihat kondisi Ayu yang masih belum sadarkan diri.Tak lama setelah itu, Kevin pun datang. Setibanya di kelas, ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ia berkata, “Syukurlah, dikit lagi gue bisa kena hukum, males banget.”Secara spontan, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah bangku 4 serangkai, yaitu Ayu, Salsa, Dito, dan Yongki.“Ayu sama teman-temannya kemana, kok enggak ada? Tapi ... tasnya Salsa sama Dito kok ada di atas meja?” kata Kevin sambil melihat ke arah bangku Ayu dan sahabat-sahabatnya.
“Halo, Ndre, gimana keadaan lu?” Ayu pun tak lupa untuk menanyakan keadaan kakaknya yang masih berada di rumah sakit.“Gue udah enakan kok, Yu, mungkin besok atau lusa gue udah bisa cabut dari sini,” jawab Andre.“Yu, suara lu kaya beda gitu, lu sakit?” Ayu pun terdiam ketika mendengar perkataan Andre tersebut.Suara Ayu yang tidak terdengar seperti biasanya membuat Andre melontarkan kata-kata tersebut. Tidak mungkin Ayu berkata jujur kepada Andre. Ia tak ingin membuat kakaknya itu khawatir. Ayu berusaha untuk menutupinya.“Emang suara gue kenapa? Gue enggak apa-apa, Ndre,” elak Ayu.“Dik, waktu pulang nanti Adik harus ditemenin sama teman-teman Adik, ya, karena kondisi Adik belum sepenuhnya pulih. Sekarang, waktunya Adik makan dan minum obat dulu.” Perawat UKS menghampiri Ayu sambil membawa nampan berisi makanan, air putih, dan obat.
“Yu, tadi kan lu udah janji sama gue, mau jelasin kronologi kecelakaan lu tadi pagi. Nah ... sekarang, saatnya lu jelasin semuanya,” pinta Kevin, masih dengan rasa penasarannya.“Gue kira, Kevin enggak akan nanya-nanya soal itu lagi. Hhhhh ... terpaksa, gue harus tutup rapat-rapat siapa pelakunya,” ucap Ayu dalam hati.Ia bingung harus menjawab pertanyaan Kevin tersebut dengan kata-kata apa. Ia pun terdiam, berusaha mencari jawaban yang tepat dan aman.“Tadi tuh ada mobil kencang banget dari arah belakang, terus nyerempet gue sama Yongki. Gue heran sih sama tuh mobil, bisa-bisanya nyerempet gue, padahal jalannya tuh lebar dan sepi,” jelas Ayu.“Setelah nyerempet gue sama Yongki, bukannya berhenti terus minta maaf, malah semakin kencang bawa mobilnya,” imbuhnya.Kevin pun semakin penasaran dengan orang di balik mobil yang menyerempet Ayu dan Yongki tersebut. Ke
“Halo, Ndre, gimana keadaan lu?” Ayu pun tak lupa untuk menanyakan keadaan kakaknya yang masih berada di rumah sakit.“Gue udah enakan kok, Yu, mungkin besok atau lusa gue udah bisa cabut dari sini,” jawab Andre.“Yu, suara lu kaya beda gitu, lu sakit?” Ayu pun terdiam ketika mendengar perkataan Andre tersebut.Suara Ayu yang tidak terdengar seperti biasanya membuat Andre melontarkan kata-kata tersebut. Tidak mungkin Ayu berkata jujur kepada Andre. Ia tak ingin membuat kakaknya itu khawatir. Ayu berusaha untuk menutupinya.“Emang suara gue kenapa? Gue enggak apa-apa, Ndre,” elak Ayu.“Dik, waktu pulang nanti Adik harus ditemenin sama teman-teman Adik, ya, karena kondisi Adik belum sepenuhnya pulih. Sekarang, waktunya Adik makan dan minum obat dulu.” Perawat UKS menghampiri Ayu sambil membawa nampan berisi makanan, air putih, dan obat.
“Siapa, Dit?” tanya Salsa kepada Dito yang sedang memeriksa ponselnya.“Yongki? Ngapain dia telepon?” celetuk Dito.“Halo, Ki, ada apa?” sahut Dito.Dito dan Salsa pun berkonsentrasi mendengarkan jawaban Yongki. Setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, mereka pun bergegas menuju ke UKS untuk melihat kondisi Ayu yang masih belum sadarkan diri.Tak lama setelah itu, Kevin pun datang. Setibanya di kelas, ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ia berkata, “Syukurlah, dikit lagi gue bisa kena hukum, males banget.”Secara spontan, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah bangku 4 serangkai, yaitu Ayu, Salsa, Dito, dan Yongki.“Ayu sama teman-temannya kemana, kok enggak ada? Tapi ... tasnya Salsa sama Dito kok ada di atas meja?” kata Kevin sambil melihat ke arah bangku Ayu dan sahabat-sahabatnya.
Kevin memang tidak melakukan suatu kesalahan yang fatal. Namun, kemarahan Martha tak dapat dikendalikan. Separah itukah kecemburuan Martha kepada Kevin? “Kevin nyebelin banget, sih! Sok baik banget dia sama keluarganya Ayu!” pekik Martha. “Kalau dipikir-pikir, kenapa Kevin bisa seperhatian ini sama Ayu? Ini udah kedua kalinya, lho,” gerutunya. “Sepertinya, ada suatu hal yang gue enggak tahu. Okay, gue enggak boleh tinggal diam,” ujar Martha. Wajar saja, ia memang tidak suka saat melihat Kevin begitu perhatian kepada perempuan lain. Menurutnya, perhatian Kevin kepada Ayu sudah melebihi batas maksimal. Apakah Martha mulai curiga dengan Kevin dan Ayu? Apakah dia mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara Kevin dan Ayu? Bersikap perhatian kepada perempuan selain Martha merupakan suatu tantangan tersendiri bagi Kevin. Telah tersusun rapi sebuah surat perjanjian di antara pasangan kekasih itu. Ap
“Hai, Edgar, gue Kevin,” kata Kevin sambil mengulurkan tangan kepada Edgar.Edgar menerima ajakan Kevin untuk bersalaman.“Lu ada kepentingan apa di sini?” tanya Edgar.Kevin pun menjelaskan semuanya kepada Edgar. Lalu, bagaimanakah reaksinya?Pengakuan dari Kevin membuat api kemarahan Edgar tersulut. Ia langsung meraih dan mencengkeram baju Kevin.“Berani-beraninya lu nyelakain saudara gue!” serang Edgar.“Edgar ... hentikan!” seru Pak Erwin sambil menarik tubuh Edgar.Ia tak terima dengan perbuatan Kevin yang telah membuat Andre terbaring lemah.Sama seperti Martha, Edgar terkenal dengan temperamennya. Hal itulah yang membuat ia terkadang berani melakukan hal yang nekat di luar dugaan. Ia akan melakukan apa saja kepada orang yang tidak ia suka. Kali ini, Edgar melakukannya kepada Kevin, orang yang baru saja ia kenal.“Edgar, lu engg
Semua mata tertuju kepada Kevin. Ayu, Andre, Salsa, Dito, dan Yongki melihat ke arah Kevin yang sedang memperlihatkan raut muka tegang. Detak jantung Kevin pun makin kencang, dan sangat kencang.“Yu ... gue ... gue mau ... .” Kemudian, Kevin pun terdiam.“Gue minta maaf, Yu, gue enggak sengaja,” lanjutnya.Mereka bingung dengan ucapan Kevin tersebut. Mereka dibuat salah fokus dengan ketegangan Kevin yang sangat terlihat itu.“Kak, aku minta maaf, aku enggak hati-hati dan kebanyakan bercanda sama teman-teman tadi,” sambung Kevin.“Jadi ... lu yang udah bikin Kak Andre kaya gini?” celetuk Yongki.Kevin pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala.“Kok bisa sih, Vin?” tanya Dito.Kemudian, Kevin menceritakan kronologi kejadian tertabraknya Andre. Kevin menceritakan semuanya dengan jujur dan apa adanya. Ia sangat merasa bersalah dan benar-
Pemotor yang ditabrak oleh Kevin dan sahabat-sahabatnya itu akhirnya dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di sana, ia langsung mendapatkan penanganan.“Dok, bagaimana kondisinya?” tanya Kevin kepada dokter yang menangani.“Alhamdulillah, luka-lukanya tidak begitu parah. Kita tinggal menunggu sampai dia siuman,” jawab dokter tersebut.“Saya minta tolong kepada kalian agar tetap kondusif. Jangan sampai dia terganggu,” pintanya kepada Kevin dan sahabat-sahabatnya. Setidaknya, Kevin bisa bernapas lega. Ternyata, kondisi pemotor itu tidak separah yang dipikirkannya. Ia akan membiayai biaya perawatan pemotor itu sebagai bentuk tanggung jawabnya.“Biaya rumah sakitnya gimana dong, guys?” tanya Bastian.“Biar gue aja yang tanggung,” sahut Kevin.“Lho, enggak bisa gitu dong, Yang. Ini semua kan gara-gara Leon, gara-gara dia yang nyeti
“Edgar, Andre, Ayu, kalian kok diam aja dari tadi? Kalian kenapa?” tanya Pak Erwin. “Enggak apa-apa kok, Pa ... Ayu berangkat dulu ya, Pa, Ma. Assalamualaikum,” jawab Ayu sambil pamit pergi ke sekolah. “Pa, Ma, Andre ke kamar dulu, ya” kata Andre. Pak Erwin dan Bu Tina merasa aneh dengan sikap anak-anak mereka. “Gar, ada apa sih sebenarnya?” tanya Bu Tina. “Edgar enggak tahu, Ma,” jawab Edgar. “Andre dan Ayu beneran marah sama gue. Gue harus minta maaf ke mereka.” Edgar merasa tak enak melihat sikap Andre dan Ayu. ”Edgar berangkat dulu deh, Ma, Pa. Assalamualaikum.” Edgar pun berangkat ke kampus dengan perasaan tidak tenang, memikirkan sikap Andre dan Ayu yang seketika berubah. Pagi ini, Ayu berangkat ke sekolah bersama Yongki. Ayu dan Yongki berboncengan menggunakan motor Yongki, sementara motor Ay
Ayu pun tak habis pikir dengan sikap Kevin yang sejauh itu. “Kenapa sih, Kevin sepeduli ini sama gue?” tanyanya dalam hati. “Vin, gue mohon banget sama lu, lu ngertiin gue, “ pinta Ayu kepada Kevin. “Masalah ini enggak mau gue umbar ke orang lain, Vin, cukup gue aja yang tahu. Bahkan, sahabat-sahabat gue pun juga enggak ada yang tahu,” lanjut Ayu. Ayu tak sengaja melihat ke arah Martha dan kawan-kawannya, dan ia baru tahu bahwa Martha mengawasi pembicaraannya dengan Kevin. Jam istirahat pun dimulai, Martha langsung pergi menuju ke kelas Ayu. Apa yang akan dia lakukan? “Sayang, tadi aku lihat kamu lagi ngobrol berdua sama Ayu di samping perpus. Kalian ngomongin apaan sih, kok kaya serius gitu?” tanya Martha penuh selidik. “Dia tuh lagi sedih terus sering menyendiri, enggak seperti biasanya. Aku penasaran, masalah apa yang sebenarnya lagi dia hadapi,” jawab Kevin. “Ken