Hai Pembaca Rey. Yang belum kenal Louis, Keyna dan William, silahkan mampir ke cerita 'Bilioner' yaa. Nanti juga akan ada banyak tokoh dari buku 'Bilioner' ikut ambil bagian pada cerita ini. Terima kasih. Salam sehat selalu.
“Itu cuma mimpi. Jangan terlalu dipikirkan. Kamu ‘kan sudah bahagia dengan keluarga angkatmu.” June mengingatkan Aurora saat sahabatnya itu menelepon dan menceritakan tentang mimpinya semalam.“Aku hanya penasaran. Sudah tiga kali aku bermimpi yang sama,” ungkap Aurora. “Entahlah itu pertanda apa.”“Oh ya, kamu cerita, Alzard memberimu kalung dengan liontin yang mirip dengan tanda lahirmu. Boleh aku lihat?” June bertanya.Tak lama kemudian, Aurora mengirim foto kalung berliontin dua daun Oxalis yang berdekatan. Daun Oxalis berbentuk segitiga sehingga saat digabungkan tampak seperti sayap kupu-kupu.“Mirip sekali dengan tanda lahir di punggungmu, ya?” June memberikan komentarnya saat melihat foto liontin tersebut.“Tepat. Alzard juga bilang begitu. Menurutnya hanya ada satu perusahaan perhiasan yang mengeluarkan produk ini.”June lalu berjanji untuk mencari tau tentang perhiasan tersebut. Biasanya para stylist model memiliki pengetahuan yang cukup tinggi pada barang-barang yang tren. S
“Dih! Bukannya kamu sebal dengan Zack?”June tidak menjawab. Ia menjatuhkan diri di sofa lalu bersandar lemas.“Aku sampai gemetaran saat membuka pintu dan melihat mahluk tampan itu.”“Sadar, woii. Itu, Zack. Kakak angkatku yang brengsek.” Aurora mengingatkan June sambil menggeleng-geleng.Sepertinya saat ini June tidak perduli. Dengan lancar dan pandangan menerawang, ia mengungkapkan apa yang ia rasakan ketika melihat Zack mondar-mandir di dapur.“Saat tangannya terangkat untuk memasukkan makanan ke laci atas, wuiihh, otot-otot lengan, punggung dan bokongnya terlihat nyata. Kuat dan kencang.”“Mesum!”“Dan wanginya itu … ya Tuhan, pakai parfum apa sih dia?”“Baccarat Crystale.”“Uhhh … pantas saja. Parfum mahal yang memang maskulin itu memang benar-benar cocok dengan figurnya.”Buk. Sebuah bantal sofa kecil melayang ke kepala June. Wanita itu hanya melongo menatap Aurora yang baru saja melempar bantal kepadanya.“Kenapa?” tanyanya linglung.“Sadar. Kau membenci Zack.”Kepala June men
“Tuan William, saya izin bergabung.” Zack dengan santun menunduk hormat pada William, Daddy dari sahabatnya, Louis.“Silahkan.” William tersenyum simpatik. “Oh ya, bagaimana kabar adikmu? Sudah sehat?”“Sudah, Tuan. Aurora sudah mulai bekerja. Terima kasih atas perhatiannya.”William mengangguk. Ia lalu berpesan untuk menjaga kesehatan. Uang berlimpah tidak akan bisa dinikmati jika tubuh kita sakit.Penuh perhatian, Zack mendengarkan petuah William. Ia teringat sang papi yang juga sering memberinya nasehat. Jika papi-nya masih hidup mungkin akan cocok berbincang dengan Tuan William.Tak lama kemudian, William pamit untuk lebih dulu ke lapangan. Zack mengangguk, lalu mengamati gadis muda yang langsing dan cantik di samping William. “Princess bertambah tinggi, ya.” Zack berkata pada Louis.“Iya. Mirip Kak Cha. Karena Mommy Key kan mungil.”“Oh, aku bertemu Dokter Keyna di rumah sakit saat mengantar Aurora mengecek lambungnya.”“Mommy Key masih sedih atas berpulangnya papimu.”“Padahal
“Zack.” Aurora masuk ke ruang kerja Zack sambil menatap layar telepon genggamnya.“Hem.” Zack yang sedang sibuk menandatangani beberapa berkas berdehem.“Kamu transfrer uang seratus lima puluh juta ke rekeningku? Untuk apa?”“Itu gajimu selama tiga bulan.” Zack menjawab dengan mata tetap pada berkas di mejanya.Aurora membuka mulutnya dan menatap Zack tanpa berkedip. Gaji? Bukankah Zack pernah bilang, selama ia masih belajar di perusahaan ini, ia tidak akan digaji?Sekali lagi, Aurora menatap saldo rekeningnya yang tiba-tiba menggendut. Baru kali ini ia memiliki uang sebanyak itu. Dadanya sampai berdebar-debar kencang.Wanita cantik itu tidak sadar bahwa Zack sedang menatapnya. Lelaki itu kemudian mengumpulkan berkas yang tersebar di meja lalu menumpuknya dengan rapi.“Ada apa? Apa jumlah itu kurang?”Dengan cepat, Aurora menggeleng keras. “Justru ini terlalu banyak, Zack. Aku kembalikan setengahnya, ya.”Zack mengeluarkan dengusan pelan, lalu tersenyum. “Jadi, maksudmu, kamu mengharg
Setelah berkencan dengan June, Zack jadi lebih memperhatikan Aurora. Ia bahkan membuka grup keluarga dan membaca-baca berbagai pesan di sana.Kini Zack tau. Adik angkatnya cukup berprestasi di sekolah. Beberapa kali, Aurora memenangkan berbagai lomba. Foto-foto kebersamaan Aurora dengan keluarga Morgan pun terlihat akrab.Kencan Zack dengan June hanya berlangsung satu kali saja. Setelah pertemuan pertama itu, Aurora tidak lagi pernah berhasil mengatur kencan kedua. Zack selalu menolak dengan dalih pekerjaan.“Zack, malam ini aku mau pergi dengan Vigor. Mau ikut?” Aurora menawarkan.Mereka sedang berada di mobil menuju apartemen. Meski jarak gedung The Morgan dan apartemen hanya sekitar sepuluh sampai lima belas menit berjalan kaki, Zack tidak pernah mengizinkan Aurora pulang sendiri lagi semenjak Aurora keluar dari rumah sakit.“Kamu menawarkanku untuk menjadi 'nyamuk' di antara kalian?” Zack mendengus kesal.“Hehe, tidak juga. Kalau kamu ikut, Vigor bilang ia akan mengajak sepupunya.
“Tuan Zackery! Lihat ini!”Beberapa wanita dan pria tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. Zack menatap mereka dengan bingung lalu menatap berkas yang disodorkan kepadanya.Proyek yang dijalankan Aurora gagal total. Zack mengernyit dan memeriksa berkas dengan seksama.“Sudah kami bilang, Aurora tidak bisa kita andalkan untuk menjalankan proyek ini.” Penuh sesal, Brenda, seorang manager di perusahaan The Morgan berkata ketus.Zack melirik Brenda. Lalu, menatap satu persatu orang yang berada di dalam ruangannya. Hanya ada satu wanita yang terlihat menunduk ketakutan. Selebihnya menampakkan wajah kesal dan marah.Zack menekan tombol telepon yang tersambung ke telepon di meja Aurora. Tak lama kemudian, Aurora masuk. Ia tercengang melihat banyaknya orang di ruangan Zack.Biasanya sebelum bertemu Zack, seseorang harus melalui dirinya terlebih dahulu. Namun, saat ini ia sama sekali tidak tau Zack mendapat kunjungan dari beberapa pegawainya.Tak berapa lama kemudian, Aurora terisak. Ia baru tau
Malam telah larut saat Aurora dan Zack keluar dari Disneyland. Aurora memeluk boneka kelinci merah mudanya dan masuk ke dalam mobil.“Aku bahagia sekali hari ini. Terima kasih ya, Zack.” Aurora menggumam pelan kemudian menguap.Zack yang sedang sibuk memperhatikan jalan tersenyum tipis. Tak lama, ia menoleh ke samping dan menatap Aurora yang telah tertidur menyamping menghadap dirinya.Wajah Aurora begitu menggemaskan. Apalagi ia tidur sambil memeluk boneka.Sekali lagi, Zack menggeleng saat memperhatikan boneka tersebut. Sebegitu bahagianya Aurora mendapatkan mainan anak-anak yang menurutnya tidak berharga.Sampai mobil terparkir di depan rumah, Zack membopong adiknya masuk ke dalam. Jeff dengan sigap membukakan pintu kamar Aurora. Zack membaringkan adik angkatnya perlahan di ranjang.“Selamat tidur, Aurora.”Malam itu, di atas ranjangnya, Zack tersenyum samar mengingat kegiatan yang belum pernah ia lakukan bersama Aurora hari ini. Ia menekan dadanya yang sedikit terasa sesak. Kemudi
“Kenapa kamu memakai make-up lengkap begitu? Dari mana?” Zack menatap wajah Aurora saat wanita cantik itu masuk ke dalam mobil.Zack memang hanya menunggu di parkiran. Ia enggan masuk dan bertemu dengan banyak orang di butik. Lelaki itu hanya mengirim pesan pada Aurora bahwa ia sudah datang menjemput.Setelah memasang seatbelt Aurora bercerita. June sangat panik mendengar salah satu model peraganya ternyata sakit dan tidak dapat mengikuti sesi foto hari ini. Alhasil, June membujuk Aurora untuk menggantikan model tersebut.“Mami Papi melarangmu jadi model, Aurora.” Zack mengingatkan sang adik angkat.“Hanya model pengganti, kok. Cuma hari ini saja.”Aurora bernapas lega saat Zack mengangguk mengerti. Wanita cantik itu mengelap wajahnya menggunakan tisu pembersih make-up.Dalam perjalanan, Zack menceritakan bahwa Alzard langsung ke apartemen untuk mengurus beberapa hal. Kemudian ia merogoh saku celana dan memberikan kotak perhiasan kepada Aurora.“Alzard menitipkan gelang ini.”Kotak it
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint