Share

Khawatir

Author: Valen Ash
last update Last Updated: 2021-04-17 15:08:48

Hembusan nafas itu memburu sekali lagi, perlahan tapi pasti, menikmati ritme yang membuat mereka tidak sadarkan diri. Busana Piona terjatuh begitu saja seakan waktu membuat mereka terhanyut lagi dan lagi menikmati setiap air yang mengguyur sekujur tubuh mereka sampai akhirnya mereka menghabiskan waktu sejenak disana.

15 menit kemudian...

Mereka selesai mandi dan berpakaian.

Piona terdiam sejenak di depan kaca dan mulai berdandan memoles bagian mata dan alisnya kemudian bibirnya yang kecil itu.

Edwin mendekapnya dari belakang

"Sayang!" Edwin mulai manja dengan piona, sambil menciumi pipi istrinya itu.

"Edwin, berhenti untuk terus menciumku!"Seperti biasa nada jutek Piona selalu menghiasi hari-hari mereka.

"Akhirnya kita...."kata Edwin " Stop jangan bicara lagi!!" cegah Piona

" Aku suka Piona yang ketus dan jutek"Edwin mulai terlihat nggak jelas dihadapan Piona. Ekpresinya penuh dengan senyuman yang memiliki arti dan cuma Edwin yang tahu hal itu sambil terus mendekap istrinya itu.

"Ting tong," suara bel dari pintu berbunyi.

Edwin melepas pelukannya dan berjalan ke arah pintu...

Edwin membuka pintu...

"I'm sorry sir, this is your breakfast."Kata pelayan penginapan itu.

"Ok, thank you."Jawab Edwin singkat.

pelayan itu masuk kekamar sambil menggeret kereta berisi beberapa hidangan.

Meja makan di kamar itu di desain untuk berdua dan minimalis terletak di bagian pojok kiri ruangan itu. lima menit berlalu pelayan itu keluar dari kamar dan Edwin menyelipkan tip di sela-sela piring yang dibawa pelayan itu.

Edwin menutup pintu kamar itu 

Waktu menunjukan pukul 06.00.

Edwin dan Piona duduk dimeja makan bersiap untuk sarapan sambil menghadap ke jendela kaca yang menampilkan keindahan taman di Santa Monika. Mereka menikmati makanan yang tersedia di meja makan.

"Bisa kamu suapi aku kentang goreng itu!!" Kata Edwin dengan tatapan manjanya.

"Kamu bisa mengambilnya sendiri Win."Jawab Piona seakan tidak mau peka dengan permintaan Edwin.

"Aku mau kamu yang suapi aku!!" Edwin merengek seperti anak kecil.

Piona yang masih dengan gaya juteknya, akhirnya menurut, mengambil garbu dan menancapkan ke kentang itu lalu memasukkan ke mulut Edwin.

"Nyammmmnnnn, gitu dong!" Edwin tertawa ceria dan mengelus perutnya yang telranjur penuh dengan makanan dipagi hari.

Aneh, Edwin jadi semakin manja. Semakin hari dia semakin berani dan selalu melakukan hal yang tidak terduga. Aku selalu diperdaya dan terpedaya olehnya, Piona menggelengkan kepalanya sambil meneruskan makan paginya.

Edwin yang selesai duluan pindah duduk di ranjang sambil menyalakan Tv. Piona pun selesai menyantap sarapan paginya menyusul Edwin untuk ikut menonton tv. Waktu yang masih pagi membuat suasana masih terlihat segar tapi entah mengapa mata Edwin tidak bisa berkrompomi, dia tertidur lelap seketika dalam hitungan menit.

Dasar anak ini, dia selalu mudah untuk tidur, Batin Piona.

Piona yang bosan dengan suasana kamar akhirnya berfikir untuk berjalan-jalan di sekitar penginapan. Pelan-pelan Piona turun dari ranjang mengambil dompet dan hanphonenya lalu perlahan berjalan menuju pintu dan keluar. Piona menelusuri lorong - lorong yang berjajar banyak kamar.

Sampai akhirnya bertemu dengan sebuah lift besar yang transparan di ujung lorong sebelah kiri. Piona naik ke lantai paling atas di penginapan itu dan ternyata ada sebuah kolam renang dengan taman buatan yang cantik. Piona memesan lemon tea kepada salah satu pelayan. karena Piona sama sekali tidak bisa berbahasa inggris, Piona menggunakan aplikasi yang didownload Edwin untuknya.

"Aku mau pesan lemon tea." piona berbicara di aplikasinya dan spontan diterjemahkan dalam bahasa inggris.

Pelayan yang mendengarkan sudah mengerti yang dimaksud oleh Piona.

"Please, wait a minute, Mrs Piona!" kata pelayan itu.

Sambil menunggu minumanya, Piona bersantai di kursi panjang dekat kolam renang sambil menyaksikan beberapa anak kecil dan banyak orang berenang di kolam renang itu.

Suasananya cukup menyenangkan, Kata Piona sambil mengambil majalah disampingnya.

Pukul 07.00.

Edwin mulai terbangun dari tidurnya....

"Piona bisa ambilkan aku minum!"Kata Edwin sambil mengusap matanya yang belum bisa terbuka.

Namun ditempat itu sama sekali tidak ada yang menyaut. Edwin terkejut lalu duduk dan melihat di sekelilingnya tapi Piona tidak ada didepan matanya, Edwin mulai kebingungan dia membuka pintu kamar mandi dan Piona juga tidak ada disana. Tanpa berfikir panjang dia keluar dengan segera dan berlari tanpa tujuan, hatinya mulai khawatir. Edwin menuju ke resepsionis untuk menanyakan keberadaan Piona tapi nihil, tidak ada yang melihatnya.

'Piona kamu dimana? Kenapa kamu tidak memberi kabar?' Edwin mencari handphonenya disaku celananya.

"Ahh sial! hpku ketinggalan di kamar." 

Edwin terus berlari menelusuri setiap ruangan dan taman. Sampai akhirnya dia naik kelantai atas tempat dimana ada kolam renang.

Edwin keluar dari lift dan berlari melihat ke area kolam renang yang sangat ramai itu. matanya terus mencari dan nafasnya semakin terengah- engah.

"Excuseme!" Edwin mencoba mencari ruang untuk berjalan.

Tiba-tiba dia menemukan Piona sedang duduk sambil menikmati lemon teanya. Edwin berhenti mencoba mengatur nafasnya. Lalu 

Edwin tertatih-tatih mendekati Piona dan memeluknya.

"Tolong jangan kamu ulangi lagi hal ini Piona!! Aku bisa mati karena khawatir."

Piona yang terkejut dengan pelukan itu masih tidak paham apa yang di maksud Edwin. Edwin melepaskan pelukkannya dan mencoba mengatur debaran jantungnya yang berlari kencang. 

Edwin berlari? tanpa alas kaki dan wajahnya terlihat lelah? Apa dia ? Piona mulai mengerti.

"Apa kamu mencariku Win?"Tanya Piona tanpa rasa berdosa.

"Siapa lagi yang harus kucari? Apakah aku harus mencari wanita lain? Bisa nggak jika ingin pergi, kamu memberitahuku? Kamu tahu aku berlari menyusuri seluruh penginapan untuk mencarimu? Kamu bilang sendiri kamu nggak ngerti bahasa inggris?Kamu juga bilang kamu takut nyasar? Kamu benar-benar tega piona? Apa kamu tidak bisa mengirimkan aku pesan ?apa kamu sama sekali tidak memikirkan perasaanku?" Jelas Edwin

Wajahnya memerah dan sangat marah, penuh dengan emosi dan rasa khawatir. Untuk pertama kalinya dari bertahun-tahun yang lalu Edwin menampakkan kemarahanya. Tapi kali ini kemarahanya itu tidak membuat Piona takut. Piona memandang wajah nya dan mengusap keringat didahinya. Piona memeluknya lagi, tanpa sadar hatinya tersentuh mencoba menenangkan emosi itu didalam pelukkanya.

Aku nggak tahu kamu akan sekhawatir itu, ternyata kamu begitu menyayangiku sampai seperti ini?Gumam Piona dalam hati.

"Maaf Win, maafkan aku! Aku keterlaluan hingga aku membuatmu khawatir seperti ini. Aku hanya bosan dikamar, Aku tahu aku salah. Aku janji tidak akan mengulanginya. Maaf!" Piona membelai kepala Edwin dengan lembut.

Edwin terdiam dan memeluknya juga

"Kuharap kamu menepatinya Piona. " Kata Edwin yang emosinya mulai mereda.

Waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 

"Sayang sepertinya kita harus bersiap untuk perjalanan pertama kita, ayo kita turun kebawah!"Kata Edwin sambil berdiri dan mengandeng tangan istrinya itu.

"Ayo sayang!"Kata Piona spontan.

Edwin terkejut mendengar hal itu. Edwin tersenyum dan semakin erat untuk menggenggam tangan Piona.

Mereka bersiap untuk berangkat ke Pantai Santa Monica. Cuaca hari itu begitu cerah Edwin dan Piona mengenakan kaca mata hitam mereka dan tak ketinggalan membawa kamera untuk mengabadikan moment disana.

"Silahkan Mr Edwin dan Mrs Piona untuk masuk ke dalam mobil!"Kata matew tour guide mereka.

Mereka berdua berangkat.

"Wn!" Panggil Piona.

"Ya," Edwin menjawabnya dengan singkat.

"Apakah dulu kamu pernah ketempat ini?" tanya Piona

"Hemm belum, aku jarang berekresasi ketempat seperti ini karena kuliahku padat. Kenapa syang ?" Jelas Edwin.

"Nggak kok, Mungkin, kamu pernah punya kenangan dengan mantanmu disini? "Kata Piona.

"Belum pernah Piona sayang. Baru kamu satu-satunya yang kesini bersamaku"Kata Edwin menenangkan Piona.

Akhirnya mereka sampai di pantai Santa Monica.

"Edwin ini indah sekali." Piona tiba-tiba melompat kegirangan setelah sampai di pantai

Edwin melihat Piona berlarian dan benar-benar bahagia pergi ke pantai, raut wajahnya yang ceria membuat Edwin semakin jatuh cinta.

Piona kamu selalu menarik dimataku, gumam edwin dalam hati.

Matahari hampir terik di siang hari itu. Edwin dan Piona menikmati hari pertama mereka di pantai sambil meminum es kelapa muda.

Piona yang terduduk disamping Edwin bersandar di pundaknya mencoba sedikit menutup matanya, menghirup udara yang terasa asin dan begitu menggelitik di hidungnya. Entah sejak kapan Piona begitu nyaman bersama dengan Edwin, Tubuhnya berbicara seakan ingin terus berada di disampingnya. Perhatian Edwin seperti terus mengalir dan membuatnya selalu tersentuh. Mungkin ini pertanda Cinta mulai tumbuh didalam hatinya.

Edwin pun tak pernah lepas untuk memperhatikan Piona, selalu merasa bersyukur dengan pernikahan yang tidak pernah dia duga. Terkadang takdir selalu tidak searah dengan kenyataan dan berujung pahit tapi kali ini takdir itu membawa kenyataan yang begitu manis.

Edwin tersenyum melihat Piona menutup matanya dan sangat menikmati hari itu, 

Waktu makan siang....

Edwin dan Piona diantar ke sebuah restoran tidak jauh dari Pantai Santa Monica.

Menu telah disiapkan untuk paket makan siang mereka dari ikan, sayuran segar, jus buah sampai menu pencuci mulut yang tersedia di meja.

"Wahhh, menunya membuat selera makanku meningkat."Kata Piona yang sudah kelaparan sejak tadi.

"Ekspresimu seperti belum pernah menyantap makanan seperti ini?"Kata Edwin sambil duduk dan bersiap untuk menyantap makanan.

"Inilah ekspresi wanita yang lapar."Kata Piona sambil bergegas mengambil piring dan sendok untuk segera menyantap hidangan dimeja.

Mereka berdua menyantap hidangan dengan begitu lahap, perlahan hidangan diatas meja mulai ludes dan hanya tersisa tulang-tulang ikan yang berserakan di atas piring.

Melihat Piona yang bersemangat makan membuat Edwin ingin tertawa karena mulutnya sudah hampir belepotan dengan cipratan minyak yang terkandung pada ikan.

Edwin menggelengkan kepalanya sambil menghabiskan sisa makanan di piringnya.

Beberapa menit kemudian terlihat seorang wanita turun dari sebuah mobil mewah, wajahnya bukan bule dan terlihat sama seperti Piona dan Edwin. Kilau rambut pirangnya dan tubuhnya yang tinggi memperlihatkan betapa anggunnya wanita itu. Piona yang masih serius menghabiskan makanannya tidak sadar jika wanita itu perlahan mendekat menghampiri Edwin. Edwin terkejut ketika seorang wanita menepuk pundaknya 

"Lusi? apa kabar ?" Edwin berdiri dari tempat duduknya dan memeluk wanita itu.

Piona menoleh kearah wanita itu dan tiba-tiba tersedak saat melihat mereka saling berpelukan. Wajah Piona terlihat sangat kacau tanganya mencoba merapikan mulutnya yang belepotan dengan tisu yang tersedia diatas meja. Perasaannya semakin tidak karuan ketika Edwin dan wanita itu terlihat sangat akrap dan berpindah ke meja lain. Bahkan Edwin sama sekali tidak memperhatikanya ketika dirinya tersedak.

Wanita itu memperlihatkan tatapan yang tidak bersahabat dengan Piona seolah merasa menang karena Edwin lebih memperhatikanya.

Piona meninggalkan meja berlari kecil menuju ke toilet di restoran itu. Entah apa yang sebenarnya dirasakanya saat itu tapi seperti ada yang menahan paru-parunya untuk bernafas dan rasanya jantung itu ingin sekali berhenti berdetak. langkah kakinya berulang kali menabrak kaki meja yang dilewatinya tapi piona tidak menggubris rasa sakit di kakinya itu. 

Sesampainya dikamar mandi.

Piona terus memandang ke kaca, banyak pertanyaan bersarang di kepalanya.

Siapa wanita itu? Apakah mantan pacarnya? Atau teman saat kuliah?kenapa mereka begitu akrap? Kenapa Edwin tiba-tiba tidak peduli padaku? 

Related chapters

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Cemburu

    Edwin masih asik mengobrol dengan lusi, lusi pun sangat antusias ketika Edwin mulai mengenang masa kecil bersamanya. Lusi adalah teman kecilnya yang tahu kalau Edwin punya penyakit psikologi yang takut untuk dikagumi dan disukai orang lain. Lusi tidak pernah jujur dengan perasaannya karena penyakit yang diderita Edwin waktu itu. Lusi juga takut ketika Edwin tahu perasaannya waktu itu dia akan otomatis membencinya. "Gila! Berapa tahun coba kita nggak ketemu?"Kata Edwin sangat ceria dan dia lupa dengan Piona. "Hampir 6 atau 7 tahun ya? Aku juga sampai lupa?"Kata Lusi sambil menyerutup es teh di tangannya. "Btw, gimana kuliahmu? Udah selesai?"Tanya Lusi "Udah dong.kamu gimana ?" Tanya Edwin. "Aku juga baru selesai?" Kata lusi "Kok kamu tahu aku disini?" Tanya Edwin penasaran. "Kebetulan aja sih, kemarin aku sempet telpon tante Marta. Aku kangen sama dia terus tahu aku ada di LA. Dia ngasih tahu ak

    Last Updated : 2021-04-17
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Salah Paham 1

    Matanya beralih ke bibir kecil yang memucat itu. Piona seakan mengerti apa yang akan terjadi dan apa yang harus dia lakukan, Edwin menutup matanya lalu menyentuhnya perlahan, menggerakkan bibir atas dan bawahnya menyentuh setiap garis yang mulai basah permukaannya. Piona menutup matanya seakan mengikuti gerak yang membuatnya semakin terhanyut.Edwin menarik sentuhan bibirnya dan memandang Piona dengan wajah tersenyum, tergambar nyata bahwa dia sangat mencintai Piona. Edwin mengecup sekali lagi kening Piona dengan penuh kasih sayang dan memeluk istrinya itu ke dadanya. Hangat pelukan itu membuat Piona sangat nyaman sampai suatu ketika ada bunyi yang membuat Piona tersenyum geli” Kruyuk … ” suara itu terdengar jelas dari perut Edwin yang memang sedari tadi belum terisi apapun.Edwin benar-benar belum makan?kata Piona dalam hati sambil tersenyum.” Kamu senang suamimu kelaparan?&rdq

    Last Updated : 2021-04-19
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Salah Paham 2

    Edwin berdiri dengan mengepalkan tangannya, hatinya serasa tertusuk duri besar yang membuatnya sedikit terengah untuk bernafas, mukanya memerah dan matanya kembali bengis seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya. Edwin mencoba menahan emosinya ketika kejadian itu mengganggu pikirannya. Suasana hatinya semakin kacau, Edwin mendekati mereka berdua dan menarik baju Ardi lalu melemparnya kedinding. Tangan kiri edwin yang menahan pundak ardi untuk tetap berada dalam lingkupnya, kemudian tangan kanan Edwin mengepal bersiap untuk melayangkan pukulan ke wajah Ardi. Ardi pasrah dengan keadaan itu karna punggungnya sudah terasa sakit. Kepalan itu rasanya tertahan, Edwin terus melakukan pengendalian sampai akhirnya dia melepaskan Ardi. Edwin berlalu begitu saja setelah melihat Piona disampingnya, dia masuk ke dalam kamar tanpa sepatah katapun, pintu kamar itu dibanting cukup keras membuat Piona terkejut sekaligus ketakutan." Ardi, Maafkan Edwin!" Piona hanya bisa men

    Last Updated : 2021-04-19
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Buah Hati 1

    " Win kamu kok senyum-senyum sendiri mikirin apa ?" tanya Piona"Emm nggak mikirin apa-apa kok." mengelak tapi masih terus tersenyumEdwin membuka kamar penginapan." Aku mandi duluan ya win!" kata Piona sambil mengambil peralatan mandi dan piama tidurnya." Iya sayang." kata Edwin sambil membaringkan tubuhnya ke ranjang.Lima belas menit kemudian Piona selesai dan gantian Edwin yang mandi." Sayang, kamu nggak mau menggosok punggungku?" tanya Edwin" Nggak." Piona tiba-tiba ketus' Dia mulai berani lagi.'" Kamu kok galak sih sayang?" kata Edwin masih mengintip dari pintu kamar mandi." Sana Mandi, Edwin!!!" Piona menaikkan nada suaranya" Iya, iya aku mandi " kata Edwin sambil menutup kamar mandi.'Apa dia tidak pernah bosan menggoda

    Last Updated : 2021-04-20
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Buah Hati 2

    Edwin tidak lagi menahan hasratnya yang terus memburu membanjiri setiap liuk tubuh piona di malam itu. Piona menggeliat mendesah seolah tak ada lagi lampu merah yang menghentikannya. Tangan Edwin yang terus membelai piona yang sontak bergerak membuatnya semakin bergairah lagi. Pecah sudah desahan itu ketika puncak ruang itu membuat mereka lega dan berhenti dengan senyuman.Keesokan harinya.....Edwin masih tertidur pulas, piona terbangun dari tidurnya. Kali ini sudah tidak ada canggung dan malu pada dirinya. Piona sadar pada waktunya dia akan menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dan mau tidak mau dia harus siap.Piona mengecup kening Edwin dan beranjak dari ranjang untuk membuat kopi panas untuk suaminya itu."Sayang... bangun!" Piona membangunkan Edwin perlahan di pinggir ranjang sambil membelai rambut suaminya itu.Edwin mengusap matanya yang tidak mau terbuka karena mere

    Last Updated : 2021-04-20
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Buah Hati 3

    Apa Piona telat makan ya? kok dia mual padahal makanan ini enak.'Gumam Edwin dalam hatinya."Sayang kamu telat makan?"Tanya Edwin."Uwwwk...uww. Bentar sayang aku mau ke toilet dulu. Aku sejak tadi tidak berhenti muntah." Piona menahan untuk muntah sambil berlari ke kamar mandi.Edwin cemas.Piona kenapa ya ? Semua salahku coba aku makan dari tadi pasti dia juga makan dan nggak telat kaya gini.Edwin mengikuti Piona sampai depan toilet.Beberapa menit kemudian Piona keluar dari dalam Toilet"Sayang kamu nggak papa?Wajahmu pucat sekali?"Tanya Edwin. Sambil membelai wajah istrinya."Aku nggak pap..." Piona tiba-tiba pingsan di pelukan Edwin."Sayang, kamu kenapa?" Edwin menggendongnya lalu membawanya mencari suster ataupun dokter.Mereka akhirnya membawa Piona ke ruang tindakan. Edwin cemas di dep

    Last Updated : 2021-04-20
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Reuni SMA season 1

    Edwin benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Edwin berbalik menghadap ke Piona dan menggenggam kedua tangannya."Sayang, jangan salahkan aku. Jika aku berbuat lebih hari ini." Edwin berbicara pelan kepada Piona lalu dengan tiba-tiba menggendong Piona ke kamar mandi."Arrrhhhh, Edwin. Turunkan aku!!"kata Piona meronta tapi tetap tidak berhasil."Kan kamu yang mancing?"kata Edwin."Iya, Ampun sayang!"kata Piona masih meronta sambil memohon.Edwin hanya tersenyum menatap istrinya itu dan berjalan ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian.Mereka berdua selesai mandi. Edwin mengajak Piona untuk berbincang sebentar sebelum mereka tidur."Sayang, kamu ingat Gandi?" tanya Edwin."Gandi? Gandi cuma ada satu yang ku kenal. Dia kakak kelas dari tiga serangkai di SMA kita kan?." Jelas Piona."Ternyata i

    Last Updated : 2021-04-21
  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Reuni SMA Season 2

    Waktu menunjukkan Pukul 12.30 siang.Edwin dan Piona meminta ijin dengan keluarganya itu untuk persiapan pesta malam ini."Ma, Edwin dan Piona pergi dulu ya?Besok kita akan jemput mama ke sini untuk pulang ke rumah Edwin nggak sabar."kata Edwin mencium pipi mamanya dan mencium tangan papanya."Iya sayangku, hati-hati dijalan. Jagain Piona baik-baik ya!" kata tante Marta."Iya ma, pasti!" jawab Edwin.Mereka berdua turun ke parkiran untuk naik mobil dan bergegas untuk pulang.Lima belas menit kemudianMereka sampai di rumah, Edwin dan Piona mempersiapkan untuk Viting baju. Mereka sama-sama memilih warna Putih dan hitam saat itu. Edwin keluar dari ruang ganti dan terlihat begitu tampan dengan setelan jas yang didesain dari Eropa itu. Giliran Piona dia hanya mencobanya di ruang ganti dan tidak memakainya saat keluar ruangan."Aku pas sekali memakai gaun ini." Piona memberikan kepada salah satu desainer."Loh sayang, aku mau

    Last Updated : 2021-04-21

Latest chapter

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Hal Tersembunyi 2

    Perasaan tidak menentu mulai menyelimuti pikiran Edwin, bagaimana tidak, seorang yang ada di telepon adalah saudara kembarnya. Banyak hal yang belum diceritakan ke Piona, walaupun papa Edwin sudah tahu semuanya, karena perasaan orang tua tidak bisa di bohongi. Mereka tahu perbedaan antara Edwin dan saudara kembarnya itu. Secepat kilat Edwin melajukan mobilnya untuk sampai di perusahaan, setelah membuka pintu ruangan kantornya. Dia mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangannya itu, dia berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya memutuskan untuk menelpon saudara kembarnya itu. “Kring, Kring, Kring.” Suara handphone berdering, saudara kembar Edwin sudah otomatis menerima panggilan dari Edwin yang merupakan adik kembarnya itu. “Lama sekali kamu menjawab pesanku?” suara yang tidak asing menyapa di telinga Edwin. “Aku harus menjauh dari istriku dulu, baru aku bisa menghubungimu.” Jawab Edwin sambil membetulkan posisi duduknya. “Salah sendiri ka

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Keberangkatan

    Setelah pertengkaran kecil yang terjadi di meja makan, mereka mulai menyelesaikan makan malam itu dengan lahap. Hari itu Papa dan Mama Piona tidak menginap di rumah Edwin dan Piona. Mereka memutuskan untuk pulang karena ada kepentingan yang harus mereka selesaikan. "Sayang, besok nenek akan kesini lagi ya, baik-baik dirumah sama mama dan papa," mama Piona memegang kedua pipi cucu kembar itu. Mereka berdua tersenyum memandang neneknya. "Kalian ini memang sangat menggemaskan," komentar mama Piona. "Win, Piona, papa sama mama pulang dulu ya. Buat kamu Edwin hati-hati dijalan saat keberangkatanmu ke Eropa!" jelas papa Piona. "Makasih pah, pasti!papa sama mama juga hati-hati dijalan!" ucap Edwin sambil bersalaman dan memberi hormat kepada mertuanya itu. Mama dan papa Piona juga berpamitan juga dengan papa Edwin. Akhirnya mereka keluar dan masuk ke dalam mobil. Mobil mereka sudah keluar dari gerbang, Piona yang masih kesal dengan Edw

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Tidak Rela

    Piona yang ikut berteriak langsung loncat dan menutupi suaminya dari pandangan mamanya yang berdiri masih terbelalak melihat kejadian yang tidak terduga ini. "Mama, kenapa nggak ketuk pintu dulu?" Piona yang sudah berdiri di depan Edwin menghalangi pandangan mamanya ke arah sana. "Apa kalian terbiasa teledor?Kenapa pintunya tidak di kunci?Aku kira tidak ada Edwin, kalau yang masuk Wibi dan Wiska gimana?" selagi mama Piona ngomel panjang Lebar, Edwin mengambil handuk yang terjatuh lalu kembali memakainya lagi. "Ma-maaf ma," Edwin tiba-tiba menyahut. "Iya, ma maaf!" Piona ikut memohon. "Ya udah, mama sama papa tunggu dibawah!" Mama Piona menutup pintu dengan segera. Kali ini mama Piona memang sangat terkejut dia juga mengelus dadanya dan ingin menghilangkan pemandangan milik menantunya itu di dalam kepalanya. Mataku benar-benar ternodai saat ini, Oh Tuhan! mama Piona langsung turun ke bawah. Piona memandang Edwin dan mem

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Terkejut

    “Nggak dong, sayang. Lagian ini sudah jam pulang kantor, biarkan saja!Yuk, aku kangen kedua anak kita,” Piona langsung menggeret lengan Edwin untuk pergi meninggalkan perusahaan saat itu juga. Edwin langsung berjalan bersama dengan istrinya itu,”Kamu memang istriku yang sangat hebat, sayang. Kamu mulai bisa seperti mama,” komentar Edwin yang membukakan pintu mobil untuknya. Piona masuk ke mobil dan disusul Edwin yang bersiap menyetir mobilnya, “Aku harus menjalankan amanat mama dengan baik, dia sudah mempercayakan perusahaan ini padaku, aku nggak mungkin kan akan menelantarkannya dan membuat perusahaan ini menurun?” “Aku terlalu bangga sama istriku yang satu ini, pinter ngurus rumah, ngurus anak, ngurus perusahaan, kamu memang nggak ada duanya sayang. Eh tadi kamu bilang kangen kedua anak kita, la kamu nggak kangen aku?” Puji Edwin membuat pipi Piona sedikit memerah dan sedikit ingin tertawa karena suaminya itu. “Jangan berlebihan!Nanti aku ngga

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Rutinitas

    Nafas yang terus memburu membuat Dina dan Gandi sedikit terengah-engah sejenak mengambil nafas, menarik ciuman itu sebentar sambil saling memandang dengan begitu intens, Gandi membetulkan sehelai rambut Dina yang menutupi wajahnya, lalu menyingkirkan rambutnya ke belakang telinganya, “Bolehkah aku melakukannya sekarang?” Gandi masih memandang istrinya itu dengan intens. Dina mengangguk pelan sambil memandang suaminya yang benar-benar membuatnya terbuai saat itu juga, Gandi menyentuh bibir itu lagi. Memagutnya pelan membuat Dina menggeliat, suara desahan mulai nyaring terdengar, ketika dengan liar Gandi membuka kancing baju atas Dina dan memainkan jarinya disana. Gandi melepaskan kaosnya, kembali membuai istrinya itu dengan sentuhan yang beralih ke lehernya, Dina tak kuasa menahan desahan yang membuatnya sedikit meronta, Gandi mulai menelusuri tubuh Dina hingga ke area yang paling sensitif, perlahan segalanya terlepas dari tubuh mereka masing-masing, Gandi menar

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Bulan Madu Dina dan Gandi

    Edwin dan Piona sama-sama masuk ke dalam kamar Wibi dan Wiska, mereka menangis sudah bersiap dengan tangan menengadah untuk minta di gendong.“Mama, hiks”“Papa, hiks”Piona dan Edwin tersenyum melihat anak mereka yang begitu manja,“Anak mama udah bangun, sini sayangku!” Piona berhasil menggendong Wiska.“Sini sama papa, Wibi ganteng , haus ya?” Edwin berhasil menggendong Wibi.Piona dengan cekatan membuatkan susu di dekat box mereka sembari menggendong Wiska, setelah di gendong anak kembar itu berhenti menangis, menunggu susu di dalam botol yang di buatkan oleh Piona jadi.“Dua botol sudah jadi,” Piona mengumumkan membuat anak mereka sudah siap untuk berbaring di pangkuan papa dan mamanya.Piona menyerahkan satu botol kepada Edwin, lalu dia mengambil sebotol lagi untuk di berikan kepada Wiska.Dikamar itu mereka menunggu susu yang di berikan habis di minum anak kembar mereka.“Sayang, anak kita semakin lahap saa

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Hal Tersembunyi 2

    Perasaan tidak menentu mulai menyelimuti pikiran Edwin, bagaimana tidak, seorang yang ada di telepon adalah saudara kembarnya. Banyak hal yang belum diceritakan ke Piona, walaupun papa Edwin sudah tahu semuanya, karena perasaan orang tua tidak bisa di bohongi. Mereka tahu perbedaan antara Edwin dan saudara kembarnya itu. Secepat kilat Edwin melajukan mobilnya untuk sampai di perusahaan, setelah membuka pintu ruangan kantornya. Dia mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangannya itu, dia berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya memutuskan untuk menelpon saudara kembarnya itu. “Kring, Kring, Kring.” Suara handphone berdering, saudara kembar Edwin sudah otomatis menerima panggilan dari Edwin yang merupakan adik kembarnya itu. “Lama sekali kamu menjawab pesanku?” suara yang tidak asing menyapa di telinga Edwin. “Aku harus menjauh dari istriku dulu, baru aku bisa menghubungimu.” Jawab Edwin sambil membetulkan posisi duduknya. “Salah sendiri ka

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Hal Tersembunyi 1

    Pernikahan itu selesai, lelah dirasakan sepasang pengantin baru yang duduk di sofa masih di Gedung Serbaguna itu. Tamu undangan satu persatu sudah pulang, tinggal mereka berdua, kru acara dan sahabat mereka yaitu Edwin dan Piona.“Capek, ya?” tanya Piona yang mengambilkan minum untuk Dina dan Gandi.“Iya, capek banget. Makasih ya, beb.” Tanpa menunggu Dina langsung meneguk minuman itu sampai habis.“Makasih Piona, ternyata perjuangan ya buat nikah aja. Belum juga malam pertama kok engos-engosan gini, yah?” Gandi ikut meneguk minuman itu sampai habis.“Lihat!Baru kaya gini aja udah ngeluh, apalagi entar udah punya anak. Masih mau ngeluh juga?”Edwin yang menidurkan Wibi dipelukannya mulai berkomentar melihat Gandi.Setelah keduanya menghabiskan minuman di gelas itu, bersamaan langsung memberikannya kepada Piona.“Enggak deh Win, nggak jadi ngeluh deh. “ ucap Gandi yang masih merebahkan tubuhnya di sofa.Edwin mengambil sebuah voucher di

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Pernikahan Dina dan Gandi

    Dina dan Gandi bermain bersama Wibi dan Wiska di taman depan rumah mereka, Gandi mengayun-ayunkan Wibi dan Dina menggendong Wiska untuk melihat ikan di kolam dekat taman. Gandi menggendong Wibi lalu mendekati Dina.“Kamu nggak mau, punya anak seperti mereka?” tanya Gandi.“Siapa yang bakal nolak punya anak selucu ini?” Dina tersenyum melirik Gandi di sebelahnya seraya memberikan kode.Aku tahu kamu mikir apa, Gan? Pikir Dina yang mencoba serius menatap Wiska yang tersenyum melihatny sejak tadi.“Ya, udah. Nikahnya dipercepat, gimana sayang?” Gandi terlihat bahagia sambil memainkan tangan Wibi untuk mencolek hidung Wiska.Dina menoleh ke arah Gandi, “Mau nggak ya?” Dina mencoba menggoda Gandi.“Ih, pake mikir segala sih. Tinggal bilang iya aja kok susah!” Gandi terlihat geram dan sangat tidak sabar.“Iya, iya deh. Yuk Nikah! Segitu ngebetnya pingin nikah sama aku?” Dina menyenggol lengan Gandi dengan lengannya.“Emang k

DMCA.com Protection Status