“Sumpah, aku kaget sekali. Aku pikir, Alzard benar-benar akan menikah daam waktu dekat.”Aurora menertawakan Zack. Suaminya itu sedang bercerita tentang perbincangannya dengan Alzard tadi siang.“Memangnya kenapa kalau Alzard mau menikah cepat? Umurnya sudah dua puluh delapan tahun, lho.”“Ya, nggak papa. Hanya saja kita kan belum tau siapa calon Alzard. Aku ingin adikku itu mengenalkannya dulu pada kita, tidak langsung main lamar saja. Bikin jantungan.”Tawa Aurora kembali meledak. Menurutnya, sejak dulu, Alzard kerap kali memang berbuat iseng. Setelah beberapa tahun barulah mereka mengerti, Alzard melakukan itu untuk menarik perhatian.“Tetapi, aku lega kalian bisa saling mengungkapkan perasaan.”Kepala Zack mengangguk. “Iya. Akhirnya, aku benar-benar merasa memiliki seorang adik.”“Hehe, siap-siap saja ia akan menjadi adik yang menyebalkan.”Tidak masalah sekarang bagi Zack. Ia akan menikmati saja kerepotan mengurus seorang adik. Apalagi Alzard merupakan satu-satunya adik yang ia m
Untuk sesaat, mereka bertatapan. Lalu, Henry dan Farah bergegas pergi."Leonora sendiri yang memilih hidup seperti itu. Biarkan saja, Sayang." Zack tampak tak perduli.Bagi para sahabat, yang terpenting, Vigor terlihat baik-baik saja. Masa bodoh dengan masa lalunya.Tapi, Aurora masih memikirkan Vigor. Diam-diam, ia mengirim pesan dan mengatakan baru bertemu dengan Henry dan Farah.Tak lama kemudian, Vigor menelepon Aurora. Wanita itu menyeringai saat Zack menggeleng samar."Kamu pasti memberitahu Vigor."Aurora mengangguk lalu membalas telepon Vigor."Hai, Vigor.""Hai. Kamu sama siapa di sana?""Zack dan Zavian di sini. Kami masih makan di restoran. Henry dan Farah sudah tidak terlihat."Lalu tanpa disangka Vigor mengucapkan terima kasih atas informasi yang diberikan Aurora. Ia mengatakan minggu depan akan bertemu Leonora di parlemen."Kamu akan memberitahu Leonora bahwa suaminya masih bertemu kekasihnya?""Aku rasa dia sudah tau.""Oh ya?"Vigor berkata Leonora memang sudah memperk
Zack sampai mengirim bingkisan permohonan maaf karena kepanikannya kepada Dokter Edwin. Meski masih bersikap ramah, Zack tau dokter itu sampai harus meninggalkan pasien-pasiennya di rumah sakit.Berita kepanikan diketahui seluruh keluarga dan para sahabat. Mereka tidak berani menertawakan Zack, namun tetap saja ada yang menyindir prilakunya.“Mungkin Zack akan terkejut kalau perut Aurora nanti membesar.”“Rumah sakit akan gempar saat Aurora merasakan kontraksi.”“Ia bisa memanggil tim SAR jika anaknya nanti bermain petak umpet.”Suara gelak tawa para sahabat di telepon membuat Zack kesal sekaligus malu. Ia berdehem keras dan mengancam akan menutup telepon jika terus digoda oleh kata-kata sindiran.Setelah menerima telepon, Zack menemui Mami, Alzard dan Kakek Viscout yang berkumpul di ruang keluarga.“Apa Aurora masih tidur?”“Iya.” Zack menjawab pertanyaan Mami.“Lain kali, kamu beritahu Mami saja. Tidak perlu panik dan memanggil dokter begitu.”“Yang langsung teringat saat itu hanya
Kediaman Aurora dan Zack kini kembali sepi. Kakek Viscout, Mami dan Alzard sudah pulang ke negara masing-masing. Vigor tergelak mendengar cerita dari Kakek Viscout tentang kekhawatiran Zack pada Aurora."Ajaib memang Zack itu. Aku tidak menyangka setelah menikah, sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat." Vigor menggeleng-geleng."Iya. Memang lucu. Bayangkan. Zack menghadiahi Aurora sebuah mobil sport karena hamil, tetapi hingga sekarang Aurora belum diperbolehkan menyetir."Vigor kembali tergelak. "Aku tau cerita itu, Kek. Aurora mengadu padaku. Padahal ia sudah sangat senang mendapat hadiah itu.""Percuma kan dikasi hadiah tapi tidak boleh digunakan."Mereka berdua tersenyum membayangkan bagaimana wajah Aurora memberengut. Lalu, Vigor kembali mendatarkan wajah dan kembali serius menatap berkas di meja kerjanya."Siang ini jadi ke parlemen?"Vigor mengangguk. "Kakek mau ikut atau menitip pesan pada teman-teman Kakek di sana.""Kakek ada kunjungan sosial setelah itu rapat. Tolon
“Sesuai janjimu, hari ini aku yang menyetir mobil.” Aurora berkata tegas pada suaminya saat sarapan bersama sebelum mereka ke kantor.“Lho, kamu bukannya ada rapat online dengan parlemen kebangsawanan? Lebih nyaman rapat dari rumah saja, kan? Kalau lelah kamu bisa langsung tidur.”Tentu saja itu akal-akalan yang dibuat Zack. Ia memang sangat khawatir jika istrinya menyetir mobil sendiri. Takut ada sesuatu di jalan dan membahayakan Aurora beserta bayi mereka.“Itu alasan kamu, kan? Tidak. Aku bisa rapat di ruanganku dulu di kantormu.”“Eh, tapi, ruangan kamu ada sterilisasi hari ini.”Aurora mengembuskan napas panjang. Ia melakukan itu dengan kentara sekali agar Zack tau ia sedang berusaha mengendalikan emosi.Namun, Zack mengabaikannya. Lelaki itu tau, istrinya wanita yang penurut dan pengertian. Aurora pasti paham kenapa ia sangat khawatir jika istrinya menyetir mobil sendiri.“Kenapa susunya tidak diminum, Sayang?” Zack menaikkan alisnya sedikit saat Aurora menolak susu yang diberik
Bola mata Zack berotasi ke sekeliling ruangan. Kamar tamu itu sudah lengkap dengan barang-barang pribadinya. Kini, matanya mendelik sewot pada Jeff.Tangan Jeff terangkat untuk meminta waktu berbicara sebelum Zack menyemprotnya dengan kata-kata makian.“Nyonya Aurora yang memerintahkan Anda untuk tidur di kamar ini, Tuan.”Mendengar pernyataan pelayan setianya, Zack bergegas kembali ke kamar utama. Menggedor pintu besar di depannya hingga tangannya memerah.Akhirnya, Zack sadar. Sekeras apa pun ia mengetuk pintu, Aurora tidak akan mendengar. Pintu itu dilapisi peredam tebal.Hanya orang di dalam kamar yang memiliki akses untuk membuka pintu secara otomatis. Zack sendiri yang merancang sistem keamanan itu dan kini ia menyesalinya.“Sudah, Tuan. Sekarang, istirahat saja dulu di kamar tamu.” Jeff menyarankan Tuannya.“Apa istriku sudah makan?”Jeff mengangguk. Ia juga mengatakan sudah membawakan susu, vitamin dan air mineral. Zack menatap pintu dengan hembusan napas berat sebelum ia ke k
Setelah menemani Aurora menyetir berputar-putar kota, akhirnya sekarang mereka berbaring di ranjang.“Akhirnya berbaring di ranjang sendiri.” Zack menggumam sambil bernapas lega.“Aku yakin kalau kamu tidak aku pindahkan ke kamar lain, sampai aku melahirkan kamu tidak akan pecaya aku bisa menyetir mobil dengan baik.”Zack berbaring menyamping dan menatap istrinya. “Bukannya tidak percaya, Sayang. Tetapi, aku khawatir terjadi sesuatu denganmu karena sedang hamil.”“Selalu itu saja alasanmu. Memangnya wanita hamil tidak bisa melakukan banyak hal termasuk menyetir?” Wajah Aurora kembali memberengut.Tangan Zack menyusup masuk ke balik tubuh Aurora dan memeluknya. Ia tidak ingin mendapat ambekan dari wanita hamil yang dicintainya ini.Demi membuat mood bahagia, Zack berjanji akan menuruti keinginan Aurora. Walaupun ia sangat cemas pada permintaan istrinya yang kadang aneh, terutama saat hamil.“Apa benar kamu sedang mengidam?”“Mungkin.”“Biasanya wanita mengidam menginginkan makanan, buk
"Kakekk." Aurora berjalan cepat menghampiri sang Kakek.Semua wajah langsung terlihat khawatir. Bagaimana tidak? Wanita yang sedang hamil itu masih menggunakan heels dan berjalan cepat.Aurora langsung meminta pulang ke kastil saat Dokter Edwin mengatakan kandungannya sudah aman untuk bepergian dengan pesawat."Jangan buru-buru, Sayang!" Zack langsung mengingatkan istrinya.Namun terlambat, Aurora sudah lebih dulu bergegas mendatangi Kakek Viscout dan memeluknya."Hati-hati, Aurora. Jangan sampai terpeleset, ya." Kakek Viscout dengan bijaksana berkata sambil mengelus rambut panjang Aurora.Lalu, tangan Kakek Viscout mengelus perut cucunya. Tatapannya menjadi terharu. Ia tersenyum bahagia."Cicit Kakek semakin besar, ya."Aurora mengangguk. Kakek Viscout lalu menyalami Zack dan mencium cucu mantunya. Kemudian mereka berkumpul di ruang keluarga."Vigor mana, Kek?""Masih di rumah orang tuanya. Katanya agak siang baru ke sini.""Biar aku saja yang mengabari Vigor kalau kami sudah di kast
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint