Arvan begitu terkejut melihat Cyra sudah tergeletak di lantai dengan tiang infusan berada di atas tubuhnya.
Dengan segera ia berlari menghampirinya, menyingkirkan tiang yang menimpa Cyra da berniat menolong nya.
Namun saat tangan Arvan berniat menggapainya, Cyra tiba-tiba menepisnya dengan kasar.
Ada rasa ketakutan yang terlihat jelas di mata Cyra saat ini, Arvan menjauhkan tangan nya. Ia berusaha memberikan rasa aman bagi Cyra saat ini.
"Tenanglah, saya tidak berniat jahat. Saya yang menolong mu hari itu." ucap Arvan.
Cyra masih terdiam, sesekali ia memandangi kaki nya yang sama sekali tak bisa di gerakannya itu. Lalu tatapan nya itu kembali pada Ardan yang masih setia bersimpuh di depan nya.
"Jangan takut, disini kamu aman. Saya sendiri yang akan memastikan itu."
Cyra tak menemukan kebohongan dari sorot mata
Lita masih tak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya, seorang Arvan yang anti dengan perempuan mungkin kini sudah terpatahkan.Dengan telaten ia memeriksa keadaan Cyra dengan teliti, ia tak ingin menjadi bahan omelan Arvan jika salah memeriksa."Gimana?" tanya Arvan, menatap Cyra yang sudah kembali terlelap.Lita tak langsung menjawab, ia menetap sahabatnya itu lalu beranjak menuju sofa."Sepertinya akan percuma jika menyarankan untuk membawa gadis ini ke rumah sakit kan?""Tentu loe udah tahu jawaban nya bukan?" sahut Arvan dengan gaya santai nya.Arvan duduk di pinggiran ranjang, menatap Cyra dan menggenggam tangan nya penuh sayang.Lita semakin di buat tak percaya dengan matanya, bagaimana bisa Arvan berubah dalam waktu sekejab?Ketika waktu menunjukkan pukul lima sore, Han baru bisa mendapatk
Arvan mengajak Axel duduk di sofa ruangan nya."Anda mau minum apa ?""Apa pun itu, tuan Arvan."Tak ingin berlama-lama, Arvan mengambilkan sebuah minuman soda yang ada di kulkas ruangan nya."Apa benar adik saya bersama anda?"Axel langsung bertanya sesuai dengan tujuan awal kedatangannya, ia hanya ingin benar-benar memastikan keberadaan adiknya saat ini.Arvan menghela nafas nya, ia menatap Axel lalu menorehkan senyum singkat nya."Anda bisa melihatnya sendiri."Mata Axel memanas melihat siapa yang sedang di lihatnya lewat ponsel pintar Arvan. Ingin sekali ia merengkuh tubuh itu dan mencium nya."Adik," gumamnya menyentuh layar ponsel tersebut.Pandangan Axel kini tertuju pada Arvan, bagaimana bisa adik nya ada bersama Arvan sedang ia menghilang saa
Arvan membiarkan Cyra tiduran di atas ranjangnya setelah membantunya bergati pakaian.Ia tak memberitahu Cyra jika saat ini ada Axel kakaknya di dalam rumah yang sama dengan nya.Sembari menyisir rambut panjang Cyra, Arvan mulai membuka pembicaraan."Ada yang mau ketemu sama kamu loh.""Siapa?" mengerutkan dahinya."Nanti bakal tahu sendiri, aku bawa masuk dulu ya orang nya."Cyra hanya menatap punggung yang semakin jauh dari pandangan nya itu, jantungnya berdebar tak karuan saat Arvan tak mengatakan siapa yang ingin menemuinya itu.Di lantai bawah sudah ada Axel yang sedari tadi menunggu dengan sabar, ia langsung beranjak ketika melihat pemilik rumah berjalan menghampirinya."Gimana?" tanyanya kemudian."Kita naik ke kamar aja ya, dia lagi istirahat di atas."Axel pun hanya b
Sandrina menatap tak suka pada laki-laki yang terlihat tenang duduk di depan ranjangnya itu. Ia terus menghela nafas mengingat situasi yang saat ini sedang di hadapinya."Semua ini gara-gara si bocah tengik itu, coba aja waktu itu dia nggak ninggalin gue. Pasti sekarang nggak gini kejadian nya." batin nya."Segera hubungi ayah mu itu, katakan jika anak perempuan satu-satu nya kini ada di tangan saya."Terdengar helaan nafas yang cukup panjang dari Sandrina, ia sudah tak tahu lagi cara untuk menghadapi tua bangka di depan nya itu."Kenapa hanya menatapku? Cepat hubungi ayah mu itu." bentak nya, namun sama sekali tak membuat Sandrina takut.Dengan terpaksa Sandirna menghubungi nomor Beno yang ada di ponselnya, lagi-lagi ia harus bersandirwara di depan rival Beno yang begitu menyeramkan.Beno yang kebetulan ada satu mobil dengan Axel terkejut karena Sandrina men
Kini semua orang duduk bersama, menatap pada satu arah yang sama yaitu Sandrina.Sandrina sendiri tertunduk di hadapkan pada seluruh keluarga nya, ada rasa malu juga tak enak hati dalam situasinya saat ini."Ada apa sih ini? Kenapa kita semua di kumpul disini?" tanya Gabriel yang masih tak tahu apa-apa.Sarah menyenggol lengan putrinya, ia ingin putrinya itu segera meminta maaf pada semuanya atas semua kekacauan yang telah di buat nya.Dengan memberanikan diri, perlahan ia mengangkat kepalanya. Menatap satu persatu dari anggota keluarganya."Maaf," cicitnya.Axel menghela nafasnya, ia tahu jika Sandrina melakukan itu karena cemas dengan keadaan Cyra adiknya namun itu juga tidak bisa membenarkan semua tindakan nya."Karena semua keluarga ada disini pagi ini, sekalian saja aku ingin menyampaikan sesuatu." ucap Axel.&nb
Dengan begitu hati-hati dokter Lita membersihkan luka yang ada di telapak tangan Cyra. Sembari meringis menahan perih lukanya, Cyra juga hanya bisa menahan jeritan nya.Ia tak ingin jika ada orang lain yang tahu jika ia kini sedang kesakitan."Jangan di tahan, lepasin aja." ucap dokter Lita yang seakan tahu kondisi Cyra saat ini.Cyra menghela nafasnya, membuat dokter Lita mengalihkan tatapan mata nya."Ada apa? Kenapa menghela nafas begitu?" kembali fokus pada luka nya."Maaf ya dokter Lita," tertunduk penuh sesal."Kenapa minta maaf?""Gara-gara aku sok bisa jadi jatuh deh, terus nanti pasti dokter kena omel om Arvan."Lita sempat tersenyum, ia tak pernah takut sebenarnya menghadapi Arvan yang begitu posesif pada Cyra. Ia hanya merasa bersalah karena tak bisa menjaga Cyra yang jelas-jelas ada di depan mata nya.
Axel masih terus memikirkan tentang kejadian sore tadi di kampung tempat mommy nya meminta berhenti.Ia masih merasa ada yang ganjal dengan kampung tersebut."Apa yang mengganggu mu kali ini, Bang?""Daddy, kenapa belum tidur?"Ardan duduk di sebelah putra nya, mengambil secangkir kopi yang ada di meja kemudian menyesap nya."Mommy mu mengusir daddy dari dalam kamar."Axel pun terkejut dan menatap daddy nya dengan penuh tanya. Sedang Ardan sendiri menghela nafas memikirkan sang istri yang tak ingin berdekatan dengan nya."Daddy sama sekali tidak berbuat salah, Bang. Mommy mu saja yang aneh sekali.""Lalu alasan apa sampai daddy di usir?""Kata mommy mu daddy bau sekali, padahal daddy ini baru selesai mandi. Coba kamu cium." mengarahkan tubuhnya pada sang putra."Bau?"
Apo yang di sampaikan Han barusan membuat emosi nya memuncak tiba-tiba, bagaimana bisa wanita tak tahu diri itu masuk ke dalam rumah nya."Brengsek!""Kalau memang kalian sibuk, biarkan saja saya yang merawat Cyra sendiri. Kalian tidak perlu memanggil calon istri tuan muda itu datang kesini.""Apa yang kamu katakan itu, siapa juga yang mengundangnya datang." begitu tak terima.Lita tak lagi memperdulikan hal itu, kini ia fokus pada kaki Cyra yang harus segera di obatinya.Cyra sendiri masih sangat kesal dengan kedatangan wanita itu hingga sekarang berani membuatnya menahan kesakitan. Ia ingin sekali maju dan menghajarnya, namun mengingat siapa wanita itu membuat dirinya mengurungkan niat nya."Dimana dia sekarang, Han?""Mungkin ada di bawah, Tuan. Saya juga tidak tahu pastinya."Arvan pun meninggalkan kamar dengan wa