Tiba-tiba Gabriel datang dan langsung menendang tangan Tander yang berusaha membuka pakaian atas pelayan.
Semua orang terkejut melihat kejadian yang begitu cepat itu, tak terkecuali para kawan Gabriel yang tak tahu kapan datang nya.
"Kapan dia datang ya?"
Semua mengangkat bahunya, terdiam melihat Gabriel menghajar Tander dengan kawan-kawannya.
Puas melampiaskan amarah nya, Gabriel segera bergabung bersama kawannnya. Namun sebelum itu ia memanggil manager cafe dan menjelaskan kejadian nya.
Tander beserta kawan-kawannya terpaksa menahan malu saat beberapa satpam mengusir nya dengan kasar.
Gabriel merasa kehausan setelah melepas amarahnya, ia pun duduk dan langsung menenggak minuman salah satu kawannya.
Ia merasa cukup lega setelah menghajar Tander yang berani melukai adiknya, ia merasa harusnya sejak di sekolah ia menghajar laki-laki
2 minggu kemudian,Hari ini adalah hari dimana Gabriel juga Cyra selesai menjalani ujiannya. Sesuai janji, Axel akan membebaskan Gabriel bermain dengan kawan-kawan nya.Hal itu membuat Cyra merasa kesal, pasalnya jika Gabriel bermain bersama temannya maka ia akan merasa kesepian.Sandrina sendiri sudah mulai memegang perusahaan Ayah nya, ia sudah mulai sibuk semenjak hari pertama nya.Hari kebebasan Niken sudah terlewat, namun hingga detik ini semua masih aman terkendali.Anak buah Axel kehilangan jejak ketika mengikuti Niken selepas dari penjara, kemungkinannya Niken tahu jika sedang di awasi seseorang.Tak ingin mengambil resiko, Ardan memperketat semua penjagaan nya. Mulai dari rumah hingga semua anggota keluarga nya.Namun Cyra tahu jika daddy nya menyiapkan beberapa penjaga untuk melindungi nya, ia merasa risih dan merasa
Sebagai seorang ibu Tian merasakan kekhawatiran yang teramat cemas, terlebih ia sama sekali tak bisa menghubungi kedua anak nya itu.Tian bangkit dari ranjangnya, berjalan perlahan menuju balkon kamarnya.Dengan perlahan ia membuka pintu balkon dengan sangat hati-hati, ia tak ingin membangunkan suaminya yang tengah terlelep dalam mimpi nya.Tian duduk termenung seorang diri, menikmati angin malam dengan pemandangan pekat nya malam."Di mana mereka ini, kenapa nggak ada satu pun yang bisa di hubungi." kesal nya.Tian terus menatap ponselnya, ia berharap ada satu pesan dari salah satu anak nya. Namun hingga langit akan bergati warna, satu pun pesan nya tak ada yang terbaca.Dirinya benar-benar mencemaskan putra putri nya, terutama Cyra anak gadis yang menjadi kesayangan bagi keluarga kecil nya."Kalian sebenarnya sedang apa sih, kenapa ngga
"Biarkan saya yang membawa nya, Tuan.""Saya yang akan membawanya masuk, siap kan saja keperluannya.""Baik," patuh nya dengan penuh hormat.Semua pelayan menyambut kedatangan tuan nya, beberapa dari mereka nampak terkejut melihat tuan nya datang dengan seseorang."Apa kamar saya sudah di bereskan?""Sudah, Tuan. Semua keperluan anda sudah siap seperti sebelum nya."Laki-laki itu nampak berjalan dengan begitu hati-hati. Dengan sebelah kaki nya ia membuka pintu kamar mewah nya.Begitu hati-hati ia merebahkan tubuh Cyra di atas ranjang king size nya.Tok... tok.."Masuk," getar suara maskulin nya."Permisi, Tuan. Semua yang anda minta sudah siap. Semua nya ada di ruang sebelah kamar anda.""Han, panggilkan dokter. Gadis ini sejak tadi sama sekali tidak mengg
Sudah dua hari, namun Cyra masih tak kunjung membuka matanya. Ia masih nyaman menutup mata dan terlelap dengan nyaman nya.Arvan begitu cemas, ia menjadi begitu gelisah memikirkan apa yang tengah terjadi dengan gadis yang di tolong nya itu."Han, kamu segera panggil lagi Lita kesini. Suruh dia periksa lagi gadis ini.""Baik, Tuan."Han segera mengundurkan diri dari kamar tuan nya, ia men dial nomor ponsel dokter Lita dan meminta nya untuk segera datang kemari.Dan seperti biasa, dokter Lita sama sekali tak bisa menolak permintaan teman sekaligus tuan nya itu.Ia pun segera bergegas menuju rumah kebesaran tuan nya, sebab di sana sang raja tengah uring-uringan tak jelas.Arvan terus memandangi wajah polos Cyra, matanya terpaku pada bibir Cyra yang terlihat membiru."Ada apa ini? Kenapa bibirnya jadi biru begini?"
