"Aurora? Sayang? Venus bertanya bagaimana konsep pernikahan idamanmu?" Zack menyentuh lembut punggung Aurora yang melamun.Padahal mereka sedang menerima tamu. Venus, seorang wedding organizer kenalan June.Setelah satu minggu kembali dari rumah Mami, Aurora seringkali termenung. Zack yang mengamati hanya mengira wanitanya sedang shock dengan banyaknya acara menjelang hari pernikahan mereka."Ummm ... boleh aku lihat-lihat saja dulu brosur-brosur ini? Semua bagus dan indah, aku perlu waktu memikirkannya." Aurora tersenyum pada Venus dan Zack."Tentu. Hubungi aku kapan saja jika ingin bertanya." Venus memaklumi. Ia segera berkemas dan pamit.Zack mengantar Venus hingga ke pintu. Mengucapkan terima kasih lalu kembali duduk di sisi Aurora yang lagi-lagi melamun."Sayang?" Sejak hubungan mereka telah diketahui kedua keluarga, Zack langsung memutuskan memanggil Aurora dengan panggilan romantis."Ya." Aurora menjawab singkat."Jangan mengelak lagi. Katakan apa yang ada di pikiranmu beberapa
Dorr!!Zack melesat ke ruang kerja Aurora melalui pintu penghubung. Dengan jantung berdebar kencang ia menatap pemandangan di depannya.Satu pengawal kebangsawanan berdiri di depan Aurora melindungi putri bangsawan tersebut. Satu lelaki kekar lain menarik kedua lengan Kyla ke belakang punggungnya.Sebuah pistol tergeletak di lantai."Aurora!"Langkah Zack tertahan pengawal yang melindungi Aurora. Sementara Aurora hanya diam terpaku dengan tatapan tajam pada Kyla.Detik berikutnya, telah banyak orang berkumpul di ruang Aurora."Aurora!" Zack kembali memanggil tunangannya dan menjulurkan tangan meminta Aurora menggenggamnya.Dengan wajah tetap waspada, Aurora mengangguk lalu memberi kode pada pengawalnya untuk memberinya jalan. Aurora melewati pengawal dan melangkah ke arah Zack.Zack mengembuskan napas lega saat akhirnya bisa memeluk Aurora. Kedua tangannya lalu menangkup wajah Aurora dan mengamatinya."Kamu tidak apa-apa, sayang?"Aurora menggeleng, lalu melirik Kyla yang sedang teris
Aurora dipaksa pulang ke kastil setelah kejadian penodongan senjata. Kakek Viscout bahkan mengirim banyak pengawal khusus. Meski begitu, negosiasi Zack dengan Kakek Viscout berhasil.Tunangan Aurora itu berjanji akan membawa Aurora ke kastil saat urusan dengan Kyla selesai. Ia harus memastikan, Kyla dihukum setimpal karena hampir melukai wanita yang dicintainya.Di kantor polisi, Kyla dengan pongahnya meminta beberapa pejabat membantu dirinya. Ia yakin bisa keluar dari tuduhan ancaman dan kekerasan pada seseorang.Namun tidak ada yang berani membela Kyla setelah tau siapa orang di balik Aurora."Maksud Anda? Saya akan tetap di penjara? Tidak, tunggu dulu." Kyla dengan panik berteriak.Polisi memberikan kesempatan kembali pada Kyla untuk menelepon sesorang. Pejabat berumur yang merupakan ayah dari bayi di dalam rahimnya segera mengirim seorang pengacara kenamaan."Terus? Bagaimana? Kyla bebas?" Aurora bertanya saat mereka telah dalam pesawat yang dikirim Kakek Viscout."Kakek Viscout
“Kakek,” sapa Aurora sebelum masuk ke ruang kerja Kakek Viscout.Tanpa mengalihkan pandangannya pada kertas-kertas di meja, Kakek Viscout berkata, “Masuk, Aurora.”“Apa Aurora mengganggu? Kakek sedang sibuk?” Aurora mengamati apa sedang Kakek-nya lakukan beserta seorang ajudan di sampingnya.“Tidak. Hanya memeriksa berkas ini. Sebentar lagi selesai.”Beberapa menit kemudian, ajudan Kakek Viscout keluar. Lelaki itu itu menggiring cucunya untuk duduk di sofa.“Zack belum kembali?”Aurora menggeleng. “Zack bilang mungkin menjelang malam baru kembali.”Kakek Viscout tersenyum. “Biarkan. Kakek senang Zack memiliki sahabat seperti Evis dan Vigor yang sama-sama berdarah bangsawan.”“Ih, Kakek kok gitu.” Aurora tak setuju dengan pernyataan sang Kakek. “Semua manusia sama. Jangan hanya dilihat dari status dan keturunannya dong. Zack memiliki sahabat lain yang baik seperti Louis dan Zavian.”“Kakek tau. Zack memiliki persahabatan yang baik dengan Zavian, Vigor, Elvis dan Louis. Bukan maksud mem
