Share

Klien Yang Sulit

last update Last Updated: 2024-03-19 04:46:30

“Apa klien serius ingin mengajak bertemu di sini?” tanya Aruna keheranan melihat alamat tempat dirinya harus menemui klien.

“Saya juga bingung, Bu. Tapi memang sekretarisnya tadi bilang jika ingin menemui Ibu di sana. Katanya sekalian di sana ada perlu,” jawab staff Aruna.

Aruna diam membaca alamat yang tertulis. Dia hanya berpikir kenapa harus bertemu klien di tempat seperti itu.

“Mereka klien penting, Bu. Manager yang lama biasanya menuruti segala keinginannya, termasuk tempat bertemu,” ujar staff itu saat melihat Aruna hanya diam.

“Baiklah, nanti biar aku atur,” ucap Aruna pada akhirnya.

Staff itu pun pamit dari ruangan Aruna, meninggalkan managernya itu sendirian di ruangan itu.

Aruna pun melihat nomor kontak sekretaris klien perusahaan. Dia lantas mencoba menghubungi untuk bernegosiasi.

“Halo, saya Aruna manager pemasaran di Magnifique. Saya ingin mengonfirmasi soal tempat pertemuan utusan perusahaan kami dengan perusahaan Anda bekerja. Bisakah kita mengubah tempat pertemu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
kliennya pasti mau berbuat yang baik ke Aruna
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
kok kayak nya ada yg GK beres ya .. semoga aruna GK kenapa Napa ya
goodnovel comment avatar
fathimah
nah loh, tapi apa?? jangan2 dksh obat, hufftt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Hanya Mengerjai

    “Kamu tahu, sebagai klien tentunya aku menginginkan pelayanan yang baik dari mitraku. Ya, termasuk sikap baik,” ujar pria itu saat melihat raut wajah Aruna yang berubah. Aruna lagi-lagi hanya bisa tersenyum tipis mendengar ucapan pria itu. “Maaf, bukan saya tidak sopan atau ingin bersikap buruk. Jika memang hanya untuk sekadar minum, baik akan saya turuti asal Anda tidak memasukkan dalam hati sikap saya sebelumnya,” ucap Aruna berusaha untuk tetap tenang dan bersikap profesional. Pria itu tersenyum, lantas membalas, “Aku suka sikapmu yang bertanggung jawab.” “Berikan berkasnya agar aku bisa menandatanganinya, tapi berjanjilah untuk tetap menghargaiku dengan memakan atau meminum apa yang sudah aku sediakan,” ujar pria itu lagi sambil mengulurkan tangan ke Aruna. Meski merasa aneh dengan sikap pria yang memaksakan kehendak itu, tapi karena Aruna sedang dalam posisi menjadi seorang manager yang bertanggungjawab, membuatnya akhirnya mengiakan saja permintaan pria itu. Dia pun memberi

    Last Updated : 2024-03-19
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Kebetulan Yang Tak Diinginkan

    “Kupatahkan tanganmu kalau berani menyentuhnya!” Pria yang hendak menarik rambut Aruna memekik kesakitan karena pergelangan tangannya dipelintir kuat. “Lepas! Lepas!” pekik pria itu kesakitan. Tangannya akhirnya terlepas, pria itu memegangi pergelangan tangan yang terasa sangat sakit. Aruna menatap pria yang ada di hadapannya, pria yang tak pernah diinginkan hadir di hadapannya. Ansel masih menatap tajam ke pria yang berani berniat menyakiti Aruna. Dia lantas menurunkan pandangan hingga saling tatap dengan mantan kekasihnya itu. Ansel baru saja datang di klub itu karena ingin menemui temannya, tapi siapa sangka dia harus melihat Aruna yang sedang diganggu dua pria. “Pergi!” Suara Ansel tak terlalu keras tapi terdengar penuh penekanan. Dua pria itu langsung kabur karena tak ingin terlibat masalah. Ansel terus memfokuskan tatapan ke dua pria tadi. Dia tak akan membiarkan dua pria itu menyerang balik jika dia lengah. “Terima kasih karena sudah membantu kami,” ucap staff Aruna s

    Last Updated : 2024-03-19
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Tidak Ingat?

    “Apa yang sudah kamu lakukan kepadanya, hah?” Bumi sangat syok melihat Ansel datang sambil menggendong Aruna yang tak sadarkan diri. “Bisa kamu diam dan bantu aku dulu.” Ansel menatap datar ke Bumi yang siap mengamuk. Bumi tak punya pilihan selain membantu Ansel dulu. Dia mengajak Ansel ke kamarnya, lantas meminta sahabatnya itu membaringkan Aruna di ranjang miliknya. “Ada apa ini?” tanya ayah Bumi yang melihat Ansel membawa Aruna dalam kondisi tidak sadar. “Sepertinya ada yang mencampur alkohol ke minumannya, Paman. Paman tahu sendiri kalau Runa tidak bisa minum alkohol. Aku bertemu dengannya tadi bersama staffnya sudah dalam kondisi mabuk,” jawab Ansel menjelaskan. Anta—ayah Bumi pun sangat terkejut. Dia lantas meminta Bumi untuk membuat jus lemon untuk Aruna jika sudah sadar nanti. Ansel memilih keluar dari kamar, begitu juga dengan Bumi. Bumi menatap curiga ke Ansel, mana mungkin Aruna mabuk jika sepupunya itu tak bisa minum alkohol. “Kamu tidak bohong, Ans? Aku akan meng

    Last Updated : 2024-03-20
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Duri Menyakitkan

    Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Ansel dari wanita yang dicintainya. “Bagaimana bisa kamu melakukan ini, Ans? Bagaimana bisa?” Aruna berteriak keras setelah menampar kekasihnya itu. Dia benar-benar syok mendengar apa yang sudah dikatakan oleh Ansel. Ansel hanya diam saat melihat Aruna marah. Dia melihat kesedihan yang begitu nyata di raut wajah Aruna. Aruna mulai menitikkan air mata sambil menandang Ansel. Pria itu sangat dipercayainya, tapi apa yang terjadi. Ansel malah berkata akan menikahi wanita lain. “Kupikir kamu benar-benar hanya untukku. Kupikir kamu bisa menyembuhkan kekecewaanku, tapi apa? Kamu malah ….” Aruna tak bisa menyelesaikan kata-katanya. Terlalu sakit mengingat apa yang terjadi. “Aku minta maaf, Runa. Kuharap kamu bisa hidup bahagia tanpaku,” ucap Ansel terus menatap Aruna yang menangis. Aruna menarik napas dalam-dalam, lantas mengembuskan kasar untuk menahan amarah yang meledak di dada hingga menciptakan rasa nyeri yang begitu perih. “Jangan pernah m

    Last Updated : 2024-03-20
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Permintaan

    “Papi, apa Papi tidak bisa temui Kakak Cantik lalu bilang kalau aku kangen. Atau kalau tidak, antar aku temui dia, ya.” Emily menatap Ansel dengan tatapan sendu. Dia ingin menemui Aruna, tapi sopir dan baby sitter tidak berani mengantar tanpa persetujuan dari Ansel. Siang itu Ansel memang sengaja menjemput Emily karena baru saja menghadiri rapat di luar. “Mungkin dia sedang sibuk, Emi. Kita juga tidak bisa mengganggunya begitu saja,” ujar Ansel mencoba menjelaskan dengan perlahan dan hati-hati. Raut wajah Emily berubah muram. Dia hanya bisa menunduk karena tidak bisa bertemu Aruna yang beberapa hari ini sudah mengabaikan dirinya. Ansel menoleh Emily yang terlihat sedih. Namun, meski begitu Ansel tidak bisa begitu saja menuruti keinginan Emily yang ingin bertemu Aruna, apalagi sebelumnya Aruna berkata akan menjauhi Emily, mungkin karena itu Aruna mengabaikan pesan atau panggilan dari Emily. “Jika dia sudah tidak sibuk, pasti akan segera menghubungi Emi. Emi yang sabar, ya.” Ansel

    Last Updated : 2024-03-20
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Sudah Cukup

    “Daddy sudah membatalkan kontrak kerjasamanya.” Aruna terkejut mendengar ucapan Langit. “Apa Daddy sudah memikirkan konsekuensinya?” tanya Aruna yang syok dengan ucapan Langit. Langit sedang menyuapkan makanan ke mulut saat mendengar pertanyaan Aruna. Dia lantas memandang sang putri yang sudah menatapnya dengan ekspresi wajah panik. “Tidak ada yang boleh mempermainkan keluarga kita, Runa. Apalagi putri-putriku. Perpanjangan kontrak itu belum dilegalkan, pihak mereka belum memberikan royalti, sah saja jika daddy membatalkannya,” jawab Langit dengan santainya. Aruna berpikir ayahnya akan memberi pelajaran dengan cara apa, ternyata dengan cara tak memperpanjang kontrak kerjasama. Padahal jika dipikir perusahaan akan kehilangan klien jika ayahnya melalukan itu. “Sudah, kamu jangan memikirkan hal itu. Biar ini jadi urusan daddy,” ucap Langit saat melihat Aruna malah berpikir. Aruna pun menganggukkan kepala, lantas menyantap hidangan yang disiapkan ayahnya. Aruna kembali ke ruang ke

    Last Updated : 2024-03-20
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Siapa yang Bohong?

    “Apa salahnya menikah tanpa cinta? Bahkan dulu mama dan Papa pun menikah tanpa cinta, nyatanya kami bisa dan hidup bahagia sampai sekarang. Tolong pikirkan dengan baik masalah ini, Ans.” Ansel terkejut hingga bangun dari tidurnya. Dia bermimpi yang seperti sangat buruk, hingga saat terbangun yang diingatnya hanya kalimat yang pernah dilontarkan sang mama. “Sial!” gerutunya sambil mengusap wajah dengan kasar. Ansel duduk sambil menetralkan detak jantungnya. Dia diam mengingat kejadian di masa lalu, hingga akhirnya memilih turun dari ranjang. Ansel pergi ke balkon kamar. Dia berdiri di sana, meski embusan angin malam yang menerpa begitu dingin hingga menusuk kulit. Ansel memejamkan kelopak mata sejenak, hingga mengingat kalimat yang pernah dilontarkannya ke Aruna. “Aku tidak membuat lelucon, Runa. Aku serius mengatakan ini semua. Citra membutuhkanku. Dia sedang hamil dan aku akan menikahinya minggu depan.” Ansel langsung menarik napas panjang lantas mengembuskan kasar setelah meng

    Last Updated : 2024-03-21
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Seperti Dulu

    “Sial! Kenapa harus kempes di sini?” Bumi mengguyar kasar rambut ke belakang saat melihat ban mobilnya kempes. Dia menengok ke kanan dan kiri, tapi tidak ada tambal ban yang dekat dengan tempatnya berhenti sekarang. Saat Bumi hendak menghubungi bengkel, ada mobil yang berhenti tepat di depan mobilnya, membuat pria itu langsung mengamati mobil yang baru berhenti itu. “Mogok?” tanya Ansel yang memang kebetulan lewat jalan itu. “Bukan, aku sedang mau piknik,” balas Bumi sarkas karena Ansel malah bertanya padahal jelas-jelas dirinya sedang kebingungan. Ansel mencebik mendengar ucapan Bumi, hingga baru menyadari jika ban mobil sahabatnya itu kempes. “Punya ban serep?” tanya Ansel dengan kedua tangan berkacak pinggang, tapi tatapannya tertuju ke ban mobil yang kempes. “Kalau ada serep, aku tidak akan bingung,” jawab Bumi. Ansel melirik Bumi yang berdiri di sampingnya. Sahabatnya itu sepertinya masih menaruh rasa kesal karena kejadian enam tahun lalu. “Ada dongkrak?” tanya Ansel lag

    Last Updated : 2024-03-21

Latest chapter

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Akhir

    Aruna dan yang lain buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Winnie mau melahirkan, tapi siapa sangka saat masuk ruangan malah melihat Hanzel juga, membuat semua orang bingung.“Hanz, kenapa kamu di sini?” tanya Aruna bingung.“Milea melahirkan,” jawab Hanzel.“Lah, bukannya ini kamar Winnie?” tanya Aruna bingung.“Ya, mereka berdua di sini. tuh!” Hanzel menunjuk ke dalam.Ternyata Bumi dan Hanzel setuju jika istri mereka satu kamar agar bisa saling bantu menjaga.Aruna, Ansel, dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Hanzel. Mereka buru-buru masuk untuk melihat apakah yang dikatakan Hanzel benar.“Kalian benar-benar janjian. Hamil dan melahirkan bisa barengan,” cerocos Aruna sangat tak menyangka.“Kebetulan saja, aku masuk duluan baru Winnie,” balas Milea.Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia, belum lagi setelah itu datang keluarga Hanzel dan Milea karena ingin menyambut cucu mereka.“Anak kalian seperti kembar.” Aruna dan yang lain memandang

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Milea & Winnie

    “Mama, tadi Emily bantu gambar ini, lho.” Kai memperlihatkan gambar yang dibawanya.“Mana coba lihat.” Milea mengambil buku gambar dari tangan Kai.Milea sudah ambil cuti melahirkan karena usia kandungannya memasuki sembilan bulan. Dia fokus dengan kesehatan kehamilan dan Kai yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar.“Yang mewarnai siapa?” tanya Milea sambil memperhatikan gambar itu.“Kai dong. Kai pintar ‘kan?” Kai menjawab dengan bangga.“Iya, pintar,” balas Milea.Kai sangat bangga dapat pujian dari sang mama, hingga melihat Milea yang meringis.“Mama kenapa?” tanya Kai sambil menggenggam telapak tangan Milea.“Tidak kenapa-napa,” ucap Milea sambil tersenyum meski perutnya mendadak kencang.“Mama yakin?” tanya Kai yang cemas.Belum juga Milea menjawab, dia merasa kalau perutnya semakin sakit seperti mengalami kontraksi, tentu saja hal itu membuat Kai cemas.“Bibi! Mama sakit!” teriak Kai karena di rumah itu hanya ada dirinya, kedua orang tuanya, dan pembantu.Milea dan Han

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Aku Terima

    “Pernyataanmu tadi, apa bisa aku anggap benar?”Jean tertegun hingga menoleh Raja yang duduk di belakang stir. Dia mengulum bibir menunjukkan kalau sedang dalam kondisi panik dan bingung.“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Adik tidak mungkin, teman terlalu aneh.”Jean mencoba sedikit mengelak dari pengakuannya ke Milea.“Berarti memang bagus pacar. Jadi, apa bisa jadi pengakuan untuk seterusnya?” tanya Raja lantas menoleh Jean.Jean benar-benar salah tingkah mendengar pertanyaan Raja. Dia memberanikan diri menoleh ke pemuda itu.“Jangan berharap banyak kepadaku. Aku memiliki banyak kekurangan termasuk mungkin takkan bisa memberikan cinta yang sempurna untukmu,” ucap Jean takut Raja kecewa.“Kamu tahu, tidak ada yang namanya cinta sempurna. Yang ada, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Asal kamu mengizinkan, aku akan menerima semua kekurangan itu.”Raja menatap Jean penuh harap. Dia menyadari jika Jean seperti tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan, tapi dia pun ta

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Berkumpul Bersama

    “Apa kamu tidak merasa aneh jalan denganku?”Jean mengamati sekitar, banyak remaja memperhatikannya yang sedang jalan dengan Raja.“Kenapa aku harus merasa aneh?” tanya Raja balik dengan santai.“Karena kamu jalan dengan wanita yang layak jadi kakak, tante, mungkin mama.”Jean menjawab sambil menoleh Raja.Raja tertawa mendengar ucapan Jean, lantas membalas, “Untuk apa memikirkan pandangan orang yang tidak ada habisnya. Yang menjalani aku, kenapa mereka yang repot?”“Lagi pula sekarang kita hanya jalan, kalau kamu menerima perasaanku, aku malah akan menggandeng tanganmu lantas memberitahu mereka kalau kamu kekasihku, bukan kakakku, tanteku, atau mamaku,” ujar Raja lagi memberi clue ke Jean untuk merepon perasaan yang diungkapkan sebelumnya.Jean langsung berdeham mendengar ucapan Raja, bahkan mengulum bibir sambil memalingkan muka.Raja menoleh Jean yang memalingkan muka darinya, dia pun lantas kembali berkata, “Apa kamu yakin belum mau memutuskan? Tapi kalau belum juga tidak apa, aku

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Restu Tanpa Minta

    “Jean,” panggil Ive saat melihat putrinya sedang menuruni anak tangga.Jean yang sedang ingin ke dapur mengambil minum, akhirnya berbelok ke ruang keluarga untuk menghampiri sang mama dan papa.“Ada apa, Ma?” tanya Jean.“Duduklah sini,” pinta Ive sambil menepuk sofa di sampingnya.Jean menuruti ucapan sang mama, lantas menatap kedua orang tuanya bergantian.“Apa ada masalah, Ma?” tanya Jean agak cemas karena tak biasanya kedua orang tuanya memanggil sambil memperlihatkan ekspresi serius seperti itu.“Apa kamu sebelumnya menolak kencan buta karena sudah punya pacar dan pacarmu itu yang tadi pagi jemput?” tanya Ive memastikan sebelum bicara ke pembahasan lebih lanjut.Jean sangat terkejut mendengar pertanyaan Ive, membuatnya gelagapan karena bingung harus menjawab apa.Ive dan Alex saling tatap, mereka pun semakin yakin kalau memang benar pria yang menjemput Jean adalah pacar putrinya.“Sebenarnya, asal kamu suka, tidak masalah kamu mau pacaran sama siapa, mau nikah sama siapa. Mama da

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Jean Untukku

    “Lain kali jangan mendatanginya dengan alasan kamu merasa bersalah! Bukankah kamu seharusnya merasa bersalah karena mendekati kekasih adikmu sendiri.”Raja baru saja sampai rumah saat sang kakak juga sampai di rumah. Dia memperingatkan kakaknya itu agar tak mendekati Jean lagi.Saat Arthur hendak membalas ucapan Raja, Amanda sudah lebih menegur mereka berdua.“Kenapa kalian bersitegang lagi?” tanya Amanda sambil menatap kedua putranya itu.Raja dan Arthur menoleh bersamaan ke Amanda. Raja terlihat tak senang karena menyadari jika sang mama pasti akan membela kakaknya.Amanda menatap Arthur yang hanya diam, hingga tatapannya tertuju ke Raja.“Raja, mama mau bicara denganmu sebentar, bisa?” tanya Amanda dengan suara halus agar putranya tak salah paham kepadanya.Raja menatap sang mama, lantas mengangguk karena tak bisa menolak permintaan wanita itu.Raja pun mengikuti sang mama yang berjalan lebih dulu di depannya. Dia mengikuti hingga sang mama masuk ke ruang kerja ayahnya.“Mama mau b

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Tak Senang

    “Yang ini nanti kamu kirim ke bagian marketing. Jangan lupa minta untuk dicek ulang,” perintah Jean ke sekretarisnya.“Baik, Bu.” Sekretaris Jean mengangguk.Jean memberikan berkas yang baru dicek. Dia lantas kembali mengurus berkas lainnya yang bertumpuk di mejanya.Saat sedang fokus ke berkas, tiba-tiba saja telepon kabel di mejanya berdering, membuat Jean menjawab panggilan itu lebih dulu.“Selamat siang Bu Jean, ada seseorang yang ingin menemui Anda tapi belum membuat janji. Anda ingin menemuinya atau tidak?” tanya staff resepsionis dari seberang panggilan.Jean mengerutkan alis mendengar pertanyaan resepsionis.“Siapa?” tanya Jean penasaran hingga dia terdiam mendengar nama yang disebutkan resepsionis.Jean menutup panggilan itu, lantas memilih keluar dari ruangannya untuk menemui orang yang mencarinya.Jean pergi ke lobi, hingga melihat pria yang berdiri membawa sebuah paper bag.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya Jean sambil menatap Arthur yang datang menemuinya.Arthur membalikka

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Hanya Memastikan

    Raja tersenyum melihat Jean keluar memakai celana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu mau berganti pakaian hanya karena dirinya memaksa ingin mengantar.“Besok aku akan membawa mobil,” ucap Raja sambil menyodorkan helm ke Jean.“Kamu tidak perlu menjemputku setiap hari,” balas Jean sambil menerima helm dari Raja lantas memakainya.Siapa sangka Raja mendekat ke Jean, lantas membantu memasang tali pengaman helm.Jean cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Raja, tapi dia berusaha untuk tenang.“Aku suka melakukannya,” balas Raja setelah selesai memasang tali helm sambil menatap Jean.Jean mengalihkan pandangan dari pemuda itu, bahkan menggeser posisi agar tak terlalu dekat dengan Raja.“Bisa kita berangkat sekarang?” tanya Jean karena mulai salah tingkah melihat tatapan Raja.Raja hanya mengulum senyum, lantas naik ke motor disusul Jean. Pemuda itu pun melajukan motor meninggalkan rumah Jean.Di rumah, ayah Jean keheranan karena mobil putrinya masih di garasi.“Jean ke kantor naik ap

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Menepati Ucapan

    [Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.

DMCA.com Protection Status