Share

Bab 4

Author: Naila Fawziya
Brigitta tercengang sesaat, kemudian menjawab, "Nggak."

Mata Erino menunduk dan tidak berbicara lagi.

Ekspresi Brigitta tampak bingung. Kurasa dia mungkin belum pernah bertanya kepadaku. Lagipula, dulu akulah yang selalu mengganggunya sepanjang hari.

Setelah selesai minum kopi hangat, Erino meletakkan ponsel dan kembali mengerjakan pekerjaan baru. Di siang hari, Brigitta memesan makan siang untuknya.

Erino makan dua suap, keningnya berkerut lagi.

"Makan siang ini, pesan di mana?"

"Restoran Selesa." Brigitta berpikir sejenak, kemudian bertanya dengan ragu, "Apakah makanan ini tidak cocok dengan seleramu? Apakah kamu perlu memesan yang lain?"

"Apakah pesanan yang dulu dengan yang kali ini dari restoran yang sama?"

"Nggak."

"Lain kali pesan restoran yang sebelumnya."

"..." Brigitta melirik Presdir sekilas dan tidak berani bicara.

Erino meliriknya sambil berkata dengan tenang, "Nggak bisa?"

Brigitta tampak dilema, kemudian berkata, "Makanan sebelumnya, nyonya yang antar kemari."

Brigitta berkata dengan gelisah, "Selama beberapa tahun ini, makan siangmu selalu nyonya yang antar kemari, entah itu hujan atau langit cerah, selalu diantar tepat waktu. Karena takut kamu nggak makan, nyonya bahkan secara khusus berpesan padaku untuk nggak beritahu kamu kalau makanan itu dia yang antar, makanya aku nggak memberitahumu."

"Maaf, Presdir. Aku seharusnya nggak bertindak sendiri."

Karena sudah terbiasa makan makanan sebelumnya, perubahan rasa yang tiba-tiba ini membuat dia tidak bisa beradaptasi.

Erino tidak berkata apa-apa, hanya melambaikan tangan dan memintanya keluar.

Erino menatap kotak makan siang di depannya dengan ekspresi kosong. Aku melihat ke sana dan melihat hidangannya cukup standar. Setiap hidangan yang aku buat sebelumnya disajikan dengan indah dan penuh perhatian. Rasanya tidak begitu enak, tapi memiliki cita rasa lezat seperti makanan rumahan.

Dia menyalakan ponsel lagi dan memeriksa, masih tidak ada pesan. Matanya menunduk dan terdiam sejenak, kemudian meletakkan ponselnya dan kembali bekerja.

Saat Erino selesai menyelesaikan semua pekerjaan, hari sudah larut.

Dia melihat jam, lalu berpikir, kemudian mengambil kunci mobil dan berjalan keluar.

Setelah naik ke mobil di tempat parkir, dia mengemudi kembali ke vila.

Rumah sudah dua hari tidak ada pemiliknya.

Para pelayan dan beberapa pembantu merawat vila itu dengan cermat dan penuh tanggung jawab.

Melihat Erino kembali, para pelayan sangat gembira.

"Tuan, kamu sudah kembali. Aku akan pergi ke dapur dan meminta seseorang menyiapkan makan malam untukmu."

Erino melepas mantelnya dan menyerahkannya kepada pelayan, lalu bertanya, "Apakah nyonya ada di rumah?" Pelayan itu menggelengkan kepala sambil berkata dengan cemas, "Nyonya pergi kemarin pagi dan belum kembali sampai sekarang."

"Um." Erino berkata dengan suara tenang, "Siapkan makan malam."

"Oh, baik."

"Aku sudah dua hari nggak pulang rumah. Apa dia nggak sadar?"

Erino naik ke lantai atas dan kembali ke kamar kami.

Setelah berkeliling ruangan, dia menyadari bahwa di dalam tampak lebih kosong dan semua barangku sudah hilang.

Semua pakaian, tas, dan sepatu di lemariku hilang, dan produk perawatan kulit serta kosmetik di meja riasku juga kosong.

Dan wanita yang sudah menunggunya di sepanjang malam yang tak terhitung jumlahnya selama lima tahun terakhir sudah tidak ada lagi ....

Dia kemudian menyadari bahwa aku benar-benar sudah meninggalkan tempat ini dan meninggalkannya.

Erino menatap kamar tidur yang kosong, tiba-tiba sebuah perasaan yang tak terlukiskan memenuhi hatinya. Dia duduk di atas sofa, matanya tertuju pada cincin berlian pernikahan yang berkilauan saat diterpa cahaya.

Cincin ini sepasang dengan cincin yang biasa dia pakai.

Dia mengambil cincin itu, ada gelombang lembut menyapu matanya, tak terukir seperti kedalaman lautan. Erino menggenggam cincin itu erat-erat di tangannya, wajahnya tampak agak bingung ....

Mungkin dia merasa bahwa aku akhirnya memilih untuk pergi.

Keesokan harinya, Erino kembali ke perusahaan tepat waktu.

Rapat pagi masih berlangsung, terlihat Salsa datang mencarinya dengan terburu-buru.

Selesai rapat, saat Erino kembali ke kantor, dia melihat Salsa yang datang tanpa membuat janji, hatinya sedikit terkejut, "Kenapa kamu kemari?"

Salsa meletakkan kopi di tangannya, lalu mendekatinya.

"Kemarin nggak berhasil buat janji makan malam dengan manusia tersibuk, jadi hari ini aku terpaksa datang sendiri untuk mencari orangnya."

Erino bersandar di kursinya sambil menatap tumpukan dokumen di atas meja, lalu berkata dengan tak berdaya, "Aku mungkin nggak secepat itu."

Salsa berkata dengan penuh pertimbangan, "Nggak apa-apa, aku akan menunggumu sampai selesai."

Erino menanggapinya, "Baik, kamu duduk dulu sebentar, kalau mau minum sesuatu, beritahu Brigitta saja."

"Um, baik."

Waktu berlalu sedikit demi sedikit, tanpa disadari, satu jam sudah berlalu.

Erino sudah menyelesaikan dokumen di atas meja dan hendak bangkit untuk mengajak Salsa makan malam, saat ini ponselnya berdering.

Erino melirik layar sekilas dan menjawab panggilan itu dengan ragu-ragu. Ini adalah nomor telepon pribadinya dan hanya sedikit orang yang tahu.

Suara di ujung telepon terdengar sangat dingin, "Erino, aku Hesti, kamu datang ke kantor polisi sekarang."

Erino bertanya dengan nada tenang, "Ada apa?"

Selain aku, antara dia dan Hesti tidak ada hubungan apa-apa lagi.

Suara Hesti sedingin es. "Mayat Mirna perlu dikremasi dan proses kremasi memerlukan tanda tanganmu."

Proses kremasi memerlukan tanda tangan kerabat almarhum.

Orang tuaku sudah lama meninggal dan aku tidak punya kerabat lain kecuali Erino.

Meskipun kami sudah menandatangani surat cerai, kami belum menyelesaikan prosedur perceraian akhir. Maka dari itu, secara hukum, Erino masih menjadi satu-satunya kerabatku.

Erino menyipitkan matanya, "Apa katamu?"

Mayat? Kremasi?

Hesti mengulangi ucapannya dengan acuh tak acuh, "Aku bilang mayat Mirna perlu dikremasi dan butuh tanda tanganmu."

Erino jelas tidak mempercayainya, dia bertanya balik dengan serius, "Apakah pertunjukkan ini sangat menyenangkan?"

"Pertunjukkan atau bukan, kamu akan tahu setelah kamu kemari." Selesai bicara, Hesti menutup telepon.

Bibir Erino melengkung, dia tersenyum mengejek, "Setelah bersembunyi selama dua hari, akhirnya muncul."

Salsa mendekati Erino sambil bertanya dengan nada lembut, "Erino, siapa yang telepon?"

Erino sadar kembali, menunjukkan ekspresi minta maaf, "Maaf, Salsa, aku ada urusan mendesak yang harus diselesaikan, jadi aku nggak bisa makan siang denganmu."

Ekspresi Salsa tertegun seketika, namun dia segera tersenyum penuh pengertian, "Nggak apa-apa, pekerjaan lebih penting, kita makan bersama lain kali saja."

"Um, baik."

Erino pergi ke tempat parkir untuk mengambil mobil, kemudian melaju ke kantor polisi.

Saat tiba di kantor polisi, ekspresi Erino tampak acuh tak acuh dan jelas merasa bahwa ini hanyalah tipuan yang dimainkan oleh Hesti dan aku demi mempertahankan dia, dan pasti akan melihat aku dengan ekspresi bangga.

Related chapters

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 5

    Tapi tidak.Saat tiba di kantor polisi, Erino hanya melihat Hesti berdiri di antara beberapa polisi dengan ekspresi sedih di wajahnya.Erino mengerutkan kening dan berjalan mendekat.Hesti meliriknya dengan acuh tak acuh, lalu berkata kepada polisi di sampingnya, "Dia adalah suami Mirna, dia bisa menandatangani surat."Mata Hesti sangat merah, tampaknya dia baru saja menangis dan suaranya sangat serak.Erino bertanya dengan tidak sabar, "Apa yang sedang kalian lakukan?"Salah satu polisi menepuk bahu Erino, lalu berkata sambil menenangkannya, "Turut berdukacita."Pupil mata Erino sedikit meyipit, dia tidak begitu mengerti maksud ucapannya."Biar aku antar kamu pergi lihat mayatnya dulu, untuk memastikannya."Erino mengikuti polisi itu.Aku benar-benar ingin tahu seperti apa ekspresi Erino saat melihat mayatku, apakah dia akan merasa sedikit sedih.Aku mengikuti mereka sampai ke sebuah kamar. Di sana ada sebuah tempat tidur dan seseorang sedang berbaring di atasnya, seluruh tubuhnya dit

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 6

    Pandangan matanya kembali ke wajah tersenyum wanita itu di foto pernikahan dan dia bergumam, "Maafkan aku, maafkan aku ...."Dia membalikkan punggungnya, bahunya sedikit bergetar ...."Erino, setelah kita menikah, kamu nggak boleh melakukan sesuatu yang mengecewakan aku. Kamu nggak boleh melakukan hal-hal seperti berpelukan dan berciuman dengan gadis lain selain aku, mengerti?"Mungkin pengingat ini selalu mengingatinya, sehingga dia pulang tepat waktu setiap hari.Setelah menikah, pada ulang tahun pertamanya, aku merajut syal berwarna abu-abu muda untuknya.Pada ulang tahunnya yang kedua, aku pergi ke kampung halamannya dan mempelajari makanan ringan setempat, lalu membuatkan untuknya.Pada ulang tahunnya yang ketiga, aku secara pribadi memasak semangkuk mie panjang umur dan menyajikan kepadanya pada jam 12 pagi. Pada ulang tahun keempat ....Tiba-tiba tidak menemukan kenangan apa pun tentang ulang tahun keempat yang berkaitan dengannya.Benar, dia tidak merayakan ulang tahunnya yang

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 7

    Pelayan mengucek matanya, ekspresi terkejut di wajahnya semakin tak terkendali, "Tuan, apa yang kamu peluk?"Tuan sedikit mengernyitkan alis, ekspresi matanya tampak tidak senang, "Mirna begitu besar di sini, kamu bahkan nggak nampak?"Selesai bicara, dia melihat kembali ke samping dan terdiam sejenak, dia mulai berbicara pada diri sendiri, "Um, aku tahu, aku nggak menyalahkannya, hanya saja kamu berdiri di sini dengan baik, dan dia bahkan nggak nampak kamu."Selain sikap Tuan yang kadang-kadang membingungkan orang, kehidupannya tidak ada yang berubah sama sekali.Dia selalu menunjukkan sebuah tingkah yang membuat semua orang merasa bahwa Mirna masih hidup.Tuan sangat baik terhadap nyonya khayalan ini.Dia menjadi semakin akomodatif terhadap nyonya, meminta dapur memasak makanan kesukaannya dan mengganti sofa di ruang tamu dengan warna kesukaannya.Setiap tingkahnya menunjukkan kerinduan Tuan terhadap nyonya.Salsa entah dari mana mengetahui keadaan Tuan saat ini, dia menerobos masuk

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 1

    "Tik tak ... tik tak, trang!"Ini sudah pagi.Aku menatap ke arah kue berwarna biru yang sudah meleleh di atas meja. Satu-satunya lilin di atas kue itu sudah padam.Aku merayakan ulang tahun ke-25 tanpa ditemani siapa pun.Aku berjalan perlahan ke samping meja sambil menatap kue yang belum tersentuh. Aku mengambil kue itu sedikit dengan terlunjuk, lalu memakannya."Selamat ulang tahun." Aku memberi ucapan selamat pada diri sendiri.Setelah itu, aku membuang kue itu ke tong sampah tanpa ragu.Hari sudah larut, Erino pulang.Ketika melihat Erino muncul dari pintu, aku berkata, "Kamu sudah pulang, ya."Tatapan Erino sangat dingin kepadaku. Pria itu berkata sambil mengernyit, "Selain minum anggur, apa kamu nggak ada kegiatan lain yang lebih berguna?"Sambil menggoyangkan gelas, aku menjawab dengan tersenyum, "Minum anggur berguna, kok."Aku menghampiri Erino dengan langkah terhuyung-huyung. "Minum anggur sangat berguna. Ayo, kamu juga minumlah ...." Aku mendekatkan gelas ke bibir Erino. Sa

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 2

    Setiap menjelang jam makan siang, aku selalu melihat ke arah jam. Selama lima tahun, aku selalu mengantarkan bekal makan siang ke kantor Erino, tetapi hari ini aku tidak datang. Sekretarisnya pasti sudah menebak terjadi sesuatu, jadi dia segera memesankan makan siang untuk Erino.30 menit kemudian, makanan yang dipesan pun datang."Pak Erino, silakan makan."Brigitta menaruh makanan dan pergi.Erino masih sibuk dengan pekerjaannya. Tidak terasa 10 menit sudah berlalu.Erino membuka makanannya. Begitu makan satu suap, dia mengernyit.Mungkin karena rasa makanan kali ini berbeda dari biasanya.Dia makan beberapa suap lagi, lalu berhenti makan.Ponsel di meja tiba-tiba berbunyi. Aku melihat sekilas, ternyata aku tahu siapa yang menelepon. Erino hanya mengangkat telepon, tetapi pandangan matanya masih ke arah dokumen."Erino, kamu sudah selesai kerja?"Erino melirik ke layar ponsel, lalu menjawab dengan tersenyum, "Ya, sebentar lagi.""Kita makan bersama malam ini, ya."Sambil membaca doku

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 3

    "Menyebalkan, dia selalu mengekangku!"Salsa terus berada di samping sambil mendengarkan gumaman Erino.Wajah Salsa terlihat muram. Dia merangkul pinggang Erino yang ramping sambil membujuknya, "Erino, kalian sudah bercerai. Nggak ada yang mengekangmu lagi, sekarang kamu boleh minum sampai larut malam.""Bercerai?" Erino memejamkan mata. Dia berkata sambil tersenyum, "Oh ya, benar, kami sudah cerai. Kami sudah cerai ...."Benar, kami sudah bercerai. Erino terlihat sangat bahagia. Padahal aku sudah mencintainya bertahun-tahun, tetapi dia tidak mencintaiku sedikit pun.Dengan terhuyung-huyung, Erino mengambil minuman yang disodorkan. Erino meneguknya langsung hingga mengalir ke lehernya.Ketika tingkah pria menawan itu, Salsa tampak bingung."Sudah, cukup." Salsa menolak tawaran minum dari teman-temannya. "Cukup sampai di sini. Erino sudah mabuk. Aku antar dia pulang."Setelah itu, Salsa memapah Erino keluar dari ruangan.Erino mengikuti Salsa keluar ruangan dan naik ke lantai 60 tanpa m

Latest chapter

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 7

    Pelayan mengucek matanya, ekspresi terkejut di wajahnya semakin tak terkendali, "Tuan, apa yang kamu peluk?"Tuan sedikit mengernyitkan alis, ekspresi matanya tampak tidak senang, "Mirna begitu besar di sini, kamu bahkan nggak nampak?"Selesai bicara, dia melihat kembali ke samping dan terdiam sejenak, dia mulai berbicara pada diri sendiri, "Um, aku tahu, aku nggak menyalahkannya, hanya saja kamu berdiri di sini dengan baik, dan dia bahkan nggak nampak kamu."Selain sikap Tuan yang kadang-kadang membingungkan orang, kehidupannya tidak ada yang berubah sama sekali.Dia selalu menunjukkan sebuah tingkah yang membuat semua orang merasa bahwa Mirna masih hidup.Tuan sangat baik terhadap nyonya khayalan ini.Dia menjadi semakin akomodatif terhadap nyonya, meminta dapur memasak makanan kesukaannya dan mengganti sofa di ruang tamu dengan warna kesukaannya.Setiap tingkahnya menunjukkan kerinduan Tuan terhadap nyonya.Salsa entah dari mana mengetahui keadaan Tuan saat ini, dia menerobos masuk

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 6

    Pandangan matanya kembali ke wajah tersenyum wanita itu di foto pernikahan dan dia bergumam, "Maafkan aku, maafkan aku ...."Dia membalikkan punggungnya, bahunya sedikit bergetar ...."Erino, setelah kita menikah, kamu nggak boleh melakukan sesuatu yang mengecewakan aku. Kamu nggak boleh melakukan hal-hal seperti berpelukan dan berciuman dengan gadis lain selain aku, mengerti?"Mungkin pengingat ini selalu mengingatinya, sehingga dia pulang tepat waktu setiap hari.Setelah menikah, pada ulang tahun pertamanya, aku merajut syal berwarna abu-abu muda untuknya.Pada ulang tahunnya yang kedua, aku pergi ke kampung halamannya dan mempelajari makanan ringan setempat, lalu membuatkan untuknya.Pada ulang tahunnya yang ketiga, aku secara pribadi memasak semangkuk mie panjang umur dan menyajikan kepadanya pada jam 12 pagi. Pada ulang tahun keempat ....Tiba-tiba tidak menemukan kenangan apa pun tentang ulang tahun keempat yang berkaitan dengannya.Benar, dia tidak merayakan ulang tahunnya yang

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 5

    Tapi tidak.Saat tiba di kantor polisi, Erino hanya melihat Hesti berdiri di antara beberapa polisi dengan ekspresi sedih di wajahnya.Erino mengerutkan kening dan berjalan mendekat.Hesti meliriknya dengan acuh tak acuh, lalu berkata kepada polisi di sampingnya, "Dia adalah suami Mirna, dia bisa menandatangani surat."Mata Hesti sangat merah, tampaknya dia baru saja menangis dan suaranya sangat serak.Erino bertanya dengan tidak sabar, "Apa yang sedang kalian lakukan?"Salah satu polisi menepuk bahu Erino, lalu berkata sambil menenangkannya, "Turut berdukacita."Pupil mata Erino sedikit meyipit, dia tidak begitu mengerti maksud ucapannya."Biar aku antar kamu pergi lihat mayatnya dulu, untuk memastikannya."Erino mengikuti polisi itu.Aku benar-benar ingin tahu seperti apa ekspresi Erino saat melihat mayatku, apakah dia akan merasa sedikit sedih.Aku mengikuti mereka sampai ke sebuah kamar. Di sana ada sebuah tempat tidur dan seseorang sedang berbaring di atasnya, seluruh tubuhnya dit

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 4

    Brigitta tercengang sesaat, kemudian menjawab, "Nggak."Mata Erino menunduk dan tidak berbicara lagi.Ekspresi Brigitta tampak bingung. Kurasa dia mungkin belum pernah bertanya kepadaku. Lagipula, dulu akulah yang selalu mengganggunya sepanjang hari. Setelah selesai minum kopi hangat, Erino meletakkan ponsel dan kembali mengerjakan pekerjaan baru. Di siang hari, Brigitta memesan makan siang untuknya.Erino makan dua suap, keningnya berkerut lagi."Makan siang ini, pesan di mana?""Restoran Selesa." Brigitta berpikir sejenak, kemudian bertanya dengan ragu, "Apakah makanan ini tidak cocok dengan seleramu? Apakah kamu perlu memesan yang lain?""Apakah pesanan yang dulu dengan yang kali ini dari restoran yang sama?""Nggak.""Lain kali pesan restoran yang sebelumnya.""..." Brigitta melirik Presdir sekilas dan tidak berani bicara.Erino meliriknya sambil berkata dengan tenang, "Nggak bisa?"Brigitta tampak dilema, kemudian berkata, "Makanan sebelumnya, nyonya yang antar kemari."Brigitta

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 3

    "Menyebalkan, dia selalu mengekangku!"Salsa terus berada di samping sambil mendengarkan gumaman Erino.Wajah Salsa terlihat muram. Dia merangkul pinggang Erino yang ramping sambil membujuknya, "Erino, kalian sudah bercerai. Nggak ada yang mengekangmu lagi, sekarang kamu boleh minum sampai larut malam.""Bercerai?" Erino memejamkan mata. Dia berkata sambil tersenyum, "Oh ya, benar, kami sudah cerai. Kami sudah cerai ...."Benar, kami sudah bercerai. Erino terlihat sangat bahagia. Padahal aku sudah mencintainya bertahun-tahun, tetapi dia tidak mencintaiku sedikit pun.Dengan terhuyung-huyung, Erino mengambil minuman yang disodorkan. Erino meneguknya langsung hingga mengalir ke lehernya.Ketika tingkah pria menawan itu, Salsa tampak bingung."Sudah, cukup." Salsa menolak tawaran minum dari teman-temannya. "Cukup sampai di sini. Erino sudah mabuk. Aku antar dia pulang."Setelah itu, Salsa memapah Erino keluar dari ruangan.Erino mengikuti Salsa keluar ruangan dan naik ke lantai 60 tanpa m

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 2

    Setiap menjelang jam makan siang, aku selalu melihat ke arah jam. Selama lima tahun, aku selalu mengantarkan bekal makan siang ke kantor Erino, tetapi hari ini aku tidak datang. Sekretarisnya pasti sudah menebak terjadi sesuatu, jadi dia segera memesankan makan siang untuk Erino.30 menit kemudian, makanan yang dipesan pun datang."Pak Erino, silakan makan."Brigitta menaruh makanan dan pergi.Erino masih sibuk dengan pekerjaannya. Tidak terasa 10 menit sudah berlalu.Erino membuka makanannya. Begitu makan satu suap, dia mengernyit.Mungkin karena rasa makanan kali ini berbeda dari biasanya.Dia makan beberapa suap lagi, lalu berhenti makan.Ponsel di meja tiba-tiba berbunyi. Aku melihat sekilas, ternyata aku tahu siapa yang menelepon. Erino hanya mengangkat telepon, tetapi pandangan matanya masih ke arah dokumen."Erino, kamu sudah selesai kerja?"Erino melirik ke layar ponsel, lalu menjawab dengan tersenyum, "Ya, sebentar lagi.""Kita makan bersama malam ini, ya."Sambil membaca doku

  • Kalau Cinta, Pasti Sayang   Bab 1

    "Tik tak ... tik tak, trang!"Ini sudah pagi.Aku menatap ke arah kue berwarna biru yang sudah meleleh di atas meja. Satu-satunya lilin di atas kue itu sudah padam.Aku merayakan ulang tahun ke-25 tanpa ditemani siapa pun.Aku berjalan perlahan ke samping meja sambil menatap kue yang belum tersentuh. Aku mengambil kue itu sedikit dengan terlunjuk, lalu memakannya."Selamat ulang tahun." Aku memberi ucapan selamat pada diri sendiri.Setelah itu, aku membuang kue itu ke tong sampah tanpa ragu.Hari sudah larut, Erino pulang.Ketika melihat Erino muncul dari pintu, aku berkata, "Kamu sudah pulang, ya."Tatapan Erino sangat dingin kepadaku. Pria itu berkata sambil mengernyit, "Selain minum anggur, apa kamu nggak ada kegiatan lain yang lebih berguna?"Sambil menggoyangkan gelas, aku menjawab dengan tersenyum, "Minum anggur berguna, kok."Aku menghampiri Erino dengan langkah terhuyung-huyung. "Minum anggur sangat berguna. Ayo, kamu juga minumlah ...." Aku mendekatkan gelas ke bibir Erino. Sa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status