Sorry dikit.. Author lagi ada urusan.
Brakkk!Bamm!"Bajingan! Sejak kemarin kalian selalu mengatakan itu dan sampai 10 hari setelah kematian tidak pernah membawakan hasil sama sekali!" Patriark Klan Xiyan semakin marah besar ketika anak buahnya malah justru mengatakan hal sama seperti itu terus menerus padahal tidak pernah membuahkan hasil sedikit pun. Dia menggebrak meja didepannya hingga hancur berkeping-keping dan urat saraf yang ada di kening maupun lehernya tampak terlihat membiru dan membesar karena kemarahan yang teramat mendalam.Saat Patriark Xiyan ingin mengucapkan sesuatu buruk yang lain lagi, tiba-tiba dirinya berhenti karena seseorang memasuki ruangannya. Orang tersebut segera berlutut di hadapan pria paruh baya itu dan memberikan hormat sehormat-hormatnya."Tetua Kelima! Kau berani memasuki ruanganku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu! Kau harusnya tahu konsekuensi yang akan kau dapatkan, bukan?" Tanya Sang Patriark dengan mata melotot."Mohon maafkan aku yang lancang ini, Patriark! Hanya saja aku mendatan
Lin Hua mengerutkan keningnya saat melihat sambutan yang begitu tidak baik dari prajurit itu. Menurut pemahamannya, harusnya mereka bersikap baik kepada siapapun yang akan mendatangi Kota Housan meskipun orang itu adalah orang biasa sekalipun.Namun pemahaman Lin Hua mengenai kota yang berada di bawah naungan Klan Lin-nya ini rupa-rupanya salah besar. Bahkan prajurit penjaga pintu gerbangnya saja sudah bersikap sebegitu buruk dan dinginnya kepada dirinya dan Tian Lin yang hanya memperlihatkan kultivasi di Ranah Raja Tahap Akhir saja.Ya, memang Kota Housan merupakan kota yang sangat besar dan menjadi tujuan banyak kultivator. Kedua penjaga gerbangnya saja kultivasinya berada di Ranah Master Tahap Akhir sehingga harusnya wajar jika mereka mengabaikan atau sedikit merendahkan Lin Hua dan Tian Lin yang hanya Ranah Raja. Terlebih, dalam pandangan para prajurit penjaga gerbang itu, Lin Hua dan Tian Lin itu seperti sepasang kultivator muda yang pemalas dan hanya mementingkan cinta saja. Keh
Lin Hua melotot saat mendengarkan nama panggilan dari pelayan wanita cantik yang menyambut kedatangannya. Dia buru-buru membuka cadar hitamnya sehingga membuat pelayan itu langsung mengenali dirinya."Ah! Nona Muda Hua! Ternyata itu anda.. Maaf karena sebelumnya aku tidak dapat mengenali Nona karena memakai cadar hitam seperti itu," buru-buru pelayan wanita cantik ya memang telah mengetahui identitas Lin Hua meminta maaf sembari menangkupkan kedua tangan dan membungkukkan sedikit badannya."Hmm.. Tak apa, pelayan Rong! Oiya, perkenalkan ini temanku, Tian Lin! Dia orang yang sedikit bicara!" Kata Lin Hua memperkenalkan Tian Lin sembari sedikit melirik ke arah pemuda bertopeng separuh wajah itu yang saat ini terlihat mengerutkan kening."Salam, Tuan Muda Tian!" Ujar pelayan itu sembari menangkupkan tinju dengan hormat."Sangat jarang sekali Nona Muda Hua membawa seorang laki-laki bersamanya Dan ini merupakan pertama kalinya aku melihat," lanjutnya menyeletuk dengan asal."Owh..? Benarka
Sebenarnya, bukan hanya Lin Hua saja yang bereaksi demikian saat baru pertama kali memasuki Dunia Jiwa. Bahkan semua anggota Gerbang Langit Ling seperti itu dan mereka sama-sama tercengang dengan pemandangan yang begitu menakjubkan. Lin Hua kini menyadari mengapa pemuda bertopeng separuh wajah memintanya untuk berjanji agar tidak mengatakan apapun yang dilihatnya.Dengan tempat yang begitu luar biasa seperti ini, orang-orang pasti akan mencarinya bagaimanapun caranya. Belum lagi, tidak jauh dari hadapannya saat ini terdapat perkebunan buah-buahan abadi yang bahkan hanya pernah dia ketahui dari buku-buku kuno saja dalam perpustakaan."Hua'er.." Tian Lin memanggil gadis itu namun tidak segera mendapat sahutan."Hua'er!""Ah!"Barulah saat Tian Lin memanggil untuk kesekian kalinya dan sedikit menggunakan suara yang tinggi, Lin Hua tersadar dari lamunannya dan berjingkrak terkejut."Mengapa kau mengejutkanku, saudara Tian?" tanyanya dengan kesal."Haiihh.. Aku dalam memanggilmu beberapa k
Lin Hua bingung harus menjawabnya dengan ucapan apa. Wajahnya semakin memerah sehingga membuat Tian Lin sangat gemas sekali. Namun dengan cepat dia segera berkata, "T-tidak apa-apa. Oiya, bolehkah sekarang aku memanggilmu kakak?""Tentu saja boleh sakali, Hua'er. Dari dulu sampai sekarang kamu memang selalu memanggilku dengan sebutan itu," jawab Tian Lin sembari tersenyum lembut dan mengusap kepala Lin Hua lagi dengan lembut.Tian Lin kemudian berjalan mendahului gadis itu tanpa mengucapkan apapun lagi menuju ke Istana Ling. Hatinya saat ini teramat bahagia karena merasa bahwa orang yang selama ini dia rindukan telah kembali ada di sisinya.Lin Hua mengikuti pemuda itu dengan berlari yang kecil saat tersadar bahwa dia telah ditinggalkan begitu saja. Dia tidak tahu mengapa jadinya merasa begitu bahagia akan ketakjuban hati kepada pemuda itu.Setelah keduanya sampai di depan istana, mata Lin Hua semakin bersinar ketika melihat kemegahan serta keunikan gaya arsitektur istana tersebut. Be
Zheep!Tian Lin muncul di atas Ja Bu dan Putri Pa Nie yang sedang berlatih bersama Xu Yang dan Xu Yuan. Dia menggunakan elemen bayangannya untuk menyembunyikan keberadaan serta auranya sehingga tidak ada di antara mereka yang menyadarinya. Tian Lin dapat melihat bahwa kedua muda-mudi jenius dari Kota Malong itu tampak bekerja dengan sangat keras sekali untuk mengalahkan kedua seniornya yang terlebih dahulu memasuki Gerbang Langit Ling.Xu Yang sendiri yang hanya seorang bocah, kini kekuatannya telah melejit jauh hingga mencapai kultivasi Ranah Master Tahap Akhir yang sewaktu-waktu dapat menerobos ke ranah selanjutnya. Dia benar-benar seorang monster yang nyata dengan kejeniusan luar biasa. Tian Lin sungguh sangat beruntung menemukan bocah ini dan memasukanya ke dalam anggotanya sehingga dia dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri akan kelahiran sosok Dewa Racun yang sesungguhnya.Elemen racun Xu Yang sendiri telah benar-benar kuat setelah sebenarnya menyatu dengan elemen kegelapan.
Tian Lin tentu telah mengetahui bagaimana sikap dan sifat tengil dari bocah berumur 13 tahun itu. Dia yang memang masih memiliki pemikiran bocah tentu merasa begitu bangga dengan kekuatan yang ditorehkannya, terlepas dari ukuran tubuhnya yang bongsor dan terlihat seperti anak berusia 16 tahun.Xu Yang merasa bahwa dia itu adalah jelmaan monster yang sesungguhnya karena pada usianya yang begitu muda telah mencapai Ranah Master Tahap Akhir yang sangat sulit untuk digapai oleh mereka yang dikatakan jenius sekalipun.Ya, meskipun setiap ucapan yang sebelumnya dia berikan kepada Putri Pa Nie memang benar dan sangat membangun, namun itu hanya akan berlaku saat berlatih saja. Lain halnya ketika sudah selesai berlatih, bocah itu akan menjelma menjadi sosok yang sangat menjengkelkan namun tidak ada yang berniat untuk menghajarnya mengingat umurnya yang masih begitu muda."Kau memang begitu jenius di usiamu dan aku tidak memungkirinya sama sekali! Namun sikap tengil dan usilmu Sepertinya harus
"Maaf, paman Lin Za?" Lin Hua mengangkat satu alisnya karena terkejut sekaligus tidak senang."Nona Hua, aku tidak bisa membawa pemuda ini masuk ke dalam klan," kata Lin Za menegaskan."Tapi mengapa, paman Lin Za? Dia adalah temanku! Dia juga-.." Belum selesai Lin Hua menyelesaikan kata-katanya, Lin Za sudah memotongnya."Sekali lagi saya mohon maaf, Nona Muda Hua! Saya tetap tidak bisa mengantarkan pemuda ini masuk ke dalam klan. Tidak! Saya kira bukan hanya saya saja, tapi semua pengantar dan penjemput pasti akan menolaknya!""Tapi mengapa? Tahukah paman jika pemuda ini memiliki lencana emas milik klan kita? Dan tahukah jika yang memeberikannya adalah ayahku? Paman pasti mengerti artinya ini bukan?" Lin Hua sudah sangat geram dan marah akibat penolakan yang tidak dia ketahui alasannya ini."Tetap saja, Nona Hua! Bahkan jika itu Patriark yang memberikannya, saya tetap tidak bisa! Lalu mengenai alasannya, Nona Hua bisa menyuruh pemuda ini pergi satu hari mengelilingi kota maka dia pas