Zack memasang tampang tak suka. Lelaki tampan itu sedang protes pada management klinik kandungan karena mendapat kabar Dokter Farah cuti panjang.Masalahnya lagi, Aurora akan dialihkan ke dokter kandungan lain tanpa konfirmasi. Zack tentu saja kesal.“Apa kamu sebal karena dokter yang memeriksaku nanti adalah lelaki?” bisik Aurora saat mereka menunggu giliran berkonsultasi.“Itu juga.” Zack mendengus kasar.Namun, Aurora hanya terkekeh. Menurut pegawai klinik mereka bisa mengganti dokter lain jika dokter ini tidak cocok.“Menurut klinik, dokter yang akan menangani kita ini dokter paling senior, paling berpengalaman dan banyak mendapatkan penghargaan. Jadi, kita coba saja dulu bertemu dengan beliau, ya.” Aurora membujuk sang suami yang masih saja berwajah dingin.Belum hilang rasa kesal Zack, ia kini bertambah murka mendengar informasi bahwa dokter itu mendapat panggilan emergensi hingga konsultasi harus ditunda sekitar satu jam.Akhirnya, Aurora memutuskan membawa Zack ke mobil. Lebi
Dalam perjalanan pulang, Aurora dan Zack saling berdiam diri. Aurora mengelus perut ratanya perlahan. Sementara Zack terus-menerus menatap cetakan foto hasil USG istrinya.Dokter Edwin berkata ini semua hadiah dari Tuhan. Meskipun teknolgi kedokteran berkembang pesat, tetap saja ia lebih percaya pemberian Tuhan adalah yang terbaik.Aurora dan Zack yang terkejut melihat hasil USG mendapat banyak nasehat dari Dokter Edwin yang ternyata sangat bijaksana."Cup." Zack mencium pipi Aurora yang langsung merebahkan kepalanya di dada Zack."Aku tidak tau harus berbuat apa." Aurora lalu mendongak menatap wajah tampan suaminya.Zack tersenyum manis. "Yang harus kamu lakukan adalah berbahagia dengan adanya mahluk di dalam sini." Zack mengelus perut Aurora."Kamu bagaimana?""Tentu saja aku bahagia, Sayang.""Meskipun nanti bayi ini berjenis kelamin laki-laki?"Tangan Zack mengelus rambut sang istri. Ia teringat ucapan Dokter Edwin. Bagaimana dokter senior itu menjelaskan bahwa kehamilan ini terja
Dua minggu kemudian, rumah Zack kedatangan banyak tamu. Keluarga dan para sahabat berkumpul untuk merayakan kehamilan Aurora."Kamu nakal sekali, Zack. Kenapa baru memberitahu kami padahal Aurora sudah hamil dua minggu yang lalu." Clara benar-benar kesal pada putranya karena menyembunyikan informasi yang menurutnya sangat penting."Maaf, Mami, Kakek, aku dan Aurora juga masih terkejut dan ingin menikmati awal kehamilan ini berdua saja." Zack memberikan alasannya."Yang penting, sekarang semuanya bisa berkumpul untuk mendoakan bayi kastil, ya." Aurora menambahkan.Semua terkekeh geli mendengar panggilan janin di dalam rahim Aurora. Tentu saja Kakek Viscout yang paling bahagia janin itu memakai nama kastilnya."Bayi ini akan menjadi bangsawan rupawan yang sangat membanggakan.""Semoga bayi kastil dan ibunya sehat-sehat dalam kandungan dan lancar saat kelahiran."Berbagai ucapan selamat dan doa terbaik diberikan untuk Aurora dan Zack. Mereka turut senang apalagi Zack akhirnya bercerita t
“Bagaimana terapimu, Al?” Zack bertanya pada adiknya.Mereka kini sedang berada di perusahaan Morgan. Sementara Aurora dan Kakek Viscout sedang melakukan kunjungan pada seorang bangsawan senior.Alzard mengangguk cepat. “Lumayan. Aku merasa sudah dapat tidur nyenyak karena setiap bangun, terasa lebih segar.”“Bagus. Kapan terapi lagi? Aku ingin bicara dengan doktermu.”“Tidak perlu. Aurora sedang hamil. Lebih baik kamu menemani istrimu dibanding mengurusiku.” Alzard menolak penawaran sang kakak.Zack mendengus geli. Ia menatap wajah adik kandungnya. Semasa mereka kanak-kanak hingga remaja, Zack jarang sekali berperan sebagai kakak yang baik bagi Alzard.“Apa kau segitu bencinya padaku?”Sontak, Alzard mengerutkan kening. “Benci bagaimana?”“Aku sadar, sejak dulu kita memang tidak pernah akrab. Jadi, izinkan aku paling tidak berperan menjadi seorang kakak bagimu.”Mata Azard mengerjap-ngerjap lucu mendengar pernyataan Zack. Walaupun apa yang Zack katakan benar, tetapi ia tidak menyangk
“Sumpah, aku kaget sekali. Aku pikir, Alzard benar-benar akan menikah daam waktu dekat.”Aurora menertawakan Zack. Suaminya itu sedang bercerita tentang perbincangannya dengan Alzard tadi siang.“Memangnya kenapa kalau Alzard mau menikah cepat? Umurnya sudah dua puluh delapan tahun, lho.”“Ya, nggak papa. Hanya saja kita kan belum tau siapa calon Alzard. Aku ingin adikku itu mengenalkannya dulu pada kita, tidak langsung main lamar saja. Bikin jantungan.”Tawa Aurora kembali meledak. Menurutnya, sejak dulu, Alzard kerap kali memang berbuat iseng. Setelah beberapa tahun barulah mereka mengerti, Alzard melakukan itu untuk menarik perhatian.“Tetapi, aku lega kalian bisa saling mengungkapkan perasaan.”Kepala Zack mengangguk. “Iya. Akhirnya, aku benar-benar merasa memiliki seorang adik.”“Hehe, siap-siap saja ia akan menjadi adik yang menyebalkan.”Tidak masalah sekarang bagi Zack. Ia akan menikmati saja kerepotan mengurus seorang adik. Apalagi Alzard merupakan satu-satunya adik yang ia m
Untuk sesaat, mereka bertatapan. Lalu, Henry dan Farah bergegas pergi."Leonora sendiri yang memilih hidup seperti itu. Biarkan saja, Sayang." Zack tampak tak perduli.Bagi para sahabat, yang terpenting, Vigor terlihat baik-baik saja. Masa bodoh dengan masa lalunya.Tapi, Aurora masih memikirkan Vigor. Diam-diam, ia mengirim pesan dan mengatakan baru bertemu dengan Henry dan Farah.Tak lama kemudian, Vigor menelepon Aurora. Wanita itu menyeringai saat Zack menggeleng samar."Kamu pasti memberitahu Vigor."Aurora mengangguk lalu membalas telepon Vigor."Hai, Vigor.""Hai. Kamu sama siapa di sana?""Zack dan Zavian di sini. Kami masih makan di restoran. Henry dan Farah sudah tidak terlihat."Lalu tanpa disangka Vigor mengucapkan terima kasih atas informasi yang diberikan Aurora. Ia mengatakan minggu depan akan bertemu Leonora di parlemen."Kamu akan memberitahu Leonora bahwa suaminya masih bertemu kekasihnya?""Aku rasa dia sudah tau.""Oh ya?"Vigor berkata Leonora memang sudah memperk
Zack sampai mengirim bingkisan permohonan maaf karena kepanikannya kepada Dokter Edwin. Meski masih bersikap ramah, Zack tau dokter itu sampai harus meninggalkan pasien-pasiennya di rumah sakit.Berita kepanikan diketahui seluruh keluarga dan para sahabat. Mereka tidak berani menertawakan Zack, namun tetap saja ada yang menyindir prilakunya.“Mungkin Zack akan terkejut kalau perut Aurora nanti membesar.”“Rumah sakit akan gempar saat Aurora merasakan kontraksi.”“Ia bisa memanggil tim SAR jika anaknya nanti bermain petak umpet.”Suara gelak tawa para sahabat di telepon membuat Zack kesal sekaligus malu. Ia berdehem keras dan mengancam akan menutup telepon jika terus digoda oleh kata-kata sindiran.Setelah menerima telepon, Zack menemui Mami, Alzard dan Kakek Viscout yang berkumpul di ruang keluarga.“Apa Aurora masih tidur?”“Iya.” Zack menjawab pertanyaan Mami.“Lain kali, kamu beritahu Mami saja. Tidak perlu panik dan memanggil dokter begitu.”“Yang langsung teringat saat itu hanya
Kediaman Aurora dan Zack kini kembali sepi. Kakek Viscout, Mami dan Alzard sudah pulang ke negara masing-masing. Vigor tergelak mendengar cerita dari Kakek Viscout tentang kekhawatiran Zack pada Aurora."Ajaib memang Zack itu. Aku tidak menyangka setelah menikah, sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat." Vigor menggeleng-geleng."Iya. Memang lucu. Bayangkan. Zack menghadiahi Aurora sebuah mobil sport karena hamil, tetapi hingga sekarang Aurora belum diperbolehkan menyetir."Vigor kembali tergelak. "Aku tau cerita itu, Kek. Aurora mengadu padaku. Padahal ia sudah sangat senang mendapat hadiah itu.""Percuma kan dikasi hadiah tapi tidak boleh digunakan."Mereka berdua tersenyum membayangkan bagaimana wajah Aurora memberengut. Lalu, Vigor kembali mendatarkan wajah dan kembali serius menatap berkas di meja kerjanya."Siang ini jadi ke parlemen?"Vigor mengangguk. "Kakek mau ikut atau menitip pesan pada teman-teman Kakek di sana.""Kakek ada kunjungan sosial setelah itu rapat. Tolon