Home / Fantasi / Kaisar Dewa Regera / 31. Tujuan baru dan ingatan masa lalu!

Share

31. Tujuan baru dan ingatan masa lalu!

Author: Aldho Alfina
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Melihat kemunculan pemuda berjubah hitam muncul secara tiba-tiba, para pasukan bertopeng serigala segera menghentikan aksinya dan melompat menjauh. Hal itu juga membuat pelaku pemukulan panik, mengacungkan baloknya ke arah Akara.

Pemuda itu segera jongkok dan muncul dua butir pil di atas telapak tangannya. "Sembuhkan lukamu."

Bocah itu bangkit, terlihat darah keluar dari hidungnya dan luka memar yang membekas berbentuk persegi panjang di pipi. Bukannya menangis atau merasa sakit, ia malah tersenyum menyeringai dan menatap warga yang memukulnya.

"Terima kasih!" Ia langsung mengambilnya dan langsung melompat, merampas balok dan suara nyaring terdengar saat wajah pelaku dipukul olehnya. Darah langsung berceceran di jalan saat si pelaku berlutut kesakitan. Sedangkan Renggo, berlari pergi sambil melemparkan balok dengan bercak darah dan melempar kedua pil ke dalam mulutnya.

Akara kini menoleh ke arah beberapa penjaga kota, mereka kebingungan dan ragu,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kaisar Dewa Regera   32. Orang lama wajah baru!

    Sebuah perpustakaan besar, berbentuk kubah raksasa yang dipenuhi buku, dengan dinding dan lantai berupa kayu. Bukan susunan papan, namun kayu utuh karena lokasinya berada di dalam pohon raksasa. Seorang wanita berbadan seksi dengan rambut emas yang disanggul, melayang di udara, meraih salah satu buku di hamparan jutaan buku lainnya. Mengetahui kedatangan seseorang, ia menoleh perlahan-lahan ke bawah, lalu berteleport di depannya. "Dahh aku tinggal!" Alice segera berteleport pergi. Akara hanya diam saja menatap wajahnya, membuat Viona dengan santai berkata. "Kenapa? Tidak merindukan kekasihmu ini?" Akara langsung memeluknya dengan erat, lalu berbicara dengan suara bergetar. "Syukurlah!"Kebalikan dengan Alice, kini Viona yang mengusap punggungnya dengan lembut. Beberapa saat kemudian ia melepaskan pelukannya, menatap sayu wajah cantik yang tersenyum padanya. Tangannya bergerak ingin meraih wajah kekasihnya, namun malah ia urungkan, mem

  • Kaisar Dewa Regera   33. Naga gila!

    Satu tombaknya langsung diayunkan untuk menangkis sarung tinju, sedangkan tombak lainnya diayunkan untuk menyerang. Sarung tangan air terbelah, namun masih meluncur ke arahnya, sedangkan serangan tombaknya telah digenggam batangnya. Merasa tubuhnya tertarik dan sarung air masih meluncur, ia langsung melepaskan tombaknya dan melompat. "Curang!" teriaknya, membuat si peninju terkekeh dan meniru gerakannya memegang tombak. "Kadal, derajatmu jauh di bawahku, mau kekuatanku dibatasi tetap saja kau di bawahku!" Mereka serentak berlari, melompat di udara sambil mengayunkan tombaknya. Cting!... Percikan api bertebaran saat keduanya saling menghantam dan terpental, namun segera mendekat kembali. Percikan api memenuhi sekitarnya saat mereka mengayunkan tombak dengan cepat dan terus menerus. Tanpa sadar, air merembes di bawah kaki penombak, membuat pijakannya licin dan terjatuh ke belakang. Di saat yang bersamaan, lawannya melompat sambil mengayunkan tombak dari atas. Namun, kristal ungu yan

  • Kaisar Dewa Regera   34. Perburuan Jiwa dimulai!

    "Segoro!" Akara memerintahkannya, membuatnya menghela napas dan menjawab. "Tidak perlu kau perintah!" Ia langsung melayang di udara, dengan bulir-bulir air yang muncul di sekitarnya. Sangat banyak dan tiba-tiba semua buliran air melesat sangat cepat, memotong tentakel tanah yang mengikat para warga dan mencacahnya. Tidak hanya di lokasi itu, namun hingga lokasi yang lebih jauh."Apa yang terjadi?!" Para warga kebingungan, hingga akhirnya bayangan berakhir. Akara dan yang lainnya telah pergi. Portal muncul di planet baru, tepatnya di atas ketinggian. Mereka melihat pantai, yang lebih mirip oasis raksasa karena tenaman baru tumbuh di sekitar genangan air layaknya laut. Dunia yang belum ada pemukiman, namun ternyata ada banyak manusia di sana yang terlantar. Seperti pengungsi yang terdampar, mereka letih dan terlihat kelaparan. Saat itulah bayangan cincin raksasa seperti di planet sebelumnya datang. "Puja Dewa Eldon!" Mereka bersorak sorai sambil bersujud menyembahnya. Tentakel tanah

  • Kaisar Dewa Regera   35. Klan Dewa

    Melihat orang-orang yang muncul dari celah kehampaan, Akara langsung menatap tajam ke arah Viona. Ia lalu berbicara dengan geram dan tegas."Kalian tau semua ini akan terjadi, tapi malah membiarkannya?!" Ia lalu meraih tangan dengan jemari lentik yang memeluk lengannya, lalu melepaskan pelukannya dengan perlahan, membuat gadis itu sedikit kebingungan."Adek, teleportasikan kakak dan mereka ke sisi yang berbeda-beda." Ia menunjuk ke arah Segoro dan Komo."Ah, baik kak!" Alice langsung menjentikkan jarinya dan ketiga pemuda itu berteleport pergi, menyisakan aliran listrik yang melebur di udara. Gadis itu lalu mendekati Viona, memeluk lengannya dan menyandarkan kepalanya, dengan ujung bibir yang turun dan mengerutkan keningnya merasa takut."Kak, kak Akara marah …." "Tidak apa-apa!" Gadis berambut emas yang disanggul itutersenyum, sambil mengusap pelan rambut Alice. "Kakakmu masih terguncang setelah kejadian yang merenggut Lina dan ayah Al, sampai lupa kalau teleportasinya sudah tidak

  • Kaisar Dewa Regera   36. Dewi Pemilik Dimensi

    Ruangan yang gelap, namun dipenuhi oleh gemerlap aura jiwa di berbagai tempat. Mereka ranah jiwa tingkat menengah hingga puncak, 2 barisan bintang dan 3 barisan bintang. Begitu Akara muncul di sana, mereka langsung melesat ke arahnya."Tubuh segar!" Mereka berteriak dan berebut, berakhir masuk ke dalam tubuhnya secara bersamaan dan terus menerus karena saking banyaknya. Seakan tidak terganggu, Akara berdiri dengan tenang, disusul aura ranah Amerta yang menyala di belakang pundaknya. Jwesh!... Api hitam berkobar menyelimuti tubuhnya, disusul teriakan para jiwa yang terbakar, sedangkan jiwa lainnya langsung menjauh. Hanya beberapa detik saja teriakan bertahan, ia lalu menyapu pandangan, melihat para jiwa yang ketakutan. "Apa master Aura jiwa memang selemah ini?" gumam Akara, lalu duduk bersila."Makhluk rendahan! Semestamu akan hancur jika berbuat masalah dengan kami!" "Makhluk rendahan?" Akara terkekeh. "Kalian lebih rendah dari manusia! Kalian hanya gumpalan jiwa yang tidak bisa ap

  • Kaisar Dewa Regera   37. Portal di dunia Magna

    Masih di atas pulau melayang. Lautan awan yang biasanya hanya bergelombang dengan tenang, kini sudah tak beraturan. Layaknya tornado, awan putih yang tebal tergulung mengelilingi pulau melayang. Pemandangan dari pulau cukup mengerikan, seakan berada di dasar sumur raksasa. Ada aliran energi yang berkumpul dari segala penjuru, diiringi kilatan petir yang mengamuk. Tepat di pusat altar, energi membentuk formasi berbentuk segitiga. Di pusat formasi, ada Eldon yang duduk bersila. Seluruh energi berkumpul pada aura Naga 5 pola yang menyala di atasnya. Sedangkan di ujung formasi, ada Akara, Lisa dan Viona. Aura Alkemis mereka menyala, tingkat 8 milik Akara dan tingkat 10 di kedua gadisnya. Serin, Segoro dan Komo juga masih di sekitarnya, terlindungi kubah energi. Tiga orang pengendali formasi masih tenang, namun tidak dengan Eldon. Kalung emas milik pria bertelanjang dada itu mulai melayang, disusul tubuhnya yang juga terangkat oleh sambaran petir."Fokuslah, semuanya tergantung padamu."

  • Kaisar Dewa Regera   38. Kemarahan Renggo

    Dari portal itu, muncullah beberapa orang berbadan tinggi, rata-rata tinggi mereka melebihi 2 meter. Tidak memiliki bulu mata maupun alis, bahkan pertumbuhan rambutnya tidak selalu merata, namun tetap terlihat garang. Memiliki kulit putih yang cenderung keabu-abuan, dengan dengan beberapa tompel seperti tato karena bentuknya presisi. Para warga Magna langsung menyingkir, memberikan jalan kepada mereka sambil menundukkan kepalanya. …"Siapa mereka?" tanya Akara, mereka sudah berada di salah satu lorong yang lokasinya jauh dari sebelumnya. "Klan Vasto!" jawab Jade dengan geram. "Salah satu dari 5 klan Dewa. Mereka memiliki fisik yang luar biasa kuat, tapi kurang peka terhadap energi, jadi masih bisa kita awasi dengan mata naga!""Setelah wadah portal yang aku ambil, seharusnya tinggal satu portal!" Akara membuka mata naganya saat melihat portal, membuat Jade melebarkan matanya saat melihatnya dan bertanya."Portal?""Ya, mereka melakukan perburuan, tubuh mereka seperti manusia biasa,

  • Kaisar Dewa Regera   39. Janji dengan Renggo

    Tombak ditangkap oleh Renggo. Bocah itu melayang di udara, dengan luapan energi kegelapan dari tubuhnya, disusul kilatan listrik merah yang membentuk aura naga. Walaupun hanya satu pola, namun tekanan intimidasinya membuat para pemburu tersungkur di tanah. Mereka menyalakan aura ranahnya, ranah Sinom 3 bola energi, bahkan pemimpin pemburu yang berada di ranah Kinanti 4 bola energi sampai merangkak. Hampir semua pemburu berteriak ketakutan, mereka memanggilnya dengan sebutan 'monster'. Renggo menghilang, disusul hancurnya rantai besi yang melilit para binatang sihir. Beberapa saat kemudian teriakan kesakitan terdengar dari mulut para pemburu. Teriakan yang singkat karena mereka langsung terkapar tak bernyawa, hingga akhirnya dentuman terjadi di tempat pemimpin pemburu. Debu mulai tersapu angin, memperlihatkan Renggo yang membungkuk. Ia mencengkram leher belakang pemimpin pemburu dengan cakar naganya. Pemburu menoleh dengan berat, terlihat darah yang mengalir dari bibirnya saat ia ber

Latest chapter

  • Kaisar Dewa Regera   133. Aliansi baru

    Tempat yang abstrak, berlatar belakang cahaya berbagai warna dari awan panas Nebula di kegelapan angkasa, Dewa Penempa membungkukkan badannya di hadapan tiga gumpalan bercahaya. Dengan sopan dan waspada, ia menjelaskan tentang pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi yang memojokkannya. "Jadi, apa maumu?" tanya salah satu leluhur. Sambil sedikit menunduk, Dewa Penempa menjawab dengan lembut. "Mohon maaf, Fraksi Cahaya Ilahi di mata warga sudah bisa dikatakan hancur, bahkan banyak masalah yang terus terjadi. Mungkin sudah seharusnya kepemimpinan Fraksi diganti.""Kondisikan klan Vasto, kami akan segera memanggilmu kembali!" ujar salah satu leluhur, dan Dewa Penempa segera melebur, digantikan dengan seorang pria bermahkota sayap emas. "Ronas memberi salam kepada leluhur!" Ia sedikit menunduk seperti yang dilakukan Dewa Penempa sebelumnya. "Ronas, tiga lentera jiwa tetua Fraksi telah padam, apa yang terjadi?!" Ronas menjawab dengan tenang.

  • Kaisar Dewa Regera   132. Semua siasat

    "Regera, kau telah mengalahkanku!" Luce kembali terkekeh, tapi ia segera tersedak saat bilah pedang kayu mengganjal mulutnya. Sebutir pil melesat begitu saja memasuki tenggorokannya. "Tidak perlu kau sembuhkan lukaku!" seru Luce saat ganjalan di mulutnya terlepas. Namun, ia segera menyadari bahwa itu bukanlah pil penyembuhan. Segel belenggu langsung menyala di jantungnya. Melihat Luce tidak menunjukkan tanda-tanda melawan, sepasang pedang kayu segera melebur di udara. Ia lalu berteleport menuju para Dewa lainnya berada, disusul oleh kilatan cahaya emas yang membawa Luce. Ternyata kegaduhan terjadi. Pria bertanduk ranting menyandera Luwang, padahal tubuhnya telah babak belur penuh luka bakar. Cakar tajam telah melingkar di leher pemuda Sheva bertanduk emas, untung ditahan oleh bilah cakar di lengannya. Tangan lain juga menahan lengan Dilvo satunya. Dewa lain nampak ragu untuk bertindak, dan kedatangan Akara menjadi harapan untuk mereka. Namun,

  • Kaisar Dewa Regera   131. Kekalahan Luce?

    Cukup lama awan panas Nebula memenuhi domain, hingga akhirnya, luapan energi berhenti, bahkan malah kembali ke titik ledakan. Para Dewa hanya bisa menyapu pandangan penuh kebingungan, dan dalam hitungan detik, mereka dapat melihat kegelapan lagi. Awan panas Nebula telah sepenuhnya terhisap. Seketika para Dewa tertegun melihat apa yang menghisap semua itu. Sebuah lubang hitam raksasa, yang terlihat cahaya di pinggirnya dan menggaris, membelahnya. Itu cahaya energi yang terhisap dari kesepuluh esensi surgawi. Daya hisap yang luar biasa yang dapat menelan cahaya, tidak heran jika kesepuluh esensi mulai bergerak. Mereka terhisap, membuat Akara segera melempar dua butir pil ke mulutnya dan menyalakan seluruh auranya. Aura Naga sejati, ranah Jiwa Suci dan aura Alkemis tingkat delapan. Ia langsung melakukan segel tangan. Energi pelindung segera terbentuk di sekitar Esensi surgawi, menjadi sepuluh pilar yang puncaknya mengurung Esensi surgawi. Kesepuluh pilar juga segera saling terhubung d

  • Kaisar Dewa Regera   130. Supernova menelan lara Dewa

    "Sialan kau Dilvo! Berani-beraninya kau mengusik jasad ayahku!" Luwang sangat geram saat melihat tubuh Dewa bertanduk emas setengah sabit, yang tidak lain adalah leluhur Raja Sheva. Di samping leluhur, Sheva bertanduk ranting langsung terkekeh. "Majulah kalian semua!" Dewa Farz segera mendekati Luwang dan dengan tatapan masih tertuju pada lawan mereka, ia lalu berkata. "Kau lawan Dilvo, biar aku yang menahan leluhur Raja Sheva. Tidak perlu memaksakan diri, tahan saja sampai tuan Regera menjalankan rencananya!" Farz lalu menoleh ke arah dua Dewa Fraksi lainnya. "Jika dua Dewa Sheva lainnya tidak bergerak, kalian tidak perlu ikut campur!" "Baik Dewa Farz!"Ketegangan terjadi pada kedua belah pihak, bahkan belum sempat melesat, dimensi di sekitar mereka melebar, seakan ditarik dari kedua sisi. Dalam sekejap, mereka melesat dengan kecepatan cahaya. Memasuki lubang cacing dalam kekosongan. Pertarungan tidak terlihat dari luar, ta

  • Kaisar Dewa Regera   129. Akara vs Luce

    Dalam dimensi yang hampa dan hanya mendapatkan cahaya dari bintang neutron, titik berkumpulnya kesepuluh energi esensi surgawi. Pusaran energi berwarna emas telah menyala di belakang Akara dan di atasnya, ada lingkaran dengan ukuran lebih besar, memiliki pola rumit berwarna hitam. Aura ranah Jiwa Suci, ditambah aura Naga sejati yang menggelegar, memutar pelan hingga dimensi seakan tertarik energinya.Namun, itu tidak sebanding dengan apa yang ada di depannya. Ia bagaikan sebuah titik kecil dibandingkan sosok Naga raksasa yang tubuhnya berselimutkan cahaya. Keempat kaki berototnya melebar, dengan cakar tajam yang mencengkram dimensi. Sayapnya membentang tak terkira, dengan lekukan-lekukan yang tak kalah tajamnya. Lehernya meliuk, menurunkan kepalanya yang garang dengan deretan gigi dan tanduk tajam. Tepat di atas tulang hidungnya, Luce duduk jegang dan bersandar penuh keangkuhan. Melihat kesepuluh Esensi surgawi dan domain yang sangat luas, Dewa

  • Kaisar Dewa Regera   128. Inti Cahaya Primordial

    Sebelum peperangan dengan Dewa klan Sheva, Dewa berpakaian emas mendatangi sebuah tempat yang dipenuhi reruntuhan melayang. Lempengan-lempengan batu beterbangan, tapi tak pernah sekalipun bertabrakan. Di wilayah yang terisolir dari reruntuhan melayang, ada sebuah portal. Bukan pusaran yang gelap, tapi pusaran putih keemasan penuh cahaya yang indah. Begitu memasukinya, ia langsung menyipitkan mata, tersorot oleh cahaya yang lebih terang. Saat mulai bisa beradaptasi, terlihatlah sebuah titik seperti matahari, tapi dengan luapan energi yang sangat dahsyat. "Inti Cahaya Primordial?!" gumamnya cukup terkejut, tapi segera menemukan keberadaan seseorang dalam kekosongan penuh cahaya itu. Pemuda tampan yang sedang bersila, dengan pakaian minim dari cahaya hingga tubuh atletisnya yang bersih terlihat. Namun, di antara keindahan itu, berserakan mayat yang tak terhitung jumlahnya. Aliran energi dari tubuh mereka keluar, menuju ke dalam tubuh Luce. Ia menghisap ene

  • Kaisar Dewa Regera   127. Membersihkan klan Sheva

    "Maaf!" Ronas hanya bisa tertunduk merasa bersalah, lalu mulai menjelaskan keadaannya. Mendengar penjelasan panjang lebar, Serin segera menanggapi. "Keputusan di tangan anakku Regera!" "Anak?" Ronas malah merasa bingung dan Serin langsung menyadari bahwa pemimpin Fraksi telah termakan rumor. "Ronas, tidak mungkin kau mempercayai rumor 'kan?" "Itu... Lalu kenapa bisa memasuki peninggalan Dewa Penempa dan bagaimana dengan jiwanya?" Serin tersenyum penuh ketenangan sebelum berkata. "Tenang saja, pak tua itu bersama kami, hanya saja dia belum menyadari identitas asliku."...Deretan pilar-pilar besar yang berlapis emas, menjaga jalan konblok yang semakin naik seperti tangga raksasa. Di puncaknya, berdiri sepasang singgasana emas dengan latar birunya langit dan lautan awan di bawahnya. Dewa Penempa dan sang Maharani duduk di sana. Dewa Vasto bertubuh besar berotot dengan armor emas. Ada pula mahkota yang melayang di atasnya,

  • Kaisar Dewa Regera   126. Akara jadi ayah?

    "Akara adalah anak kelima dari enam anak ayah, tapi maaf Mama Serin, sepertinya anak Akara akan menjadi cucu kalian yang pertama." Ia tersenyum penuh haru saat meraih potongan rambut tipis nan lembut dari dalam kotak. "Selamat untuk kalian, itu juga peringatan untukmu agar lebih berhati-hati kedepannya. Ada mereka yang menunggu kepulanganmu," nasihat wanita bertubuh mungil dari dalam dimensi, yang juga kebahagiaam turut terpancar di wajahnya....Saat pembicaraan Luwang dan Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi mulai tenang di dalam ruangan, muncul kilatan listrik yang mengantar pemuda berjubah hitam. "Tuan Regera!" Pemimpin Fraksi bangkit dari sofa, tapi kedua pria Sheva langsung melesat di depan Akara, melindunginya. "Siapa dia?" tanya Akara dan segera dihawab oleh Lumpang."Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi!"Pandangan Akara segera menelusuri tubuh kedua Dewa Fraksi, yang bukan bertubuh dari kelima ras Dewa, tapi layaknya manusia pad

  • Kaisar Dewa Regera   125. Berita Mengejutkan

    Di dalam dimensi abstrak berwarna hitam bergaris putih-putih, Fraz, Dewa Fraksi dengan jubah putih berselimut perhiasan emas mendatangi pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi. "Farz menghadap pemimpin!" Ia menelangkupkan tangan dan membungkuk ke arah lempengan emas yang melayang di atas sana. Walau tidak menunjukkan penampilannya, pemimpin Fraksi segera menjawab. "Farz, aku dengar kau berselisih dengan Raja Sheva, Dilvo.""Benar Yang Mulia! Mereka menyandera anak saya, Zurrark Fam. Mereka tertipu oleh taktik adu domba yang dilakukan Regera!""Kau sudah mendengar kabar tentang siapa sebenarnya Regera?"Dewa Farz nampak gugup dan mengangkat wajahnya, menatap lempengan emas yang berputar dan menjawab. "Saya belum bisa memastikannya, tapi informasi yang beredar sesuai dengan dugaan.""Lalu, kau ingin menyinggung dua kekuatan besar sekaligus?""Maaf Yang Mulia! Tapi setidaknya saya harus menyelamatkan anak saya!" Energi men

DMCA.com Protection Status