Share

Nggak Punya Akhlak

Author: YuRa
last update Last Updated: 2023-03-26 18:43:33

Aku bimbang, sebenarnya aku masih sangat mencintai Mas Fahmi. Tapi disisi lain aku sangat kecewa dan membenci kelakuannya. Berselingkuh itu menurutku sudah merupakan kesalahan besar. Dia sudah mempermainkan janjinya ketika menikah dulu.

Aku memiliki teman yang suaminya berselingkuh. Aku dan beberapa teman menyarankan untuk berpisah saja. Tapi ia tetap mempertahankan rumah tangganya. Karena ia memikirkan anak-anaknya. Ternyata keputusan untuk bertahan itu sangat tepat. Mereka memulai lembaran baru dan mereka terlihat bahagia. Apa aku harus seperti itu ya? Aduh pusing kepalaku. Menasehati orang kayaknya mudah, begitu aku mengalami masalah yang sama, ternyata sudah untuk mengambil keputusan.

"Aku tahu, kamu pasti sangat membenciku. Aku mohon, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya," kata Mas Fahmi lagi.

Belum sempat aku menjawab, terdengar pintu depan di ketuk. Aku segera beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke pintu.

Kulihat Mbak Hani di depan pintu dengan wajah sayu. Mungkin ini
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Meminta Pertanggungjawaban

    "Hani! Kamu ulangi lagi ucapanmu tadi. Biar semua tahu," teriak Ibu dengan sinis."Aku hamil," kata Mbak Hani pelan."Apa?" teriak Mas Hanif yang duduk disampingku."Aku hamil anaknya Fahmi," ucap Mbak Hani lagi.Ayah langsung mendekati Mas Fahmi.Plak! Plak!"Ayah," teriak Ibu.Walaupun Ibu marah dengan Mas Fahmi, mungkin ia tetap tidak tega, melihat Mas Fahmi ditampar oleh Ayah. "Otak itu dipakai untuk mikir! Jangan hanya mikir nafsu saja. Kalau sudah seperti ini, mau apa lagi?" kata Ayah dengan marah."Hanif, tolong telepon bapakmu. Kalau bisa kesini sekarang," kata Ayah pada Mas Hanif."Iya, Pak," jawab Mas Hanif. Kemudian menelepon Bapak."Tunggu Pak Irwan sampai, baru kita bicarakan lagi," kata Ayah. Irwan adalah nama bapakku.Kami semua larut dengan pikiran masing-masing, sambil menunggu kedatangan Bapak dan Ibu."Assalamualaikum." Terdengar suara Bapak mengucapkan salam."Waalaikumsalam." Ayah menjawab salam."Ada apa ini? Kok semua ngumpul disini? Lho Hani sudah disini ya? K

    Last Updated : 2023-03-27
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Berkemas-kemas

    Aku duduk kembali dan bergabung bersama mereka, karena ayah yang meminta."Fahmi, kamu tinggal di rumah Ayah saja. Biarkan Hanum dan anak-anak tinggal disini," kata Ayah."Nggak bisa, Yah. Ini kan rumahnya Fahmi. Kok Fahmi yang harus keluar," teriak Ibu."Sudah, Bu. Nggak usah diungkit-ungkit lagi," bentak Ayah.Ibu langsung terdiam mendengar Ayah membentaknya. Kasihan juga melihat Ibu dibentak Ayah seperti itu. Tapi memang Ibu yang nyebelin."Nggak usah, Yah. Biar saya dan anak-anak yang keluar dari rumah ini. Saya nggak mau nanti diungkit-ungkit terus," kataku."Anak-anak tinggal sama Fahmi saja," celetuk Ibu."Nggak bakal mau, Bu. Anak-anak pasti ikut saya.""Oh, kamu sudah menghasut mereka ya? Nanti biar Ibu yang berbicara dengan mereka," lanjut Ibu."Silahkan saja. Maaf saya mau ke kamar, mau mulai berkemas-kemas," pamitku, kemudian aku melangkah menuju ke kamar. Sampai di kamar, aku mulai berkemas-kemas untuk membawa barang-barangku. Lebih baik aku pergi, biarlah aku tidak ting

    Last Updated : 2023-03-28
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Ada Saat Dibutuhkan

    Aku segera keluar dari kamar untuk melanjutkan menonton televisi. Sambil tiduran di sofa, mataku menatap layar televisi tapi pikiranku kemana-mana.Terdengar seseorang memanggilku. Aku terbangun, berarti aku tadi ketiduran waktu menonton televisi. Kulihat Arya di sampingku."Ibu kenapa tidur disini?" tanya Arya."Nggak apa-apa," jawabku."Ibu bertengkar lagi dengan Ayah?" "Nggak kok.""Maaf, Arya. Ayah dan Ibu sudah tidak bisa bersama lagi. Ibu tidak akan memaksa kalian ikut dengan Ibu. Semua terserah kalian. Beberapa hari lagi Ibu akan keluar dari rumah ini.""Kenapa Ibu harus keluar dari rumah ini? Ibu mau tinggal dimana?" "Karena Ibu tidak bisa satu atap dengan ayahmu lagi. Tadi sore Ibu sudah mencari rumah kontrakan. Kecil sih, ada tiga kamar. Tapi nggak masalah bagi Ibu. Kalian mau tinggal disini nggak apa-apa. Ada Ayah yang akan selalu menjaga kalian."Aku menahan air mataku supaya tidak jatuh. "Apakah Ibu dan Ayah harus berpisah? Tidak adakah pintu maaf untuk Ayah?" tanya Ar

    Last Updated : 2023-03-29
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Beradaptasi

    "Biarlah Mas, malas berurusan dengan Ibu. Tapi semua sertifikat ada ditanganku.""Wah, pintar juga kamu haha…."Aku dan Mbak Sarah ikut tertawa.Setelah membantu berberes-beres, Mas Hanif, Mbak Sarah dan anak-anaknya pulang.Hari yang sangat melelahkan, mulai dari berkemas-kemas di rumah lama, pindahan kesini dan membereskan barang-barang. Sisanya besok saja dilanjutkan."Malam ini Ibu tidur dengan Adiva dulu ya? Kamar Ibu belum ada kasurnya," kataku pada anak-anak ketika menjelang tidur."Nggak apa-apa kok, Bu. Kita tidur ramai-ramai disini. Kasur dua digabung jadi lumayan luas kan?" usul Adiva."Betul itu. Biar Arya yang angkat kasur satunya kesini," kata Arya beranjak ke kamarnya.Malam ini kami tidur bertiga di rumah kontrakan.***Pagi ini aku berangkat ke sekolah, dari kejauhan kulihat mobil Mas Fahmi parkir di depan TK. Aku malas bertemu dengannya, akhirnya aku berhenti dan masuk ke sebuah warung.Aku mengirim pesan pada Susan.[Assalamualaikum, Susan. Ibu ke dinas pendidikan d

    Last Updated : 2023-03-30
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Mendapat Rezeki

    "Bagaimana Mbak Hani, Bu?" tanyaku pada Ibu. Walaupun aku sangat membencinya, ia tetaplah kakakku. "Di rumah terus sekarang, sering melamun. Kemarin habis kontrol ke dokter kandungan. Kehamilan Hani sangat rentan, mengingat usia sudah diatas empat puluh tahun. Karena itu diberi berbagai vitamin untuk menguatkan kondisi janin. Tadi ia sudah tidur, makanya kami tinggal." Ibu menjawab dengan nada sedih."Maafkan Hanum, Bu. Untuk beberapa waktu kedepan, Hanum belum bisa berkunjung ke rumah Ibu. Hanum masih belajar untuk menahan emosi dan menerima kenyataan yang ada. Masih menata hati untuk menjadi lebih baik lagi. Takutnya kalau bertemu dengan Mbak Hani, malah jadi emosi. Semoga Bapak dan Ibu bisa memahami kondisi Hanum," aku berkata memberi penjelasan pada Bapak dan Ibu."Bapak mengerti dengan kondisimu, Nok, dan bisa memakluminya. Kami tidak bisa memaksa kamu untuk memaafkan Hani. Bukannya kami membela dan pilih kasih pada Hani. Kamu berdua anak Bapak dan Ibu, kami tidak membedakan ka

    Last Updated : 2023-03-31
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Jangan Emosi

    Aku sudah ada di tempat yang ditentukan Opik untuk bertemu. Sebuah tempat makan yang cukup ramai. Dulu Mas Fahmi sering mengajak aku dan anak-anak makan disini. Mengingat Mas Fahmi membuatku sedih. Kehidupan yang aku jalani tidak sesuai dengan harapanku. Tapi hidupku terlalu berharga untuk meratapi Mas Fahmi terus. Tak lama kemudian Opik datang. Setelah cipika cipiki, Opik duduk di depanku. Kami memesan makanan, sambil menunggu makanan datang, Opik menanyakan padaku."Ayo," kata Opik."Ayo apa?""Kamu hutang penjelasan denganku."Aku menghela nafas panjang dan berusaha untuk tidak menangis."Aku sudah keluar dari rumah itu bersama anak-anak. Sekarang mengontrak di perumahan Permata. Tentu saja masalah perselingkuhan.""Maafkan aku, Num. Tidak ada disampingmu disaat-saat sulitmu. Sahabat macam apa aku ini?" Opik tampak merutuki dirinya sendiri."Kamu nggak salah. Kamu tetap sahabat terbaikku. Hanya saja, waktu itu aku mau berbicara denganmu. Tapi tidak jadi, karena aku tidak mau selal

    Last Updated : 2023-04-01
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Maafkan Ibu

    Anak-anak sudah duduk lesehan di karpet. Makanan sudah aku siapkan. "Ayo, Bu, kita makan," ajak Arya."Kalian saja yang makan. Tadi Ibu sudah makan disana. Ditraktir Tante Opik.""Ini belinya di restoran Sempurna ya, Bu?" tanya Adiva."Iya, tadi Tante Opik mengajak makan disana.""Sudah lama kita nggak makan disana ya?" kata Adiva lagi.Arya dan Adiva makan dengan lahapnya. Aku hanya menyaksikan mereka makan."Maafkan Ibu ya, Nak?" kataku pada mereka."Maaf kenapa?" tanya Arya."Ibu tidak pernah mengajak kalian makan di restoran lagi." Aku berkata dengan pelan."Maafkan Adiva, Bu. Bukan maksud Adiva menyinggung Ibu," kata Adiva dengan menunduk."Nggak apa-apa, kok. Doakan saja rezeki Ibu mengalir terus. Jadi kita bisa makan di restoran.""Amin," jawab mereka berbarengan.Selesai makan, mereka yang membereskan semuanya. Kemudian mereka masuk ke kamar masing-masing.Aku segera menuju ke kamar Arya. Kuketuk pintu kamarnya."Boleh Ibu masuk?" tanyaku."Masuk saja, Bu," jawab Arya.Aku me

    Last Updated : 2023-04-03
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Laki-laki Pengecut

    Sore hari menjelang Magrib, Mas Fahmi datang ke rumah. Ia membawa makanan. Aku sebenarnya malas untuk menemuinya. Tapi bagaimanapun juga ia masih suamiku yang sah. Mau tidak mau, aku tetap menemuinya.Azan Magrib berkumandang, Arya dan Mas Fahmi pergi ke masjid untuk salat berjamaah. Aku dan Adiva salat di rumah.Setelah Arya dan Mas Fahmi pulang, kami makan malam dengan duduk lesehan. Suasana makan terasa sangat hangat, seperti tidak ada masalah diantara kami. "Arya, Ayah dengar, kamu sekarang bekerja ya?" tanya Mas Fahmi, ketika kami selesai makan."Pasti tahu dari Yang Ti kan?" Arya menjawab dengan nada tidak senang."Apa uang jajanmu kurang? Kenapa nggak minta sama Ayah? Nanti Ayah tambah uang jajannya," kata Mas Fahmi lagi."Maaf, Yah. Jangan nilai semua dengan uang. Untuk masalah uang jajan, alhamdulillah Ibu sudah memberi lebih dari cukup.""Terus alasannya apa? Mencari pengalaman? Begitu ya? Itu alasan klise, pasti ujung-ujungnya uang. Mana ada orang yang bekerja tapi tidak d

    Last Updated : 2023-04-04

Latest chapter

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Baby Boy (Ending)

    Kondisi kesehatan Mbak Hani sudah mulai membaik, Mbak Hani juga sangat menerapkan gaya hidup yang sehat. Tentu saja kami semua bahagia mendengarnya. Mbak Hani juga memiliki semangat yang tinggi untuk sehat. Ia ingin menjadi Mama yang baik untuk Nadya.Arya dan Nadya juga sudah mulai kuliah di kampus yang sama tapi beda fakultas. Aku meminta Arya untuk menjaga Nadya. Ternyata benar dugaan Mbak Hani, Mas Kevin tidak mau membiayai Nadya kuliah. Dengan berbagai macam alasan. Untung saja Mbak Hani sudah menyiapkan semuanya.Untuk Arya, aku juga patut bersyukur. Mas Fahmi membantu biaya masuk kuliah. Arya juga bercerita kalau Yang Kung beberapa kali mentransfer uang untuk biaya hidup bulanan. Padahal kalau mereka tidak mau membantu biaya kuliah, Mas Ray juga sudah menyiapkannya. Hubungan kami dengan keluarga Mas Fahmi juga sangat baik. Beberapa kali aku mengajak Mas Ray ke rumah orang tua Mas Fahmi. Alhamdulillah mereka menerima kami dengan baik.Kehamilanku sendiri sudah memasuki bulan ke

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Masih Sayang

    "Mas, ada fans berat tuh," kataku pada Mas Ray."Boleh Mas samperin dia?""Boleh, siapa takut." Kami pun berjalan menuju ke arah dokter Vanya yang sedang berbincang dengan dokter Ismail dan seseorang."Gandengan terus," ledek seseorang yg tidak aku kenal."Iya, dong. Truk aja gandengan, masa kita enggak." Mas Ray berkata sambil tertawa. Dokter Ismail dan orang itu tertawa, sedangkan dokter Vanya hanya terdiam saja."Selamat ya Ray, bentar lagi punya bayi?" kata dokter Ismail. "Terimakasih dokter.""Cepet bener hamilnya, jangan-jangan sudah…." Dokter Vanya menggantung ucapannya."Hush nggak boleh ngomong gitu," potong dokter Ismail."Biarlah dokter, hanya kami berdua dan Allah yang tahu. Kami menikah sudah tiga bulan dan istri saya hamil dua bulan." Mas Ray menjelaskan.Kami pun berpamitan pada dokter Ismail.Sampai dirumah sudah ada Mama sama Papa yang duduk di ruang keluarga. Adiva sedang menghidangkan minuman."Diminum Opa, Oma," kata Adiva."Terima kasih ya sayang," jawab Mama.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hamil

    "Baru saja Hani mau manggil Bapak dan Ibu, nggak tahunya sudah keluar," kata Mbak Hani."Anak-anak kemana, Mbak?" tanyaku pada Mbak Hani."Tadi katanya mau keluar sebentar, entah kemana.""Naik apa?" tanyaku lagi."Jalan kaki."Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Menikmati makanan buatan Mbak Hani dan bercerita tentang berbagai hal."Hani, kamu semangat ya, ikuti semua anjuran dokter. Ibu akan selalu mendukungmu," kata Ibu dengan tersenyum."Iya, Bu. Hani senang melihat Ibu bisa tersenyum lagi. Tadi Hani sempat merasa kalau Hani yang membuat Ibu bersedih. Senyum Ibu membuat Hani menjadi bersemangat." Mbak Hani menimpali."Kami semua disini mendukungmu. Selain berusaha jangan lupa juga berdoa dengan yang di atas. Semua terjadi karena izin dari Allah," kata Bapak."Iya, Pak. Hani terharu. Terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Hani sangat semangat untuk sembuh, demi Nadya, keluarga kita dan tentu saja demi Hani sendiri," kata Mbak Hani."Mbak, kami semua ada untuk Mbak Hani,"

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memberi Dukungan

    Ceklek! Pintu pun dibuka."Ada apa Pa?" tanya Lea. Adiva pun memegang tanganku.Aku nggak tahu apa yang diucapkan Mas Ray pada anak-anak. Aku tidak bisa fokus. Aku tetap menangis, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Yang kuingat hanyalah suara Adiva memanggilku."Ibu," panggil Adiva, ketika aku membuka mata. Mas Ray dan anak-anak ada di dekatku. Aku masih mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Aku pun menangis ketika mampu mengingat lagi apa yang terjadi."Ayo ke rumah Bapak," ajakku pada Mas Ray.Mas Ray menggelengkan kepalanya. Aku mencoba beranjak dari tidurku, tapi kepalaku sangat sakit. "Kenapa, Bu?" tanya Arya."Pusing.""Aku mau ke rumah Bapak. Arya, antar Ibu ke rumah Akung," kataku dengan kesal karena Mas Ray tidak menuruti permintaanku.Kulihat Arya seperti kebingungan, mungkin dia ingin mengantarku, tapi takut pada Mas Ray.Mas Ray menatap tajam padaku, aku segera memalingkan wajahku. "Sayang, lihat Mas."Aku masih kesal dengannya."Lihatlah Ibu kalian kalau mer

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Butuh Waktu

    Aku mengajak Mbak Hani ke kamar Ibu untuk melihat kondisi Ibu. Kulihat Mas Ray baru saja selesai memeriksa tekanan darah Ibu. "Bagaimana Ibu, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ibu hanya shock saja, semua butuh proses. Sepertinya Ibu belum bisa menerima sebuah kenyataan. Tekanan darah agak naik sedikit. Apa Ibu punya penyakit hipertensi?" tanya Mas Ray."Enggak ada," jawab Bapak."Kita tunggu sebentar lagi, mudah-mudahan segera siuman," kata Mas Ray. Aku dan Mbak Hani duduk di tepi tempat tidur."Maafkan Hani, Bu." Mbak Hani masih saja menangis."Semua bukan salahmu, Hani? Ibu hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," kata Bapak membesarkan hati Mbak Hani.Kami semua hanya terdiam, tak berapa lama Ibu membuka matanya. Ibu tampak bingung melihat kami semua disini."Apa aku sudah mati? Kenapa semuanya berkumpul disini?" tanya Ibu."Ibu masih hidup, dan harus tetap sehat, karena Bapak masih sangat membutuhkan Ibu." Bapak menjawab sambil tersenyum."Apa yang terjadi?" tanya Ibu."Ibu hanya

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Survivor Kanker

    Bapak dan Ibu sangat terkejut mendengar kata-kata Mbak Hani. Kemudian Ibu menangis lagi. Suasana menjadi penuh haru. Hanya Bapak yang tidak menangis, tapi aku yakin kalau Bapak menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Pernah? Berarti sekarang sudah sembuh?" tanya Ibu lagi, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya."Sudah operasi pengangkatan, Bu. Hani survivor kanker." Mbak Hani berkata sambil meneteskan air mata.Ibu semakin keras menangisnya."Oalah Hani, kenapa kamu nggak cerita sama Bapak dan Ibu? Pak, lihatlah anak kita, menderita seorang diri. Orang tua macam apa kita, membiarkan anak sakit dan kita tidak mendampinginya." Ibu berkata sambil menangis. Aku jadi ikut menangis. Mbak Hani mendekati Ibu dan memeluknya. Mbak Hani memegang tangan Ibu dan menariknya untuk ditempelkan ke bagian dada Mbak Hani yang sebelah kiri. Ibu tampak terkejut. "Ini yang dioperasi?" tanya Ibu.Mbak Hani mengangguk pelan."Maafkan Hani, Bu. Hani hanya tidak mau merepotkan Ibu, makanya Hani mel

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status