Share

Hari H Pernikahan

Author: Valen Ash
last update Last Updated: 2020-09-22 18:42:31

Pesta pernikahan diadakan dihalaman Rumah Edwin yang seperti halaman istana bangsawan karena cukup besar. Bunga- bunga sudah di pasang disetiap penjuru area pernikahan itu. Kursi tamu undangan sudah di tata rapi tepat di dua belah sayap panggung. Penataan taman yang begitu mewah dengan tema pesta kebun ini mungkin menjadi pernikahan impian bagi setiap wanita. Terdapat Balok Es juga yang bertuliskan Nama Piona dan Edwin.

Diruang rias Piona diliputi rasa gelisah karena sampai detik ini belum memutuskan akan menghubungi sahabatnya atau tidak. Dengan perasaan takut akhirnya Piona menelpon Dina sahabatnya itu.

"Tut,tut,tut"Tanda panggilan masuk.

"Halo, beb. Ya ampun beb kemana aja?" Dina antusias menjawab telpon.

"Ada kabar bahagia sekaligus buruk kamu mau tahu yang mana ?"Piona menata nafasnya.

"Jangan buat aku takut beb, coba pelan-pelan kamu jelaskan, yang mana aja deh!" Dina mulai penasaran.

"Please jangan kaget ya tp hari ini kamu harus siap kesini!!"Kata Piona.

" Iya terus?" Dina sepertinya tidak sabar.

"Beb aku nikah sekarang, itu kabar bahagianya, " Kata Piona spontan.

What's serius ? Jangan bercanda Piona sama siapa? Kok mendadak banget kamu nggak MBA kan beb?" Dina semakin penasaran.

"Nggak beb ini perjodohan orang tuaku dan aku harus menerima karena berhubungan dengan perusahaan. Nggak ada alasan lagi untuk menolak beb,"Curhat piona.

"Sabar ya beb. okay tunggu, walaupun kamu mendadak kasih tahunnya ke aku, tapi aku makasih banget kamu bilang ke aku ya, beb."

"Sama- sama Din tapi kabar buruknya calon suami ku, kamu pasti kenal dan dia orang yang paling kamu benci di SMA dulu beb,"Jelas piona.

"Sebentar, beb kamu nggak bercanda kan?"Kata dina mengingat orang itu.

"Iya dia Din, Edwin. Kamu nggak marah kan?"Piona menjelaskan dengan rasa takut.

"Duh beb ini beneran, aku dukung segala keputusan kamu kok beb cuma dia kan musuhan banget sama kamu beb? Aku nggak marah kok," Dina makin penasaran.

"Ceritanya panjang Din, bisa datang kesini kan? acaranya jam 9 dirumah Edwin yang dulu dan see u beb setelah pernikahan kita ngobrol ya beb! Bye. "Piona mengakhiri telponnya.

"Ehh beb," "Tut, tutut,tutut..."Tanda telpon berakhir.

"Anakku tersayang "Mama Piona mengambilkan orange jus kesukaan piona

"Ma...."Piona memeluk mamamnya.

"Kamu sudah dewasa ya Piona, maafin mama jika ini membuatmu sedih tapi demi papa sayang. Kalau kita bangkrut mama nggak rela kamu harus putus kuliah."Mama Piona memeluk erat Piona.

"Tapi bukanya rencana ini sudah semenjak aku kecil?"Kata Piona mengerutkan dahinya.

"Awalnya mama nggak setuju, tapi ini memang keadaan mendesak."

"Ini nggak masuk akal di kepalaku ma, kenapa harus aku yang jadi pasangan Edwin kan bisa mencari wanita lain yang mencintai dia mungkin."Jelas piona.

"Alasannya tante Marta memilih kamu karna kamu pantas untuk meneruskan usaha tante Marta. Karena sejak SMA kata tante Marta selain murid teladan kamu juga paling berani membalas perbuatan Edwin. Tante Marta juga butuh wanita yang bisa membuat Edwin tahkluk dan jujur baru kali ini Edwin setuju dengan perjodohanya karena sebelumnya edwin menolak 5 perjodohan yang dilakukan tante Marta. Selain itu yang paling mendesak adalah-- "Jelas mama Piona.

"Apa ma??" Piona mulai penasaran.

"Jangan diam ma apa ??"Piona kembali merengek melihat mamanya terdiam sejenak.

"Tante Marta mengidap kanker payudara stadium 4 dan waktunya kata dokter hanya tinggal tiga bulan,"

"Haahh!!Beneran ma?"Pikiran Piona tiba-tiba buyar sangat tercengang dengan pernyataan mamanya barusan.

"Makanya dia nggak bisa menunggu lagi. Masalah ekonomi keluarga kita tante Marta bersedia menyelesaikannya dan sebagai gantinya kamu akan jadi direktur utama perusahaan kosmetiknya nanti. Tante Marta waktu itu bersujud memohon ke mama untuk menolongnya. Kali ini jika perjodohan ini ditolak oleh Edwin tante Marta juga akan menyerah." lanjut mama Piona.

Piona terkejut mendengar penjelasan itu, hatinya yang awalnya gusar dan gelisah seperti luluh dan merelakan pernikahan ini terjadi.

"Ma, tapi kenapa tante marta nggak pernah cerita?"Tanya Piona.

"Karena Edwin pun belum tahu tentang penyakit mamanya ini, kata tante Marta biarkan saja mereka tidak tahu tentang kondisi tante Marta saat ini karena tante Marta juga belum siap cerita kalau dia sakit. Edwin kan anak tunggal Piona. Jika dia tidak memiliki seorang ibu. tante Marta takut anak semata wayangnya itu kesepian harus ada sosok wanita yang bisa menjadi tempatnya bersandar karena Edwin itu sangat manja sama mamanya,"

Aku mengerti sekarang. Gumam piona dalam hati.

Tiba- tiba dari pintu ruang rias Tante Marta datang.

"Pengantin wanita yang cantik, ayukk sayang tamu sudah menunggu didepan dan sepertinya Edwin sudah tidak sabar menunggumu juga. " Tante Marta memandang wajah Piona penuh kasih sayang.

"Sayang mulai sekarang kamu nggak boleh panggil tante lagi,kamu harus panggil mama ya!"Kata tante Marta. 

"Iya tante, "Jawab piona "Coba sebut apa sekali lagi ?"Tanya tante Marta "Iya ma, "Kata Piona.

Perasaanku seperti melebur, aku seperti merasakan kesedihan dan rasa sakit yang dirasakan tante Marta saat ini. Aku mengerti setiap ibu akan melakukan segala hal untuk kebahagiaan anaknya dan ini adalah salah satu yang seorang ibu lakukan untuk kebahagiaan anaknya.

Akhirnya Piona menuju ke pesta pernikahan itu bersama dengan mama Piona dan tante Marta.

Tepuk tangan riuh dari tamu undangan menyambut perjalanannya memasuki pesta pernikahan ini.

Tampak sahabatnya sudah datang dan beberapa tamu sudah siap menjadi saksi pernikahan Piona dan Edwin.

Piona meraih tangan papa nya untuk diantar ke depan altar sembari berjalan Hatinya bergumam dan menatap Edwin yang sudah menunggunya didepan altar.

Tuhan, aku tahu sampai detik ini aku belum mencintainya. Jika memang dia adalah jodoh yang engkau sediakan untukku berkatilah kami Tuhan. Terjadilah padaku menurut kehendakmu.

Akhirnya piona sampai kedepan altar. 

Tangan piona seakan menurut ketika papanya memberikan telapak tangan piona kepada Edwin.

Edwin tersenyum dan bergumam juga dalam hatinya 

Terimakasih Tuhan Engkau memberiku calon istri yang baik dan Cantik, walaupun aku tahu dia terpaksa menjalani pernikahan ini. Tapi aku tahu dia juga berkorban demi keluarganya. Berkatilah kami Tuhan.

Prosesi Pemberkatan Nikah Dimulai.

" Bersediakah saudara Edwin Herlangga mencintai dan menyayangi saudari Piona Akti dewi dengan sepenuh hati saat susah maupun senang dan sampai maut memisahkan?"

Edwin menatap wajah piona dan dengan mantap menjawab. "Ya saya bersedia."

Kini giliran piona 

"Bersediakah saudari Piona Akti Dewi mencintai dan menyayangi saudara Edwin Herlangga dengan sepenuh hati saat susah maupun senang dan sampai maut memisahkan?"

Suasana begitu hikmat, Piona masih terdiam sejenak dengan waktu yang cukup lama 

Membuat semua tamu undangan menjadi gelisah.

Akhirnya Piona menatap Edwin dengan tatapan malu, dia pun menjawab. " Ya, saya bersedia." 

Tepuk tangan kembali menghiasi pesta pernikahan ini.

"Silahkan pasangkan cincin ke jari pasangan anda!"Kata pendeta.

Tangan mereka berdua sama - sama gemetar

Mereka saling menatap sekali lagi dan mulai saling memasangkan cincin.

Dan setelah pasang cincin selesai.

"Tuhan memberkati kalian berdua dan sekarang kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri silahkan mencium pasangan anda!!" Kata pendeta.

Oh Tuhan kenapa aku lupa dengan adanya adegan ini? Gumam piona tiba-tiba kebingungan 

Edwin yang melihat hal itu tersenyum kecil dan membisikkan sesuatu ketelinga piona sambil menggodanya." Tidak usah setegang itu untuk menciumku, bukankah malam itu kita sudah berciuman?"Edwin tersenyum nakal pada piona.

Dasar cowok mesum. umpat piona dalam hati.

"Aku tidak tegang, biasa aja, " Piona menyangkal kegugupanya dengan ketus.

Riuh Tamu undangan semakin menjadi 

"Cium,cium,cium,cium,cium,cium,cium!!!"

Mereka mengambil posisi berhadapan, Edwin masih geli dan tersenyum melihat Piona salah tingkah ketika Edwin tersenyum dan menatapnya.

Tangan Edwin mengusap pelan helai rambut di kening Piona dan menyingkirkannya sedikit ke bagian telinga, mata Piona gugup memandang Edwin di hadapannya. 

Aku masih tak paham kenapa tatapan matanya begitu lembut dan jari-jemarinya menyampaikan sesuatu seperti perasaan sayang?? Kata Piona dalam benaknya. 

Jari-jemari Edwin dari telinga Piona berlari kecil kebagian belakang leher Piona, menariknya pelan agar Edwin mampu meraih bibir kecil Piona yang sekarang berwana pink kemerahan itu. Pelan tapi pasti, bibir Edwin mulai mendekat ke bibir Piona. Piona yang tak bisa menahan detak jantungnya akhirnya menutup matanya dan bibirnya sudah bersentuhan dengan bibir Edwin sekali lagi, perasaan mereka berdua semakin tidak menentu ketika Edwin mulai melumat bibir Piona dengan lembut. Edwin sama sekali tidak memainkan lidahnya disini, sehingga ciuman itu begitu manis dan penuh dengan rasa sayang. Tangan Edwin yang lain menarik pinggang ramping Piona agar lebih dekat dengannya, Piona yang mulai terbawa suasana sekali lagi melingkarkan tangannya di tengkuk Edwin dan Riuh Tamu undangan semakin ramai terdengar memenuhi pesta pernikahan itu.

Akhirnya Edwin melepaskan bibirnya, Edwin melihat rona merah diwajah Piona.

Ternyata kamu bisa malu juga Ratu Kodok?' Edwin bergumam di hatinya.

Kedua tangan Piona masih ada di tengkuk leher Edwin tapi Piona tidak bisa lagi menahan rasa malunya. Piona menolehkan kepalanya kearah yang lain tapi Edwin meraih dagu Piona dan menolehkan kembali wajah Piona kehadapanya. Tatapan mata itu berlangsung sangat lama sampai akhirnya acara dansa pasangan dimulai dan mereka yang masih sama melanjutkannya dengan berdansa.

"Apa yang kamu pikirkan Ratu Kodok?"Tanya Edwin yang tidak tahan melihat wajah Piona semakin merah.

"Ehhhmmm nggak, aku nggak mikirin apa-apa kok," Piona mulai susah fokus menatap edwin

Kedua tangan edwin meraih kedua pinggang ramping piona, piona terkejut tapi tidak bisa berbuat apa-apa dan mendekatkan bibirnya ke telinga piona.

Edwin mulai berbisik."Dengarkan baik- baik,kamu sangat cantik." Piona benar- benar terkejut debaran jantungnya tidak lagi beraturan, suhu badannya berubah panas, wajahnya semakin memerah. Membuat Edwin saat itu tidak tahan lagi untuk tersenyum dan tertawa melihat piona. Piona yg melihat Edwin tertawa malah membuatnya semakin malu lalu spontan melepaskan tangan Edwin dari pinggangnya dan berlari turun dari panggung dan kembali keruang riasnya. tangan Piona menutupi wajahnya dan terlihat air mata menetes di kedua pipinya.

Edwin terkejut melihat Piona meneteskan air mata, Edwin mengejar Piona tapi dihentikan Oleh tante marta 

"Kenapa piona pergi?"Tante Marta penasaran 

Beruntung tamu undangan tidak banyak yang melihat kejadian ini.

"Bentar ma, "Jawab Edwin tidak bisa menjelaskan.

Edwin berlari lagi, pikirannya tiba-tiba kacau 

Dan sadar sepertinya dia kelewatan kali ini.

Maaf piona, maaf. Hanya kata-kata ini yang terlintas di pikiran edwin saat ini.

Apa-apaan sih, dia malah ketawa? Dasar jahat!Tapi kenapa aku menangis? Aku nggak paham dengan perasaanku, kenapa dia bisa berbicara dengan begitu manis? Pikiran dan hati Piona sedang kacau, sambil terduduk dan mengambil tisu didalam tasnya. Mengusap sedikit air matanya tapi air matanya tidak kunjung berhenti.

Edwin sampai di pintu ruang rias yang terbuka, banyak pemikiran yang berada di benaknya.

Apakah dia benar- benar tersiksa dengan pernikahan ini ? Mungkinkah aku salah menerima perjodohan ini? Apakah selanjutnya kita harus berpisah? Tapi hatiku tidak rela itu terjadi. Edwin gelisah dan gusar dengan perasaannya sendiri. 

Sedikit demi sedikit langkah kakinya memberanikan diri untuk mendekat ke tempat Piona yang terduduk di depan meja rias.

Aku harus berdamai dengan diriku sendiri, aku sudah berjanji di hadapan Tuhan aku tidak bisa mengingkarinya. Kata Piona meyakinkan dirinya didalam hati sambil mencoba menghentikan air matanya.

Piona mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Piona spontan menoleh dan dia melihat Edwin dengan ekspresi seperti merasa bersalah.

Piona terkejut ketika Edwin bersujud di hadapanya dan mercoba menggenggam tangan kanan piona.

"Maaf Piona, apakah menikah denganku begitu menyiksamu ? Maaf jika aku tertawa tadi, aku sangat tulus bilang kalau kamu cantik hari ini. Apakah aku salah dengan hal itu?aku tidak pernah tega melihatmu menangis, aku tahu mungkin pernikahan ini salah, jika kamu mau, aku akan mengakhirinya tapi kalau boleh jujur aku sudah mulai menyukai kamu piona dan aku tidak rela jika aku harus menakhirinya. Apa yang harus aku lakukan?" Edwin mengutarakan isi hatinya. 

Piona terkejut ketika Edwin menyatakan suka kepadanya,

Aku nggak salah denger Edwin menyukaiku?

Dari sepanjang pertanyaan yang diutarakan Edwin kepada piona hanya pertanyaan itu yg berputar- putar di kepalanya.

"Emm-emmm begini," Pona masih tersendat untuk berbicara. "Begini Edwin, bisakah kamu memberiku waktu?aku tidak membenci pernikahan ini ataupun berniat mengakhirinya tapi," Piona kembali terhenti.

"Tapi kamu belum mencintaiku ataupun menyukaiku kan?" Edwin mercoba menebak dan melanjutkan kalimatnya.

Edwin bisa mengerti apa yang aku ingin utarakan? Sekali lagi Piona terkejut.

"Aku tidak akan memaksamu untuk jatuh cinta padaku apalagi membuatmu tidak nyaman di sini, aku akan memberikan banyak waktu untukmu berfikir tapi biarkan aku menyukai mu sepanjang waktu yang aku bisa, aku pun tidak paham perasaan apa ini ?keadaan ini juga diluar akal sehatku. Tapi entah mengapa dari awal aku melihat mu dan dengan pertemuan yang singkat ini aku yakin kamu adalah pasangan yang diberikan Tuhan kepadaku"Jelas Edwin sambil menggenggam kedua tangan Piona yang sekarang resmi menjadi istrinya itu.

" Aku nggak paham kenapa kamu bisa bersikap seperti ini terhadapku?? Dulu kamu begitu jahat sampai tidak ada hari tanpa membuatku menangis. Tidak ada sedikitpun bayangan kamu bisa memperlakukan wanita seperti ini ?? Bahkan aku tidak mengerti kenapa kamu bisa memilihku yang jelas-jelas tidak mencintaimu ?? Kenapa dari 5 perjodohan itu. Kamu bisa memilih aku? Aku selalu takut berhadapan denganmu lagi apalagi sikapmu hari-hari ini sangat baik padaku. Aku takut tiba-tiba kamu berubah dan menjadi sangat sadis seperti di SMA. Jika aku hidup dengan mu. Apa yang akan terjadi padaku ? Apa aku juga akan menangis sepanjang waktu ? Sikapmu yang baik membuatku semakin takut edwin? Apa yang harus kulakukan?"Pecah sudah segala kegalauan dan bayangan buruk Piona terhadap Edwin. 

Piona kembali menangis dan tidak bisa lagi menahan air matanya. Edwin memeluknya dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

"Maafkan aku jika yang kulakukan di SMA membuatmu sangat trauma. Aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa jahat terhadapmu saat itu. Tapi yang aku tahu, saat itu kamu memang satu- satunya wanita yang berani membalas perbuatanku. Aku juga diam-diam tertarik padamu tapi selalu kuurungkan niatku karena akan menjadi aneh jika aku mendekatimu saat itu. Dan nyaliku belum cukup untuk melakukan itu, aku mungkin nggak pernah tahu kita akan dijodohkan tapi saat mama bilang padaku, bahwa dia mengundang mu ke Pesta ulang tahunku. Entah apa yang terpikir olehku saat itu dan aku tidak bertanya apapun dan langsung pulang begitu saja. Padahal selama ini aku masih tidak ingin pulang karena aku trauma dengan perjodohan."

Edwin mengusap rambut Piona perlahan, kali ini pelukan itu membuatnya tenang. 

Ada yang terlintas dipikiran Piona.' Tertarik padaku sejak SMA? Dia trauma dengan perjodohan?' Pertanyaan ini masih terus berputar di pikiran piona.

Pelukan itu dilihat Tante Marta atau mama Edwin di depan pintu ruang rias. Tante Marta tertawa ketika melihat mereka berpelukan dengan begitu mesra.

" Eheemm ..." Tante Marta berdehem mengagetkan mereka.

Edwin dan Piona salah tingkah dan melepas pelukan mereka. Mereka pun terlihat bingung sendiri.

"Ee ... Sepertinya acara masih berlangsung di luar tapi sepertinya aku melihat kalian sudah tidak sabar untuk berduaan?" Kata tante Marta menyindir mereka berdua dengan senyum jahilnya.

"Nggak kok ma," Mereka berdua kompak mengelak.

"Kalau begitu aku tunggu kalian diluar kita makan siang bersama!"Tante Marta meninggalkan mereka berdua dengan ekspresi terkikih geli lalu pergi menuju meja makan VIP yang disediakan di pesta pernikahan itu.

Mereka berdua terlihat salah tingkah di ruang rias itu.

Valen Ash

Cie cie mulai tumbuh benih-benih cinta nih panas dingin belum mulai baca lagi yuk! jangan lupa tinggalkan bintang dan komentarnya yah...

| 3
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Herni
ditunggu kelanjutannya 🥳
goodnovel comment avatar
Herni
kereennn kpn up lg ka?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Malam Pertama 1

    Edwin dan Piona mulai tersenyum, keadaannya masih sama terlihat sangat canggung. Setelah selesai piona memperbaiki make up nya Edwin mengulurkan tangannya. Lalu piona meraih tangan itu dan mereka berjalan menuju meja makan VIP "Jeng, aku punya berita bagus! Tadi waktu aku keruang rias mereka sudah berpelukan lo jeng, sepertinya mereka mulai akrap. Kayanya perjodohan ini tidak salah" Kata tante marta begitu antusias "Apa iya jeng ? Wahh bagus dong jeng" sahut mama piona ikut bahagia "Kalau begitu secepatnya kita menjadi kakek dan nenek sepertinya bagus ya jeng marta? " kata om dodi papa piona. "Iya betul aku setuju, sebentar lagi putra tunggalku juga akan menggantikan aku diperusahaan pakaian ini jadi aku akan punya banyak waktu untuk.bermain dengan cucuku nanti" kata papa edwin dengan bahagia. Raut tante marta tiba-tiba bersedih, dia juga belum memberita

    Last Updated : 2021-04-16
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Malam Pertama 2 ( Sesi Kejujuran)

    "Tunggu!!"Piona tiba-tiba menghentikan Edwin. "Ada apa Piona?" Tanya Edwin dengan lembut "Biarkan aku, meredakan detak jantungku." Kata piona menghembuskan nafasnya. Edwin tertawa kecil,"Apakah kamu segugup itu?" Tanya Edwin sambil tersenyum "Apa kamu tidak gugup? Ini bukan masalah kecil bagiku?" Piona ngambek dan melepaskan tangan Edwin lalu berbalik membelakanginya. Edwin mendekatkan tubuhnya ke Piona dan memeluknya dari belakang. "Edwin, apa yang kamu lakukan??" Piona mencoba melepaskan pelukan Edwin. Tapi tetap tidak berhasil. "Ssttss dengarkan aku!" Edwin membisikkan ketelinga piona dengan lembut "Apa kamu sudah mulai menyukaiku?" tanya edwin masih ditelinga piona. Piona terdiam, aku nggak ngerti apa yang aku rasakan saat ini, tapi aku selalu d

    Last Updated : 2021-04-16
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Bulan Madu 1

    Seketika itu pintu terbuka pelan, Piona dan edwin menaikkan selimutnya sambil saling mendekap. Suara pintu terbuka "Krekkkkkmm...." Ada kepala yang mengintip sambil menutup mata nya, ternyata itu adalah tante Marta. "Piona ... Edwin apa kalian sudah bangun ?" tanya tante Marta agak lirih Mereka berdua menghela nafas.... "Apa Mama boleh masuk?" Kata tante Marta sekali lagi. Edwin dan Piona serentak menjawab." Nggak ma, nggak boleh !" Kata mereka berdua panik. "Apa kalian--" Tante Marta mencoba membuka sedikit matanya. Aku tahu mereka nggak memakai sekalipun kain ditubuh mereka tante Marta tertawa kecil. Mereka semakin meringkuk diselimutnya dan tidak sengaja menahan nafas tanpa mengatakan sepatah katapun. "Mama bercanda, ay

    Last Updated : 2021-04-17
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Bulan Madu 2

    Pukul 15.00 Masih didalam pesawat.....Piona terbangun dari tidurnya. Wajahnya terlihat kusut dengan selimut yang masih menempel dipahanya."Huaaammmmmmnnn."Piona menguap. Rasanya belum sadar dari tidur yang begitu lama."Kamu sudah bangun Piona?" Tanya Edwin masih membaca majalah style di pesawat itu."Kamu nggak tidur ? Kenapa mataku berat sekali? Bolehkah aku membuka pakaianku ? Kenapa rasanya gerah sekali ya Win?" Kata piona masih setengah membuka matanya dan mengibaskan bajunya serasa kepanasan.Edwin terperanjat dan tercengang mendengar pertanyaan piona.Buka baju?apakah ini efek ramuan itu jika digunakan wanita?Piona melepas kancing atas dressnya dan terlihatlah belahan dadanya. Edwin spontan mengambil selimutnya dan menutupi dada Piona.Gawat, kita masih di pesawat sayang. Kenapa efeknya bisa sec

    Last Updated : 2021-04-17
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Khawatir

    Hembusan nafas itu memburu sekali lagi, perlahan tapi pasti, menikmati ritme yang membuat mereka tidak sadarkan diri. Busana Piona terjatuh begitu saja seakan waktu membuat mereka terhanyut lagi dan lagi menikmati setiap air yang mengguyur sekujur tubuh mereka sampai akhirnya mereka menghabiskan waktu sejenak disana.15 menit kemudian...Mereka selesai mandi dan berpakaian.Piona terdiam sejenak di depan kaca dan mulai berdandan memoles bagian mata dan alisnya kemudian bibirnya yang kecil itu.Edwin mendekapnya dari belakang"Sayang!" Edwin mulai manja dengan piona, sambil menciumi pipi istrinya itu."Edwin, berhenti untuk terus menciumku!"Seperti biasa nada jutek Piona selalu menghiasi hari-hari mereka."Akhirnya kita...."kata Edwin " Stop jangan bicara lagi!!" cegah Piona" Aku suka Piona yang ketus dan jutek"Edwin mulai terlihat nggak jelas d

    Last Updated : 2021-04-17
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Cemburu

    Edwin masih asik mengobrol dengan lusi, lusi pun sangat antusias ketika Edwin mulai mengenang masa kecil bersamanya. Lusi adalah teman kecilnya yang tahu kalau Edwin punya penyakit psikologi yang takut untuk dikagumi dan disukai orang lain. Lusi tidak pernah jujur dengan perasaannya karena penyakit yang diderita Edwin waktu itu. Lusi juga takut ketika Edwin tahu perasaannya waktu itu dia akan otomatis membencinya. "Gila! Berapa tahun coba kita nggak ketemu?"Kata Edwin sangat ceria dan dia lupa dengan Piona. "Hampir 6 atau 7 tahun ya? Aku juga sampai lupa?"Kata Lusi sambil menyerutup es teh di tangannya. "Btw, gimana kuliahmu? Udah selesai?"Tanya Lusi "Udah dong.kamu gimana ?" Tanya Edwin. "Aku juga baru selesai?" Kata lusi "Kok kamu tahu aku disini?" Tanya Edwin penasaran. "Kebetulan aja sih, kemarin aku sempet telpon tante Marta. Aku kangen sama dia terus tahu aku ada di LA. Dia ngasih tahu ak

    Last Updated : 2021-04-17
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Salah Paham 1

    Matanya beralih ke bibir kecil yang memucat itu. Piona seakan mengerti apa yang akan terjadi dan apa yang harus dia lakukan, Edwin menutup matanya lalu menyentuhnya perlahan, menggerakkan bibir atas dan bawahnya menyentuh setiap garis yang mulai basah permukaannya. Piona menutup matanya seakan mengikuti gerak yang membuatnya semakin terhanyut.Edwin menarik sentuhan bibirnya dan memandang Piona dengan wajah tersenyum, tergambar nyata bahwa dia sangat mencintai Piona. Edwin mengecup sekali lagi kening Piona dengan penuh kasih sayang dan memeluk istrinya itu ke dadanya. Hangat pelukan itu membuat Piona sangat nyaman sampai suatu ketika ada bunyi yang membuat Piona tersenyum geli” Kruyuk … ” suara itu terdengar jelas dari perut Edwin yang memang sedari tadi belum terisi apapun.Edwin benar-benar belum makan?kata Piona dalam hati sambil tersenyum.” Kamu senang suamimu kelaparan?&rdq

    Last Updated : 2021-04-19
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Salah Paham 2

    Edwin berdiri dengan mengepalkan tangannya, hatinya serasa tertusuk duri besar yang membuatnya sedikit terengah untuk bernafas, mukanya memerah dan matanya kembali bengis seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya. Edwin mencoba menahan emosinya ketika kejadian itu mengganggu pikirannya. Suasana hatinya semakin kacau, Edwin mendekati mereka berdua dan menarik baju Ardi lalu melemparnya kedinding. Tangan kiri edwin yang menahan pundak ardi untuk tetap berada dalam lingkupnya, kemudian tangan kanan Edwin mengepal bersiap untuk melayangkan pukulan ke wajah Ardi. Ardi pasrah dengan keadaan itu karna punggungnya sudah terasa sakit. Kepalan itu rasanya tertahan, Edwin terus melakukan pengendalian sampai akhirnya dia melepaskan Ardi. Edwin berlalu begitu saja setelah melihat Piona disampingnya, dia masuk ke dalam kamar tanpa sepatah katapun, pintu kamar itu dibanting cukup keras membuat Piona terkejut sekaligus ketakutan." Ardi, Maafkan Edwin!" Piona hanya bisa men

    Last Updated : 2021-04-19

Latest chapter

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Hal Tersembunyi 2

    Perasaan tidak menentu mulai menyelimuti pikiran Edwin, bagaimana tidak, seorang yang ada di telepon adalah saudara kembarnya. Banyak hal yang belum diceritakan ke Piona, walaupun papa Edwin sudah tahu semuanya, karena perasaan orang tua tidak bisa di bohongi. Mereka tahu perbedaan antara Edwin dan saudara kembarnya itu. Secepat kilat Edwin melajukan mobilnya untuk sampai di perusahaan, setelah membuka pintu ruangan kantornya. Dia mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangannya itu, dia berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya memutuskan untuk menelpon saudara kembarnya itu. “Kring, Kring, Kring.” Suara handphone berdering, saudara kembar Edwin sudah otomatis menerima panggilan dari Edwin yang merupakan adik kembarnya itu. “Lama sekali kamu menjawab pesanku?” suara yang tidak asing menyapa di telinga Edwin. “Aku harus menjauh dari istriku dulu, baru aku bisa menghubungimu.” Jawab Edwin sambil membetulkan posisi duduknya. “Salah sendiri ka

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Keberangkatan

    Setelah pertengkaran kecil yang terjadi di meja makan, mereka mulai menyelesaikan makan malam itu dengan lahap. Hari itu Papa dan Mama Piona tidak menginap di rumah Edwin dan Piona. Mereka memutuskan untuk pulang karena ada kepentingan yang harus mereka selesaikan. "Sayang, besok nenek akan kesini lagi ya, baik-baik dirumah sama mama dan papa," mama Piona memegang kedua pipi cucu kembar itu. Mereka berdua tersenyum memandang neneknya. "Kalian ini memang sangat menggemaskan," komentar mama Piona. "Win, Piona, papa sama mama pulang dulu ya. Buat kamu Edwin hati-hati dijalan saat keberangkatanmu ke Eropa!" jelas papa Piona. "Makasih pah, pasti!papa sama mama juga hati-hati dijalan!" ucap Edwin sambil bersalaman dan memberi hormat kepada mertuanya itu. Mama dan papa Piona juga berpamitan juga dengan papa Edwin. Akhirnya mereka keluar dan masuk ke dalam mobil. Mobil mereka sudah keluar dari gerbang, Piona yang masih kesal dengan Edw

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Tidak Rela

    Piona yang ikut berteriak langsung loncat dan menutupi suaminya dari pandangan mamanya yang berdiri masih terbelalak melihat kejadian yang tidak terduga ini. "Mama, kenapa nggak ketuk pintu dulu?" Piona yang sudah berdiri di depan Edwin menghalangi pandangan mamanya ke arah sana. "Apa kalian terbiasa teledor?Kenapa pintunya tidak di kunci?Aku kira tidak ada Edwin, kalau yang masuk Wibi dan Wiska gimana?" selagi mama Piona ngomel panjang Lebar, Edwin mengambil handuk yang terjatuh lalu kembali memakainya lagi. "Ma-maaf ma," Edwin tiba-tiba menyahut. "Iya, ma maaf!" Piona ikut memohon. "Ya udah, mama sama papa tunggu dibawah!" Mama Piona menutup pintu dengan segera. Kali ini mama Piona memang sangat terkejut dia juga mengelus dadanya dan ingin menghilangkan pemandangan milik menantunya itu di dalam kepalanya. Mataku benar-benar ternodai saat ini, Oh Tuhan! mama Piona langsung turun ke bawah. Piona memandang Edwin dan mem

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Terkejut

    “Nggak dong, sayang. Lagian ini sudah jam pulang kantor, biarkan saja!Yuk, aku kangen kedua anak kita,” Piona langsung menggeret lengan Edwin untuk pergi meninggalkan perusahaan saat itu juga. Edwin langsung berjalan bersama dengan istrinya itu,”Kamu memang istriku yang sangat hebat, sayang. Kamu mulai bisa seperti mama,” komentar Edwin yang membukakan pintu mobil untuknya. Piona masuk ke mobil dan disusul Edwin yang bersiap menyetir mobilnya, “Aku harus menjalankan amanat mama dengan baik, dia sudah mempercayakan perusahaan ini padaku, aku nggak mungkin kan akan menelantarkannya dan membuat perusahaan ini menurun?” “Aku terlalu bangga sama istriku yang satu ini, pinter ngurus rumah, ngurus anak, ngurus perusahaan, kamu memang nggak ada duanya sayang. Eh tadi kamu bilang kangen kedua anak kita, la kamu nggak kangen aku?” Puji Edwin membuat pipi Piona sedikit memerah dan sedikit ingin tertawa karena suaminya itu. “Jangan berlebihan!Nanti aku ngga

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Rutinitas

    Nafas yang terus memburu membuat Dina dan Gandi sedikit terengah-engah sejenak mengambil nafas, menarik ciuman itu sebentar sambil saling memandang dengan begitu intens, Gandi membetulkan sehelai rambut Dina yang menutupi wajahnya, lalu menyingkirkan rambutnya ke belakang telinganya, “Bolehkah aku melakukannya sekarang?” Gandi masih memandang istrinya itu dengan intens. Dina mengangguk pelan sambil memandang suaminya yang benar-benar membuatnya terbuai saat itu juga, Gandi menyentuh bibir itu lagi. Memagutnya pelan membuat Dina menggeliat, suara desahan mulai nyaring terdengar, ketika dengan liar Gandi membuka kancing baju atas Dina dan memainkan jarinya disana. Gandi melepaskan kaosnya, kembali membuai istrinya itu dengan sentuhan yang beralih ke lehernya, Dina tak kuasa menahan desahan yang membuatnya sedikit meronta, Gandi mulai menelusuri tubuh Dina hingga ke area yang paling sensitif, perlahan segalanya terlepas dari tubuh mereka masing-masing, Gandi menar

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Bulan Madu Dina dan Gandi

    Edwin dan Piona sama-sama masuk ke dalam kamar Wibi dan Wiska, mereka menangis sudah bersiap dengan tangan menengadah untuk minta di gendong.“Mama, hiks”“Papa, hiks”Piona dan Edwin tersenyum melihat anak mereka yang begitu manja,“Anak mama udah bangun, sini sayangku!” Piona berhasil menggendong Wiska.“Sini sama papa, Wibi ganteng , haus ya?” Edwin berhasil menggendong Wibi.Piona dengan cekatan membuatkan susu di dekat box mereka sembari menggendong Wiska, setelah di gendong anak kembar itu berhenti menangis, menunggu susu di dalam botol yang di buatkan oleh Piona jadi.“Dua botol sudah jadi,” Piona mengumumkan membuat anak mereka sudah siap untuk berbaring di pangkuan papa dan mamanya.Piona menyerahkan satu botol kepada Edwin, lalu dia mengambil sebotol lagi untuk di berikan kepada Wiska.Dikamar itu mereka menunggu susu yang di berikan habis di minum anak kembar mereka.“Sayang, anak kita semakin lahap saa

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Hal Tersembunyi 2

    Perasaan tidak menentu mulai menyelimuti pikiran Edwin, bagaimana tidak, seorang yang ada di telepon adalah saudara kembarnya. Banyak hal yang belum diceritakan ke Piona, walaupun papa Edwin sudah tahu semuanya, karena perasaan orang tua tidak bisa di bohongi. Mereka tahu perbedaan antara Edwin dan saudara kembarnya itu. Secepat kilat Edwin melajukan mobilnya untuk sampai di perusahaan, setelah membuka pintu ruangan kantornya. Dia mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangannya itu, dia berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya memutuskan untuk menelpon saudara kembarnya itu. “Kring, Kring, Kring.” Suara handphone berdering, saudara kembar Edwin sudah otomatis menerima panggilan dari Edwin yang merupakan adik kembarnya itu. “Lama sekali kamu menjawab pesanku?” suara yang tidak asing menyapa di telinga Edwin. “Aku harus menjauh dari istriku dulu, baru aku bisa menghubungimu.” Jawab Edwin sambil membetulkan posisi duduknya. “Salah sendiri ka

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Hal Tersembunyi 1

    Pernikahan itu selesai, lelah dirasakan sepasang pengantin baru yang duduk di sofa masih di Gedung Serbaguna itu. Tamu undangan satu persatu sudah pulang, tinggal mereka berdua, kru acara dan sahabat mereka yaitu Edwin dan Piona.“Capek, ya?” tanya Piona yang mengambilkan minum untuk Dina dan Gandi.“Iya, capek banget. Makasih ya, beb.” Tanpa menunggu Dina langsung meneguk minuman itu sampai habis.“Makasih Piona, ternyata perjuangan ya buat nikah aja. Belum juga malam pertama kok engos-engosan gini, yah?” Gandi ikut meneguk minuman itu sampai habis.“Lihat!Baru kaya gini aja udah ngeluh, apalagi entar udah punya anak. Masih mau ngeluh juga?”Edwin yang menidurkan Wibi dipelukannya mulai berkomentar melihat Gandi.Setelah keduanya menghabiskan minuman di gelas itu, bersamaan langsung memberikannya kepada Piona.“Enggak deh Win, nggak jadi ngeluh deh. “ ucap Gandi yang masih merebahkan tubuhnya di sofa.Edwin mengambil sebuah voucher di

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Pernikahan Dina dan Gandi

    Dina dan Gandi bermain bersama Wibi dan Wiska di taman depan rumah mereka, Gandi mengayun-ayunkan Wibi dan Dina menggendong Wiska untuk melihat ikan di kolam dekat taman. Gandi menggendong Wibi lalu mendekati Dina.“Kamu nggak mau, punya anak seperti mereka?” tanya Gandi.“Siapa yang bakal nolak punya anak selucu ini?” Dina tersenyum melirik Gandi di sebelahnya seraya memberikan kode.Aku tahu kamu mikir apa, Gan? Pikir Dina yang mencoba serius menatap Wiska yang tersenyum melihatny sejak tadi.“Ya, udah. Nikahnya dipercepat, gimana sayang?” Gandi terlihat bahagia sambil memainkan tangan Wibi untuk mencolek hidung Wiska.Dina menoleh ke arah Gandi, “Mau nggak ya?” Dina mencoba menggoda Gandi.“Ih, pake mikir segala sih. Tinggal bilang iya aja kok susah!” Gandi terlihat geram dan sangat tidak sabar.“Iya, iya deh. Yuk Nikah! Segitu ngebetnya pingin nikah sama aku?” Dina menyenggol lengan Gandi dengan lengannya.“Emang k

DMCA.com Protection Status