Malam sebelum pesta, Aurora tidak dapat tidur. Ia terus menatap manekuin yang menggunakan gaun pengantin cantik rancangan June yang akan ia gunakan besok pagi.Tuhan ternyata sebaik itu padanya. Dulu, ia selalu berpikir kenapa Ibu dan ayahnya meletakkannya di depan pintu panti asuhan. Kenapa mereka tidak membawanya saja dan ikut jatuh ke jurang bersama?Kini, ia tidak menyesali dirinya. Ia banyak memberi kebahagiaan pada orang lain. Kini saatnya, ia mendapatkan kebahagiaannya sendiri.“Tok, tok, tok.”Aurora menoleh cepat. Suara ketukan itu berasal dari balkon. Jantungnya berdebar, lalu meraih telepon, berniat memanggil pengawalnya.Namun kemudian suara Zack menyapanya. “Aurora, ini aku. Buka pintu balkonnya.Dengan langkah cepat, Aurora membuka korden balkon. Benar, Zack sedang berdiri di depannya dengan piyama. Aurora segera membuka pintu.“Apa yang kamu lakukan …. “Aurora tidak dapat melanjutkan kalimatnya, karena Zack sudah memeluknya erat. Mereka memang sudah tidak bertemu hampi
Clara menutup mulutnya yang terbuka. Ia tampak tercengang dengan kecantikan Aurora sore ini."Ya Tuhan. Ini benar anaknya Mami dan Papi?""Mami! Jangan buat Aurora malu.""Kenapa malu? Cantik kok malu?" Alzard berceloteh sambil memandangi wajah Aurora. "Zack beruntung sekali mendapatkan adik cantikku ini."Sebelum keluar untuk menyambut para tamu, Clara menatap haru sang putri angkat. "Terima kasih, ya, Aurora. Ternyata kamu, wanita yang membuat Zack menjadi lelaki yang lebih baik."“Aurora juga terima kasih pada Mami, Papi dan kamu, Al. Aku sayang kalian.” Aurora, Clara dan Alzard berpelukan.Clara dan Alzard akan menemani Zack. Mereka keluar setelah mencium pipi Aurora. Bergantian, kini June yang menemani sahabatnya."Cantik kebangetan." June menatap sahabatnya yang sudah mengenakan gaun pengantin.Bibir Aurora mencebik. "Aku tidak percaya. Kamu pasti sudah sering melihat wanita cantik dengan pakaian ini.""Jangan merendah begitu. Aku yakin Zack sulit bernapas saat ia melihatmu saki
Semua orang yang mengenal Zack tau, lelaki itu tidak suka menjadi pusat perhatian. Kini mata para tamu tertuju pada Zack dengan tepuk tangan meriah."Zack? Kamu mau apa?" Aurora pun bertanya penasaran.Sementara itu, Zack masih terpaku di tempat. Vigor, Zavian dan Louis telah menghampiri lelaki tampan tersebut."Pinjam sebentar ya, Aurora." Vigor mengedipkan mata pada sepupunya dan menarik Zack menuju panggung bersama Louis.Sementara Zavian membawa Aurora ke depan panggung. Di sana Alzard dan June sudah menunggu.Alzard menyeringai pada Aurora. Wajahnya terlihat jahil membuat Aurora semakin bingung. Lelaki itu berbisik di telinga adik angkatnya.Spontan, Aurora menggeleng saat memdengar bisikan Alzard. Ia lalu menatap panggung di mana suaminya dan para sahabatnya masih berbincang."Sebaiknya kamu memberi Zack apresiasi yang tinggi pada apa yang akan dilakukannya, Aurora. Dia sangat gugup." Zavian berkata pada Aurora dengan senyum bangga pada sang sahabat di panggung.Zack berdiri di t
Pesta telah usai. Namun, adik dan para sahabat Zack masih berkumpul. Sementara orang tua sudah masuk ke kamar hotel masing-masing untuk beristirahat.Zack sudah terlihat gusar. Ia tak sabar untuk berduaan dengan Aurora di kamar."Zack, apa kubilang. Suaramu bagus, Aurora saja sampai terpesona." Elvis mengacungkan jempolnya."Aurora bilang begitu karena ia istriku." Zack membalas sambil tersenyum lembut pada Aurora."Nggak, kok. Memang bagus." Aurora mengusap sayang rahang Zack.Menanggapi pernyataan Aurora, Zack mencium istrinya dan mengucapkan terima kasih."Padahal aku berpikir kau akan benar-benar mempermalukan dirimu sendiri, Zack. Eh, malah dapat banyak pujian." Alzard mencebik karena merasa gagal menertawakan sang kakak."Kualat nanti kau, Al." Aurora membela suaminya yang hanya dibalas dengan kekehan kecil dari Aurora.Perbincangan mereka masih seputar bagaimana Zack bisa bernyanyi. Hanya dalam satu minggu latihan intensif, ia bisa membawakan lagu ciptaannya sendiri dengan penuh
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint