Sebuah perjuangan yang berat dikala aku dan Mas Parto harus mengangkat mereka dari sawah. semua botol-botol bekas terbakar aku sengaja tutup dengan tanah untuk menghapus jejak atas apa yang telah mereka lakukan.Namun retakan-retakan yang ada di tanah aku tidak bisa menutup semuanya, karena retakan-retakan itu terlalu banyak. Aku hanya berharap warga yang sedang mengerjakan irigasi ini tidak curiga atas retakan-retakan yang muncul di tanah dalam semalam, sehingga proses pengerjaan irigasinya masih bisa dilanjutkan di hari ini.Mas Parto dan aku berjalan di depan, sedangkan Esih dan Citra berada di bagian belakang. Yuyun yang sudah mengetahui tugasnya di hari itu, langsung bergegas berjalan sendirian ke arah Kampung Parigi, menyusuri jalan kecil di sebelah irigasi tersebut yang bisa menembus ke arah kampung melalui kebun-kebun dan rumah Bagja yang kini telah berganti dengan kebun bambu yang sangat lebat disana.Aku berjalan secara perlahan melalui persawahan, namun ketika ada sebuah pe
“Kak Yogaaa!”“Kakkk, Kakak Yoggaaa!”“Bangunn kakkk!”Yoga yang masih terbaring tiba-tiba mendengar sebuah suara yang entah darimana datangnya, sebuah suara yang sudah dia kenal lama. Bersamaan dengan tubuhnya yang sedang digoyang-goyangkan oleh sesuatu, seperti sedang berusaha untuk membangunkannya pada saat itu.“Kak!”“Kak Yoga, ayo makan malam dulu kak!”“Bapak sudah nyiapin makanan untuk kita makan.”Yoga yang masih terbaring tiba-tiba terbangun karena ada yang membangunkannya pada saat itu, kedua matanya yang mengantuk tiba-tiba terbuka dengan lebar. Dan terlihat, seorang anak gadis yang masih belia kini berada tepat di dekatnya, memaksa dirinya agar bangun dari tidurnya yang nyenyak itu di atas kasur tempat dia tidur setiap malamnya.Yoga yang masih ingat kejadian di Kampung Parigi yang membuat dirinya tak sadarkan diri langsung merasa kebingungan. Bagaimana tidak, ruangan yang menjadi tempat dia terbaring adalah kamarnya sendiri.Sebuah kamar dengan ukuran yang sangat kecil,
Rumah Yoga memang sedikit agak unik. Rumahnya terdiri dari tiga bangunan yang berbeda, dua bangunan dibangun menjadi sebuah kontrakan yang terlihat memanjang hingga ke arah jalan, sedangkan rumahnya berdiri sendiri di paling belakang. Kontrakan yang sengaja dibangun oleh kedua orang tuanya untuk bekal masa depan Yoga dan adiknya, kedua bangunan dengan total sepuluh pintu akan dibagi dua ketika kedua orang tuanya meninggal. Sehingga, apabila mereka berdua tidak bekerja pun mereka masih bisa mempunyai penghasilan dari para penghuni kontrakan yang mengontrak kepadanya. Bapak dan Ibunya Yoga yang terkenal akan kerja kerasnya, hasil dari kontrakan yang dia bangun masih kurang untuk menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya. Yoga yang pintar membuat kedua orang tuanya menyekolahkan dia di sekolah yang mahal, memasukkannya ke beberapa tempat les untuk bisa mengasah kemampuannya, bahkan tak jarang mereka selalu memberikan buku-buku terbaik untuk dia baca. Sehingga kedua orang tuanya harus te
Yoga yang awalnya tersadar akan sesuatu hal yang terjadi tentang adik dan Bapaknya yang telah lama meninggal, Yoga kini hanya terdiam di rumahnya. Apalagi ketika dia mendengar suara adiknya yang menangis dan meminta tolong di dalam radio yang dia putar pada malam itu, lampu yang menyala di dalam kamarnya tiba-tiba mati, dan membuat semua ruangan yang ada di dalamnya menjadi gelap gulita.Yoga hanya bisa duduk dan tidak melakukan gerakan apapun, matanya melirik kesana kemari mencari sumber cahaya dengan jantungnya yang berdetak sangat kencang.DegDegDegYoga yang hanya sendirian di ruangan yang gelap kini mulai merasakan ketakutan, takut akan sesuatu yang tadi dia temui. Apakah dirinya memang sudah mati seperti adik dan Bapaknya yang dia lihat, atau memang ini adalah halusinasi yang tidak bisa dia jelaskan dengan kata-kata yang seperti nyata.BrrrrrDi tengah-tengah ketakutan tersebut, secara tiba-tiba sebuah cahaya redup muncul dan letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri. Tempat it
Deg,Deg, degDeg, deg, degYoga yang berada di dekat saklar lampu mendadak terdiam kembali, wajahnya semakin pucat ketika mendengar suara Yuni dengan jelas meminta tolong kepadanya pada saat itu.“Gak, gak gak mungkin, ini pasti mimpi, ini pasti mimpi.”“Gak, gak mungkin orang mati bisa datang dan menakut-nakuti ku.”“Gak gak, gak mungkin, gak mungkin, gak mungkin.”Yoga hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika dia berdiri disana. Wajahnya sangat pucat, sisa-sisa dari keringat dingin yang keluar membuat wajahnya sedikit basah, bahkan rambutnya pun terlihat tidak karuan sekarang.Dia hanya terdiam dengan kata-kata yang keluar seolah tidak percaya atas apa yang terjadi di depan matanya.“Yuni sudah mati, Bapak sudah mati, te, te tempat ini mungkin saja bukan rumahku.”“Tapi te, te, tempat lain yang menjadi rumahku sekarang.”“Gak mungkin, Yuni gak mungkin datang menakut-nakuti sekarang.”“Di, di, dia sudah tenang di alam sana, dia gak mungkin bisa hidup kembali dan menakut-naku
“YOGAAAAA, BANGUN YOGGAAA” Esih berteriak-teriak di tengah hutan, melihat yoga yang sedang tergeletak begitu saja dan tidak berdaya. tubuhnya terlihat sangat kotor, wajahnya terlihat sangat pucat, entah apa yang terjadi kepada dirinya sehingga seperti ini. Tubuhnya terlihat sangat dingin, kulitnya terlihat sangat pucat. Bahkan, matanya pun terbuka, namun tidak ada pupil berwarna hitam di matanya, yang ada hanyalah bola mata yang berwarna putih dengan mulut yang terbuka pada malam itu. Sudah berbagai cara esih lakukan agar dirinya bisa sadar disana, mulai mengguyur wajahnya dengan air yang mereka temukan di daun-daun yang kini sudah mulai berembun karena dinginnya malam tersebut. hingga dirinya pun melakukan sesuatu yang seharusnya bisa membangunkannnya. “Maaf ya yoga, maaf” PLAK, PLAK, PLAK Beberapa kali tamparan keras ke arah pipi yoga dia lakukan, dia sengaja melakukannya semata-mata agar yoga bisa kembali sadar atas apa yang terjadi kepada dirinya. Dan ternyata, hal itu berha
DrttttttDrttttttSuara-suara gemuruh dari Gunung Sepuh tampaknya akan terus terdengar dan menemani malam ini, entah apa yang terjadi kepada ku, Esih, Yoga juga kedua jiwa yang hilang di dalam sana, Yuyun, Parman, Mas Parto dan Mang Yayat terus memikirkan kita yang sedang ada di Gunung Sepuh dan belum kembali.Pepohonan yang tumbuh di sekitar gunung tampak bergetar hebat sehingga beberapa dari pepohonan itu menjatuhkan daun-daun yang tampak sedikit layu dan tidak mampu menahan getaran dari apa yang terjadi di bawahnya.Semua warga Kampung Sepuh tampaknya tahu hal ini akan terjadi kembali, kejadian-kejadian besar yang bisa membuat Gunung Sepuh kembali bergemuruh.Mang Yayat yang mengetahui penyebab akan suara tersebut tampaknya tidak bisa tidur, dia masih tetap terbangun dan kini malah ikut menginap di rumah Mas Parto, bersamaan dengan para mahasiswa KKN yang tertidur di sana.Mang Yayat dan Mas Parto memastikan mereka aman, Tama yang sudah lelah dengan kejadian-kejadian seperti ini ki
Yuyun, Mas Parto, dan Mang Yayat tampak kaget dengan sosok yang sedang berdiri di depan pintu. Mereka terdiam sesaat, karena mereka tidak tahu siapa sosok yang ada disana. Namun, Mas Parto yang berpikir cepat langsung bergerak. Berusaha menutup pintu kembali karena menyangka bahwa itu adalah salah satu makhluk gunung yang memang sudah menunggu mereka di depan rumah. Dag Pintu rumah yang akan Mas Parto tutup mendadak terhenti ketika salah satu tangan dari sosok itu menahannya. Bahkan sosok itu tiba-tiba berjalan untuk masuk ke dalam rumah Mas Parto pada saat itu, sehingga Mas Parto, Mang Yayat bahkan Yuyun sendiri pun secara mendadak mundur ketika sosok itu berjalan masuk ke dalam rumahnya. “Gak usah ketakutan begitu, aku adalah manusia kok sama seperti kalian, tuh buktinya aku napak gini di tanah.” Wajah dan tubuhnya yang awalnya gelap kini mulai terlihat dengan jelas ketika dirinya berjalan secara perlahan masuk ke dalam rumah. Dia hanya memakai kaos oblong bergambar merk semen