Vigor mengerutkan kening. Ia baru saja datang ke kastil bangsawan Adorra. Saat masuk ke ruang keluarga, ia melihat Kakek Viscout, orang tuanya, Aurora dan Zack berkumpul.Mereka hanya berbasa-basi sejenak. Setelahnya, Kakek Viscout mengulurkan sebuah berkas yang langsung dibaca Vigor.Kening Vigor kembali berkerut dalam. Ia memandang Kakek Viscout dengan mata terharu. Kemudian melipat surat tersebut.“Apa aku pantas menerima ini, Kakek?” Dengan sikap tegap dan menghadap Kakek Viscout, Vigor menunduk dalam.Kakek Viscout memegang bahu Vigor dan membalas, “Kamu selalu ada selama pencarian cucuku. Tidak pernah bosan, menolak, bahkan selalu mendukung dan memotivasi jika aku menyerah dan putus asa.”Lelaki tua itu lalu menatap Aurora dengan mata berkaca-kaca. “Kamu juga yang akhirnya menemukan petunjuk tentang keberadaan Aurora, cucuku.”Dengan data perjuangan Vigor itulah, Kakek Viscout mengajukan pada parlemen kebangsawanan untuk memberi gelar kehormatan pada Vigor. Juga untuk mengangkat
Dengan bergabungnya Vigor menjadi bangsawan Adorra, kini Aurora bisa membagi tugas. Vigor akan lebih aktif menggantikan Aurora saat wanita itu harus mengikuti suaminya bekerja.“Terima kasih karena Kakek mengizinkan Aurora untuk ikut bersamaku.” Zack berkata pada Kakek Viscout.Saat ini Aurora dan Vigor sedang mengadakan kunjungan sosial ke berbagai yayasan sosial. Zack menemani Kakek Viscout membereskan beberapa file kebangsawanan di runag kerja kastil.“Salah satu alasan Kakek mengangkat Vigor juga karena mempertimbangkan rumah tangga kalian. Kakek tidak ingin kalian menjalani hubungan jarak jauh.”“Ya. Vigor sudah mengatakan padaku bahwa beberapa tugas Aurora akan dialihkan kepadanya.”Sambil mengangguk, Kakek Viscout menyerahkan dua buah buku passport kepada Zack.“Ini passport diplomatik. Jika Aurora melakukan kunjungan ke negara lain dalam rangka menghadiri kegiatan sosial kebangsawanan kalian bisa menggunakan passport tersebut.”Zack memeriksa passport tersebut. Sangat terkesan
Perdebatan masih berlangsung esok harinya. Walaupun Zack sudah diam namun dalam hati ia tetap tidak mau mengalah. Buatnya, anak perempuan paling tepat untuk mereka.Sementara, jelas Aurora lebih tidak mau kalah lagi. Ia terus meracau bahwa anak lelaki pertama akan dapat diandalkan untuk menjaga keluarga. Seperti Zack di keluarga Morgan.“Ya sudah. Bagaimana jika kita program bayi kembar saja? Laki-laki dan perempuan.”Tak mau membuang waktu, Zack segera membuat pertemuan dengan Dokter Farah. Sore harinya, mereka mendapat jadwal konsultasi.Mendengar perdebatan pasangan suami istri di depannya, Dokter Farah tersenyum-senyum. Menurutnya tidak ada yang salah menginginkan bayi laki-laki atau perempuan.Ia hanya mengingatkan, dibanding memikirkan jenis kelamin, ada baiknya lebih mementingkan kesehatan ibu dan janin.“Aku setuju. Tetapi, bisakan kami mengikuti program untuk mendapatkan bayi kembar laki-laki dan perempuan?” Zack langsung bertanya.Terkadang, Aurora merasa suaminya sangat to
“Bukankah ada pepatah mengatakan lebih baik menunggu daripada mencari yang baru?”Malam harinya, Zack menelepon Vigor. Setelah pembahasan bisnis mereka, Zack lalu menceritakan tentang pertemuannya dengan Farah.“Kalau menunggu ada kepastian sih, Ok. Silahkan. Masalahnya, kamu tidak bisa mengharapkan pasangan bercerai setelah memiliki keturunan.”Mendengar pernyataan Zack, Vigor mengembuskan napas panjang. Jika ditarik ke belakang, sejak dulu, ia dan Leonora memang sulit bersama.“Bagaimana Kakek?” Akhirnya Zack mengalihkan perbincangan.“Baik. Hari ini aku melakukan kunjungan sosial dengan Kakek. Mungkin minggu depan, Kakek hanya berkunjung seminggu dua kali saja. Selebihnya aku yang akan lebih aktif.”“Ok. Email pertemuan online untuk Aurora sudah aku terima.”Secara singkat, Vigor menjelaskan tentang tugas Aurora. Walaupun berada di beda negara, Aurora diharapkan tetap bekerja sebagai putri bangsawan melalui online.Zack mencatat beberapa informasi penting tentang tugas istrinya. Ke
Zack memasang tampang tak suka. Lelaki tampan itu sedang protes pada management klinik kandungan karena mendapat kabar Dokter Farah cuti panjang.Masalahnya lagi, Aurora akan dialihkan ke dokter kandungan lain tanpa konfirmasi. Zack tentu saja kesal.“Apa kamu sebal karena dokter yang memeriksaku nanti adalah lelaki?” bisik Aurora saat mereka menunggu giliran berkonsultasi.“Itu juga.” Zack mendengus kasar.Namun, Aurora hanya terkekeh. Menurut pegawai klinik mereka bisa mengganti dokter lain jika dokter ini tidak cocok.“Menurut klinik, dokter yang akan menangani kita ini dokter paling senior, paling berpengalaman dan banyak mendapatkan penghargaan. Jadi, kita coba saja dulu bertemu dengan beliau, ya.” Aurora membujuk sang suami yang masih saja berwajah dingin.Belum hilang rasa kesal Zack, ia kini bertambah murka mendengar informasi bahwa dokter itu mendapat panggilan emergensi hingga konsultasi harus ditunda sekitar satu jam.Akhirnya, Aurora memutuskan membawa Zack ke mobil. Lebi
Dalam perjalanan pulang, Aurora dan Zack saling berdiam diri. Aurora mengelus perut ratanya perlahan. Sementara Zack terus-menerus menatap cetakan foto hasil USG istrinya.Dokter Edwin berkata ini semua hadiah dari Tuhan. Meskipun teknolgi kedokteran berkembang pesat, tetap saja ia lebih percaya pemberian Tuhan adalah yang terbaik.Aurora dan Zack yang terkejut melihat hasil USG mendapat banyak nasehat dari Dokter Edwin yang ternyata sangat bijaksana."Cup." Zack mencium pipi Aurora yang langsung merebahkan kepalanya di dada Zack."Aku tidak tau harus berbuat apa." Aurora lalu mendongak menatap wajah tampan suaminya.Zack tersenyum manis. "Yang harus kamu lakukan adalah berbahagia dengan adanya mahluk di dalam sini." Zack mengelus perut Aurora."Kamu bagaimana?""Tentu saja aku bahagia, Sayang.""Meskipun nanti bayi ini berjenis kelamin laki-laki?"Tangan Zack mengelus rambut sang istri. Ia teringat ucapan Dokter Edwin. Bagaimana dokter senior itu menjelaskan bahwa kehamilan ini terja
Dua minggu kemudian, rumah Zack kedatangan banyak tamu. Keluarga dan para sahabat berkumpul untuk merayakan kehamilan Aurora."Kamu nakal sekali, Zack. Kenapa baru memberitahu kami padahal Aurora sudah hamil dua minggu yang lalu." Clara benar-benar kesal pada putranya karena menyembunyikan informasi yang menurutnya sangat penting."Maaf, Mami, Kakek, aku dan Aurora juga masih terkejut dan ingin menikmati awal kehamilan ini berdua saja." Zack memberikan alasannya."Yang penting, sekarang semuanya bisa berkumpul untuk mendoakan bayi kastil, ya." Aurora menambahkan.Semua terkekeh geli mendengar panggilan janin di dalam rahim Aurora. Tentu saja Kakek Viscout yang paling bahagia janin itu memakai nama kastilnya."Bayi ini akan menjadi bangsawan rupawan yang sangat membanggakan.""Semoga bayi kastil dan ibunya sehat-sehat dalam kandungan dan lancar saat kelahiran."Berbagai ucapan selamat dan doa terbaik diberikan untuk Aurora dan Zack. Mereka turut senang apalagi Zack akhirnya bercerita t
“Bagaimana terapimu, Al?” Zack bertanya pada adiknya.Mereka kini sedang berada di perusahaan Morgan. Sementara Aurora dan Kakek Viscout sedang melakukan kunjungan pada seorang bangsawan senior.Alzard mengangguk cepat. “Lumayan. Aku merasa sudah dapat tidur nyenyak karena setiap bangun, terasa lebih segar.”“Bagus. Kapan terapi lagi? Aku ingin bicara dengan doktermu.”“Tidak perlu. Aurora sedang hamil. Lebih baik kamu menemani istrimu dibanding mengurusiku.” Alzard menolak penawaran sang kakak.Zack mendengus geli. Ia menatap wajah adik kandungnya. Semasa mereka kanak-kanak hingga remaja, Zack jarang sekali berperan sebagai kakak yang baik bagi Alzard.“Apa kau segitu bencinya padaku?”Sontak, Alzard mengerutkan kening. “Benci bagaimana?”“Aku sadar, sejak dulu kita memang tidak pernah akrab. Jadi, izinkan aku paling tidak berperan menjadi seorang kakak bagimu.”Mata Azard mengerjap-ngerjap lucu mendengar pernyataan Zack. Walaupun apa yang Zack katakan benar, tetapi ia tidak menyangk
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint