"Menyebalkan, dia selalu mengekangku!"Salsa terus berada di samping sambil mendengarkan gumaman Erino.Wajah Salsa terlihat muram. Dia merangkul pinggang Erino yang ramping sambil membujuknya, "Erino, kalian sudah bercerai. Nggak ada yang mengekangmu lagi, sekarang kamu boleh minum sampai larut malam.""Bercerai?" Erino memejamkan mata. Dia berkata sambil tersenyum, "Oh ya, benar, kami sudah cerai. Kami sudah cerai ...."Benar, kami sudah bercerai. Erino terlihat sangat bahagia. Padahal aku sudah mencintainya bertahun-tahun, tetapi dia tidak mencintaiku sedikit pun.Dengan terhuyung-huyung, Erino mengambil minuman yang disodorkan. Erino meneguknya langsung hingga mengalir ke lehernya.Ketika tingkah pria menawan itu, Salsa tampak bingung."Sudah, cukup." Salsa menolak tawaran minum dari teman-temannya. "Cukup sampai di sini. Erino sudah mabuk. Aku antar dia pulang."Setelah itu, Salsa memapah Erino keluar dari ruangan.Erino mengikuti Salsa keluar ruangan dan naik ke lantai 60 tanpa m
Brigitta tercengang sesaat, kemudian menjawab, "Nggak."Mata Erino menunduk dan tidak berbicara lagi.Ekspresi Brigitta tampak bingung. Kurasa dia mungkin belum pernah bertanya kepadaku. Lagipula, dulu akulah yang selalu mengganggunya sepanjang hari. Setelah selesai minum kopi hangat, Erino meletakkan ponsel dan kembali mengerjakan pekerjaan baru. Di siang hari, Brigitta memesan makan siang untuknya.Erino makan dua suap, keningnya berkerut lagi."Makan siang ini, pesan di mana?""Restoran Selesa." Brigitta berpikir sejenak, kemudian bertanya dengan ragu, "Apakah makanan ini tidak cocok dengan seleramu? Apakah kamu perlu memesan yang lain?""Apakah pesanan yang dulu dengan yang kali ini dari restoran yang sama?""Nggak.""Lain kali pesan restoran yang sebelumnya.""..." Brigitta melirik Presdir sekilas dan tidak berani bicara.Erino meliriknya sambil berkata dengan tenang, "Nggak bisa?"Brigitta tampak dilema, kemudian berkata, "Makanan sebelumnya, nyonya yang antar kemari."Brigitta
Tapi tidak.Saat tiba di kantor polisi, Erino hanya melihat Hesti berdiri di antara beberapa polisi dengan ekspresi sedih di wajahnya.Erino mengerutkan kening dan berjalan mendekat.Hesti meliriknya dengan acuh tak acuh, lalu berkata kepada polisi di sampingnya, "Dia adalah suami Mirna, dia bisa menandatangani surat."Mata Hesti sangat merah, tampaknya dia baru saja menangis dan suaranya sangat serak.Erino bertanya dengan tidak sabar, "Apa yang sedang kalian lakukan?"Salah satu polisi menepuk bahu Erino, lalu berkata sambil menenangkannya, "Turut berdukacita."Pupil mata Erino sedikit meyipit, dia tidak begitu mengerti maksud ucapannya."Biar aku antar kamu pergi lihat mayatnya dulu, untuk memastikannya."Erino mengikuti polisi itu.Aku benar-benar ingin tahu seperti apa ekspresi Erino saat melihat mayatku, apakah dia akan merasa sedikit sedih.Aku mengikuti mereka sampai ke sebuah kamar. Di sana ada sebuah tempat tidur dan seseorang sedang berbaring di atasnya, seluruh tubuhnya dit
Pandangan matanya kembali ke wajah tersenyum wanita itu di foto pernikahan dan dia bergumam, "Maafkan aku, maafkan aku ...."Dia membalikkan punggungnya, bahunya sedikit bergetar ...."Erino, setelah kita menikah, kamu nggak boleh melakukan sesuatu yang mengecewakan aku. Kamu nggak boleh melakukan hal-hal seperti berpelukan dan berciuman dengan gadis lain selain aku, mengerti?"Mungkin pengingat ini selalu mengingatinya, sehingga dia pulang tepat waktu setiap hari.Setelah menikah, pada ulang tahun pertamanya, aku merajut syal berwarna abu-abu muda untuknya.Pada ulang tahunnya yang kedua, aku pergi ke kampung halamannya dan mempelajari makanan ringan setempat, lalu membuatkan untuknya.Pada ulang tahunnya yang ketiga, aku secara pribadi memasak semangkuk mie panjang umur dan menyajikan kepadanya pada jam 12 pagi. Pada ulang tahun keempat ....Tiba-tiba tidak menemukan kenangan apa pun tentang ulang tahun keempat yang berkaitan dengannya.Benar, dia tidak merayakan ulang tahunnya yang
Pelayan mengucek matanya, ekspresi terkejut di wajahnya semakin tak terkendali, "Tuan, apa yang kamu peluk?"Tuan sedikit mengernyitkan alis, ekspresi matanya tampak tidak senang, "Mirna begitu besar di sini, kamu bahkan nggak nampak?"Selesai bicara, dia melihat kembali ke samping dan terdiam sejenak, dia mulai berbicara pada diri sendiri, "Um, aku tahu, aku nggak menyalahkannya, hanya saja kamu berdiri di sini dengan baik, dan dia bahkan nggak nampak kamu."Selain sikap Tuan yang kadang-kadang membingungkan orang, kehidupannya tidak ada yang berubah sama sekali.Dia selalu menunjukkan sebuah tingkah yang membuat semua orang merasa bahwa Mirna masih hidup.Tuan sangat baik terhadap nyonya khayalan ini.Dia menjadi semakin akomodatif terhadap nyonya, meminta dapur memasak makanan kesukaannya dan mengganti sofa di ruang tamu dengan warna kesukaannya.Setiap tingkahnya menunjukkan kerinduan Tuan terhadap nyonya.Salsa entah dari mana mengetahui keadaan Tuan saat ini, dia menerobos masuk
"Tik tak ... tik tak, trang!"Ini sudah pagi.Aku menatap ke arah kue berwarna biru yang sudah meleleh di atas meja. Satu-satunya lilin di atas kue itu sudah padam.Aku merayakan ulang tahun ke-25 tanpa ditemani siapa pun.Aku berjalan perlahan ke samping meja sambil menatap kue yang belum tersentuh. Aku mengambil kue itu sedikit dengan terlunjuk, lalu memakannya."Selamat ulang tahun." Aku memberi ucapan selamat pada diri sendiri.Setelah itu, aku membuang kue itu ke tong sampah tanpa ragu.Hari sudah larut, Erino pulang.Ketika melihat Erino muncul dari pintu, aku berkata, "Kamu sudah pulang, ya."Tatapan Erino sangat dingin kepadaku. Pria itu berkata sambil mengernyit, "Selain minum anggur, apa kamu nggak ada kegiatan lain yang lebih berguna?"Sambil menggoyangkan gelas, aku menjawab dengan tersenyum, "Minum anggur berguna, kok."Aku menghampiri Erino dengan langkah terhuyung-huyung. "Minum anggur sangat berguna. Ayo, kamu juga minumlah ...." Aku mendekatkan gelas ke bibir Erino. Sa
Pelayan mengucek matanya, ekspresi terkejut di wajahnya semakin tak terkendali, "Tuan, apa yang kamu peluk?"Tuan sedikit mengernyitkan alis, ekspresi matanya tampak tidak senang, "Mirna begitu besar di sini, kamu bahkan nggak nampak?"Selesai bicara, dia melihat kembali ke samping dan terdiam sejenak, dia mulai berbicara pada diri sendiri, "Um, aku tahu, aku nggak menyalahkannya, hanya saja kamu berdiri di sini dengan baik, dan dia bahkan nggak nampak kamu."Selain sikap Tuan yang kadang-kadang membingungkan orang, kehidupannya tidak ada yang berubah sama sekali.Dia selalu menunjukkan sebuah tingkah yang membuat semua orang merasa bahwa Mirna masih hidup.Tuan sangat baik terhadap nyonya khayalan ini.Dia menjadi semakin akomodatif terhadap nyonya, meminta dapur memasak makanan kesukaannya dan mengganti sofa di ruang tamu dengan warna kesukaannya.Setiap tingkahnya menunjukkan kerinduan Tuan terhadap nyonya.Salsa entah dari mana mengetahui keadaan Tuan saat ini, dia menerobos masuk
Pandangan matanya kembali ke wajah tersenyum wanita itu di foto pernikahan dan dia bergumam, "Maafkan aku, maafkan aku ...."Dia membalikkan punggungnya, bahunya sedikit bergetar ...."Erino, setelah kita menikah, kamu nggak boleh melakukan sesuatu yang mengecewakan aku. Kamu nggak boleh melakukan hal-hal seperti berpelukan dan berciuman dengan gadis lain selain aku, mengerti?"Mungkin pengingat ini selalu mengingatinya, sehingga dia pulang tepat waktu setiap hari.Setelah menikah, pada ulang tahun pertamanya, aku merajut syal berwarna abu-abu muda untuknya.Pada ulang tahunnya yang kedua, aku pergi ke kampung halamannya dan mempelajari makanan ringan setempat, lalu membuatkan untuknya.Pada ulang tahunnya yang ketiga, aku secara pribadi memasak semangkuk mie panjang umur dan menyajikan kepadanya pada jam 12 pagi. Pada ulang tahun keempat ....Tiba-tiba tidak menemukan kenangan apa pun tentang ulang tahun keempat yang berkaitan dengannya.Benar, dia tidak merayakan ulang tahunnya yang
Tapi tidak.Saat tiba di kantor polisi, Erino hanya melihat Hesti berdiri di antara beberapa polisi dengan ekspresi sedih di wajahnya.Erino mengerutkan kening dan berjalan mendekat.Hesti meliriknya dengan acuh tak acuh, lalu berkata kepada polisi di sampingnya, "Dia adalah suami Mirna, dia bisa menandatangani surat."Mata Hesti sangat merah, tampaknya dia baru saja menangis dan suaranya sangat serak.Erino bertanya dengan tidak sabar, "Apa yang sedang kalian lakukan?"Salah satu polisi menepuk bahu Erino, lalu berkata sambil menenangkannya, "Turut berdukacita."Pupil mata Erino sedikit meyipit, dia tidak begitu mengerti maksud ucapannya."Biar aku antar kamu pergi lihat mayatnya dulu, untuk memastikannya."Erino mengikuti polisi itu.Aku benar-benar ingin tahu seperti apa ekspresi Erino saat melihat mayatku, apakah dia akan merasa sedikit sedih.Aku mengikuti mereka sampai ke sebuah kamar. Di sana ada sebuah tempat tidur dan seseorang sedang berbaring di atasnya, seluruh tubuhnya dit
Brigitta tercengang sesaat, kemudian menjawab, "Nggak."Mata Erino menunduk dan tidak berbicara lagi.Ekspresi Brigitta tampak bingung. Kurasa dia mungkin belum pernah bertanya kepadaku. Lagipula, dulu akulah yang selalu mengganggunya sepanjang hari. Setelah selesai minum kopi hangat, Erino meletakkan ponsel dan kembali mengerjakan pekerjaan baru. Di siang hari, Brigitta memesan makan siang untuknya.Erino makan dua suap, keningnya berkerut lagi."Makan siang ini, pesan di mana?""Restoran Selesa." Brigitta berpikir sejenak, kemudian bertanya dengan ragu, "Apakah makanan ini tidak cocok dengan seleramu? Apakah kamu perlu memesan yang lain?""Apakah pesanan yang dulu dengan yang kali ini dari restoran yang sama?""Nggak.""Lain kali pesan restoran yang sebelumnya.""..." Brigitta melirik Presdir sekilas dan tidak berani bicara.Erino meliriknya sambil berkata dengan tenang, "Nggak bisa?"Brigitta tampak dilema, kemudian berkata, "Makanan sebelumnya, nyonya yang antar kemari."Brigitta
"Menyebalkan, dia selalu mengekangku!"Salsa terus berada di samping sambil mendengarkan gumaman Erino.Wajah Salsa terlihat muram. Dia merangkul pinggang Erino yang ramping sambil membujuknya, "Erino, kalian sudah bercerai. Nggak ada yang mengekangmu lagi, sekarang kamu boleh minum sampai larut malam.""Bercerai?" Erino memejamkan mata. Dia berkata sambil tersenyum, "Oh ya, benar, kami sudah cerai. Kami sudah cerai ...."Benar, kami sudah bercerai. Erino terlihat sangat bahagia. Padahal aku sudah mencintainya bertahun-tahun, tetapi dia tidak mencintaiku sedikit pun.Dengan terhuyung-huyung, Erino mengambil minuman yang disodorkan. Erino meneguknya langsung hingga mengalir ke lehernya.Ketika tingkah pria menawan itu, Salsa tampak bingung."Sudah, cukup." Salsa menolak tawaran minum dari teman-temannya. "Cukup sampai di sini. Erino sudah mabuk. Aku antar dia pulang."Setelah itu, Salsa memapah Erino keluar dari ruangan.Erino mengikuti Salsa keluar ruangan dan naik ke lantai 60 tanpa m
Setiap menjelang jam makan siang, aku selalu melihat ke arah jam. Selama lima tahun, aku selalu mengantarkan bekal makan siang ke kantor Erino, tetapi hari ini aku tidak datang. Sekretarisnya pasti sudah menebak terjadi sesuatu, jadi dia segera memesankan makan siang untuk Erino.30 menit kemudian, makanan yang dipesan pun datang."Pak Erino, silakan makan."Brigitta menaruh makanan dan pergi.Erino masih sibuk dengan pekerjaannya. Tidak terasa 10 menit sudah berlalu.Erino membuka makanannya. Begitu makan satu suap, dia mengernyit.Mungkin karena rasa makanan kali ini berbeda dari biasanya.Dia makan beberapa suap lagi, lalu berhenti makan.Ponsel di meja tiba-tiba berbunyi. Aku melihat sekilas, ternyata aku tahu siapa yang menelepon. Erino hanya mengangkat telepon, tetapi pandangan matanya masih ke arah dokumen."Erino, kamu sudah selesai kerja?"Erino melirik ke layar ponsel, lalu menjawab dengan tersenyum, "Ya, sebentar lagi.""Kita makan bersama malam ini, ya."Sambil membaca doku
"Tik tak ... tik tak, trang!"Ini sudah pagi.Aku menatap ke arah kue berwarna biru yang sudah meleleh di atas meja. Satu-satunya lilin di atas kue itu sudah padam.Aku merayakan ulang tahun ke-25 tanpa ditemani siapa pun.Aku berjalan perlahan ke samping meja sambil menatap kue yang belum tersentuh. Aku mengambil kue itu sedikit dengan terlunjuk, lalu memakannya."Selamat ulang tahun." Aku memberi ucapan selamat pada diri sendiri.Setelah itu, aku membuang kue itu ke tong sampah tanpa ragu.Hari sudah larut, Erino pulang.Ketika melihat Erino muncul dari pintu, aku berkata, "Kamu sudah pulang, ya."Tatapan Erino sangat dingin kepadaku. Pria itu berkata sambil mengernyit, "Selain minum anggur, apa kamu nggak ada kegiatan lain yang lebih berguna?"Sambil menggoyangkan gelas, aku menjawab dengan tersenyum, "Minum anggur berguna, kok."Aku menghampiri Erino dengan langkah terhuyung-huyung. "Minum anggur sangat berguna. Ayo, kamu juga minumlah ...." Aku mendekatkan gelas ke bibir Erino. Sa