Sepanjang perjalanan Gabriel hanya diam membisu, matanya menerawang keluar entah apa yang di fikirkan.Axel merasa ada yang berbeda dengan Gabriel saat ini, ia pun sesekali mencuri pandang pada adik laki-laki nya itu."Ada apa, El?""Apa nya kak?""Kenapa kamu diam saja, apa yang sedang kamu fikirkan? Dan jangan berbohong karena kakak tahu dengan jelas kamu.""Huft, bisa kita menepikan mobilnya sebentar?"Axel menuruti adik laki-laki nya itu, ia segera menepikan mobilnya setelah memastikan jalanan cukup lenggang untuknya menepi."Katakan." ucapnya sembari melepas siftbelt pada tubuhnya.Gabriel tak berucap, ia hanya menyerahkan ponselnya pada Axel."Buat apa?" tanya nya menerima ponsel itu."Kakak lihat rekaman yang di kirimkan anak buah kakak. Aku merasa target kita terlihat
Arvan tengah bersiap menghadiri acara yang diadakan oleh salah seorang rekan bisnis nya.Dengan balutan tuxedo abu-abu membuat dirinya nampak begitu gagah, begitu dewasa dengan bulu-bulu halus yang menghiasi waajah tampan nya."Semua sudah siap, Tuan."Tak lupa Han yang selalu mendampingi tuan nya itu dimana saja. Berbalut setelan jas hijau membuat aura dinginnya semakin terlihat."Apa penerbangan kita juga sudah di siapkan?""Sudah,Tuan. Semua sudah saya atur, kita bisa langsung kembali setelah acara itu."Arvan merasa lega, ia pun segera pergi agar acara segera berakhir.Butuh waktu tiga puluh menit hingga ia tiba di salah satu hotel terkenal di Malaysia."Lebih melelahkan dari yang saya kira." ucap nya menatap banyak nya wartawan yang berjejer di jalur kedatangan.
Sandrina benar-benar marah pagi ini, ia baru saja tahu tentang hilangnya Cyra dan itu sudah sangat terlambat bagi nya."Ayah tahu kan gimana sayang nya aku sama dia? Cyra adik aku, Ayah.""Ayah tahu itu, tapi ini permintaan Axel sendiri. Ayah tak bisa menolaknya, kamu tahu betul gimana kakak sepupumu itu bukan?"Sandrina menghembuskan nafas kasarnya, ia benar-benar gusar mengetahui tentang adiknya yang hilang."Mau kemana kamu?" tanya Sarah."Bun, aku mau menyusul kak Axel ke Bandung.""Nggak perlu.""Kenapa lagi, Ayah.""Axel sudah dalam perjalanan pulang ke Jakarta."Sandrina begitu bahagia mendengar kakak nya itu sudah dalam perjalanan kembali, itu berarti Cyra adik nya juga sudah ketemu menurutnya.Namun lagi-lagi penjelasan Mark membuatnya gelisah, Axel terp
Arvan begitu terkejut melihat Cyra sudah tergeletak di lantai dengan tiang infusan berada di atas tubuhnya.Dengan segera ia berlari menghampirinya, menyingkirkan tiang yang menimpa Cyra da berniat menolong nya.Namun saat tangan Arvan berniat menggapainya, Cyra tiba-tiba menepisnya dengan kasar.Ada rasa ketakutan yang terlihat jelas di mata Cyra saat ini, Arvan menjauhkan tangan nya. Ia berusaha memberikan rasa aman bagi Cyra saat ini."Tenanglah, saya tidak berniat jahat. Saya yang menolong mu hari itu." ucap Arvan.Cyra masih terdiam, sesekali ia memandangi kaki nya yang sama sekali tak bisa di gerakannya itu. Lalu tatapan nya itu kembali pada Ardan yang masih setia bersimpuh di depan nya."Jangan takut, disini kamu aman. Saya sendiri yang akan memastikan itu."Cyra tak menemukan kebohongan dari sorot mata